REPUBLIKNEWS.CO.ID, Jakarta – Menjelang Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-XX di Kota Balikpapan Kalimantan Timur tanggal 17 Maret 2021 mendatang, salah satu Calon Ketua Umum (Caketum) PB PMII Muhammad Syarif Hidayatullah diisukan merupakan kader aktif Partai Demokrat.
Informasi yang beredar, Syarif diduga pernah mengikuti Akademi Demokrat pada tahun 2018 sehingga dinyatakan kader aktif Partai Demokrat.
Hal ini pun dibantah oleh Syarif. Ia mengaku hanya mengikuti tahapan pertama atau masa orientasi di Ciburial, Jawa Barat, pada 2018 lalu.
“Setelah 14 hari pelatihan, saya tidak lagi melanjutkan untuk mengikuti tahapan selanjutnya karena peserta dituntut untuk mengikuti akademi selama 7 bulan dalam 3 tahapan,” ungkap Syarif saat dihubungi awak media, Kamis (11/03/2021).
Di tahapan akhir, sambung Syarif, harus diwisuda oleh Ketua Umum Partai Demokrat sebagai syarat kelulusan Akademi Demokrat.
“Dan, di tahapan akhir itu harus diwisuda oleh Ketua Umum Partai Demokrat sebagai syarat dinyatakan sebagai lulusan Akademi Demokrat angkatan pertama. Maka saya memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan sampai tahap akhir yang mestinya harus ikut pendidikan 7 bulan. Saya menyelesaikan hanya 14 hari,” terangnya.
“Kalau tidak menyelesaikan proses hingga wisuda, apa sudah bisa dikatakan lolos, sudah bisa dibilang anggota aktif? Kan tidak. Di sini orang-orang yang melempar isu itu tidak paham. Tidak tahu kejadian yang sebenarnya,” sambung Syarif.
Pria yang dikenal dengan nama MSH ini menilai, isu ini sengaja dihembuskan untuk menjatuhkannya dalam kontestasi pemilihan Ketua Umum PB PMII.
“Sejak dari awal saya mencalonkan diri, sudah diserang berbagai isu dan fitnah untuk menjatuhkan saya. Kami tahu siapa-siapa saja dan kelompok mana saja yang menyerang itu. Tapi, saya dan tim tetap sabar dan fokus terhadap pemenangan. Kami maafkan mereka-mereka yang menghalalkan segala cara itu untuk menjatuhkan saya,” ungkapnya.
Di akhir keterangannya, Syarif berharap kepada para kompetitornya di Kongres PMII nanti agar berkompetisi secara sehat dan menunjukkan sesuatu yang baik untuk kader dan publik.
“Mari kita semua berkompetisi secara sehat dan tidak menghalalkan cara-cara yang tidak sehat. Dan terakhir saya sampaikan agar jangan ada lagi yang dibuat seperti ini. Kongres tinggal menghitung hari, mari kita berkompetisi secara sehat,” harapnya.
Sementara itu, Kabakostra DPP Partai Demokrat Herzaki Mahendra Putra mengaku tidak mengetahui Syarif sebagai anggota Partai Demokrat.
“Saya nggak tahu, belum tahu nama itu (Syarif),” ungkap Herzaky seperti yang dikutip dari mediaekspres.id.
Dilansir dari laman demokrat.or.id, Akademi Demokrat adalah bagian dari pendidikan politik dan cara Partai Demokrat dalam melakukan transformasi kepartaian ke arah yang lebih baik.
Siswa-siswi pendidikan Akademi Demokrat disebut dengan panggilan Taruna, kepanjangan dari Tunas Muda Harapan Bangsa. Di angkatan pertama ini, untuk mencapai kelulusan para Taruna harus melalui tiga tahapan pendidikan. Tahap Pratama (Pendidikan Dasar) berlangsung selama 14 hari. Di sini, Taruna belajar bagaimana menyelenggarakan kampanye yang efektif dan efisien (how to run a political campaign). Pendidikan dilaksanakan di luar dan dalam ruangan, di Ciburial, Jawa Barat.
Setelah melewati tahap pertama, Taruna melanjutkan pendidikan ke Tahap Madya (pendidikan lapangan), yang dilakukan selama lima bulan. Pada masa ini, Taruna menjadi bagian dari tim sukses para caleg di masing-masing dapil serta melaksanakan pembelajaran jarak jauh (distance learning).
Dari tanggal 5 Desember 2019 hingga satu minggu ke depan, para Taruna yang lolos pendidikan Tahap Pratama dan Tahap Madya, akan dilatih, dididik dan dibekali dengan berbagai materi yang berguna dalam menjalankan tugas mendampingi para Anggota Legislatif melaksanakan tugas sehari-hari. (*)
Regional 10 Oktober 2025 17:59