REPUBLIKNEWS.CO.ID, JEPANG — Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hasanuddin (Unhas) drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K) menjadi pembicara pada “The 4th International Symposium of Medical and Dental Education in Okayama”, Sabtu (14/12/2019).
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini (14-15 Desember 2019) diselenggarakan oleh Okayama University Jepang.
drg. Ruslin menjadi pembicara pertama pada simposium ini, dengan topik “Current Dentsitry in Indonesia Now and Future”.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Dalam pemaparannya, drg. Ruslin menjelaskan, Indonesia saat ini merupakan salah satu negara dengan tingkat masalah kesehatan gigi dan mulut tertinggi di dunia. Survei RISKESDAS tahun 2018, sekitar 57,6% dari populasi memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut sementara hanya 10% yang mendapatkan perawatan dan parahnya 93% penderitanya adalah anak-anak.
“Ini merupakan masalah serius yang tidak boleh dipandang sebelah mata”, tegas drg. Ruslin.
“Ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya terbatasnya tenaga kesehatan, tidak meratanya keberadaan dokter gigi, terbatasnya pengetahuan tentang kesehatan Gigi dan mulut di masyarakat serta terbatasnya fasilitas di puskesmas dan tempat-tempat kesehatan lainnya,” jelas drg. Ruslin.
Baca Juga : Dari Survei Kepuasan Responden, OJK Sulselbar Perkuat Implementasi Tugas dan Fungsi
“Dari segi rasio, Indonesia memiliki jumlah dokter gigi yang rendah jika dibanding dengan jumlah populasi yakni 1: 24.000, sementara standar rasio dari WHO adalah 1 : 2.000″. Walaupun saat ini program pendidikan dokter gigi di Indonesia berjumlah 32 center baik fakultas maupun program studi dari 17 Perguruan Tinggi Negeri dan 15 Perguruan Tinggi Swasta”, kata drg. Ruslin.
“Survei RISKESDAS tahun 2009 menyatakan bahwa sekitar 35 %- 43% dari populasi tinggal di daerah terpencil bahkan sangat sulit untuk mengakses rumah sakit atau tempat kesehatan lainnya serta tahun 2012 dilaporkan bahwa sekitar 50% puskesmas tidak memiliki dokter gigi atau tidak memiliki fasilitas yang standar untuk melakukan pengobatan”, tambah drg. Ruslin.
“Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan yang didukung oleh PDGI memiliki strategi untuk mengurangi masalah ini diantaranya mencanangkan Indonesia bebas Karies tahun 2030, program sekolah sehat untuk anak-anak termasuk mengedukasinya tentang cara perawatan gigi serta penyediaan BPJS untuk perawatan kesehatan Gigi”, lanjut drg. Ruslin.
Baca Juga : Inspiring Srikandi, PLN UIP Sulawesi Dorong Pelaku Usaha Perempuan Single Parent Makin Berdaya
“FKG Unhas berkomitmen untuk menyediakan layanan kesehatan Gigi dengan menyediakan dokter gigi yang berkualitas melalui Pendidikan di RSGM Unhas dan Dental Center RS Unhas serta pengembangan beberapa afiliasi tempat pelayanan kesehatan hingga ke daerah-daerah,” drg. Ruslin lagi.
“Unhas dan Okayama University sejak tahun 2013 telah melaksanakan kegiatan pertukaran Pelajar melalui program ODAPUS. Program ini bertujuan membantu mahasiswa untuk menggabungkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang dibutuhkan untuk memahami budaya lain”, tambahnya.
Baca Juga : Korban Kebakaran di Bu’nea Gowa Akan Dibangunkan Rumah Layak Huni
Diakhir pemaparannya, drg. Ruslin menjelaskan tentang “strategy kedepan FKG Unhas, dimana FKG Unhas akan selalu membuka dan menguatkan kerjasama dengan kampus-kampus di seluruh dunia serta menambah kolaborasi internasional yang diharapkan akan bermanfaat untuk memenuhi layanan pendidikan, research dan innovasi untuk meningkatkan kepedulian kesehatan gigi dan mulut di seluruh Indonesia khususnya di indonesia bagian timur.
Turut hadir pula pembicara-pembicara dari negara lain diantaranya dari USA, Belanda, China, India, Vietnam, Australia, Thailand, Banglades, Myanmar, Bolivia, Indonesia dan dari Jepang sendiri.
Laporan: Abdul Majid Asinu (Humas FKG Unhas)