0%
logo header
Selasa, 08 Maret 2022 12:46

Cerita Perempuan Pekerja Disabilitas: Saya Dibully Rekan Kerja, Saya Ditolak Siswa

Ilustrasi ancaman kekerasan bagi pekerja perempuan penyandang disabilitas. (Chaerani/Republiknews.co.id)
Ilustrasi ancaman kekerasan bagi pekerja perempuan penyandang disabilitas. (Chaerani/Republiknews.co.id)

Tenaga Kerja Disabilitas Juga Kompoten

Ilustrasi tenaga kerja penyandang disabilitas. (Sumber foto: Freepik)

Masih banyaknya diskriminasi hingga kekerasan yang dihadapi para pekerja penyandang disabilitas di dunia kerjanya itu dikarenakan belum adanya penerimaan yang baik kepada kelompok mereka. Mereka masih dihadapkan pada alasan kekurangan fisik tanpa melihat kemampuan mereka dari sisi pengetahuan, dan keterampilannya.

Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial (STIKS) Tamalenrea Makassar Gilang Susanti mengakui, kelompok disabilitas juga memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan non disabilitas. Ia mencontohkan, di STIKS Makassar memiliki mahasiswa dengan disabilitas netra, tetapi dia dikenal sebagai mahasiswa cerdas, terampil dan kompoten dalam ilmu informasi teknologi (IT), kemampuannya ini melebihi kemampuan dari non disabilitas. Begitupun di beberapa sekolah, perguruan tinggi hingga lembaga lainnya. Hanya saja meski begitu para kelompok penyandang disabilitas ini tetap merasa masih kesulitan dalam mendapat pekerjaan.

Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan

“Nah ini menandakan bahwa mereka belum bisa diterima dengan baik. Perusahaan belum bisa membuka akses yang seluas-luasnya bagi mereka, perusahaan juga belum mampu menyiapkan suasana bekerja yang aman. Terlebih lagi lingkungan kerja dari pekerja penyandang disabilitas itu sendiri belum bisa menerima mereka dengan baik, sebab mereka dilihat hanya dari keterbatasan fisiknya saja, bukan pada kemampuan yang mereka punya,” kata Gilang.

Kondisi kedisabilitasan yang mereka punya seharusnya tidak melapangkan terjadinya diskirmnisai atau perlakukan kekerasan bagi mereka di dunia kerja. Sebab perusahaan yang mempekerjakan mereka sedari awal bukan hanya melihat pada  kondisi fisiknya (kedisabilitasannya) saja, tetapi pada keterampilan, dan keilmuan yang mereka miliki.

Tak hanya pada aturan perusahaan yang melanggengkan diskriminasi pada tenaga kerja penyandang disabilitas, lingkungan kerja seperti rekan kerja juga tidak sedikit ikut berkontribusi sebagai pelaku diskriminasi, sementara dalam dunia kerja hak dan tanggungjawab pekerjaan mereka sama.

Baca Juga : Indosat Perkuat Pengalaman Digital di Makassar Dengan AIvolusi5G

“Ada banyak memang faktor yang membuat tenaga kerja penyandang disabilitas sulit untuk maju dan berkembang. Kerena mereka tidak terlepas dari kebijakan perusahaan dan rekan kerjanya,” akuinya. 

Kedepan hal yang perlu didorong agar tidak lagi terjadi lagi diskriminasi terutama tindak kekerasan di lingkungan kerja yang dialami tenaga kerja penyandang disabilitas adalah menciptakan tiga faktor. Pertama, mendorong perusahaan menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi pekerja  penyandang disabilitas. Kedua, mendorong peningkatan dan pemahaman bagi tenaga kerja penyandang disabilitas, dan ketiga melakukan pendekatan di lingkungan kerja mereka untuk melihat mereka sebagai individu yang sama.

“Jadi ketika kita ingin membantu teman-teman disabilitas, maka kita harus membantu dari ketiga sisi itu. Menguatkan mereka (tenaga kerja disabilitas), mengadvokasi ke perusahaan dan melakukan pendekatan kedalam lingkungan kerjannya,” terang Gilang.

Halaman
Penulis : Chaerani
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646