REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terus memperkuat upaya dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital seperti aset kripto, utamanya bagi generasi muda atau Gen Z.
Upaya ini dilakukan melalui kegiatan edukasi bertajuk “Digital Financial Literacy (DFL) 2025”. Di mana kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya berkelanjutan OJK dalam mendukung inovasi teknologi di sektor keuangan, termasuk Generasi Z, mengenai aset keuangan digital khususnya aset kripto.
Kepala OJK Sulselbar Darwisman mengatakan, teknologi digital terus berkembang pesat, memberikan kemudahan akses terhadap produk dan layanan keuangan. Inovasi seperti Blockchain, hingga aset kripto telah membuka peluang besar bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam pengembangan sektor keuangan.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Sulawesi Selatan memiliki jumlah penduduk lebih dari 9,46 juta jiwa, dengan populasi usia produktif sangat besar. Kemudian, didominasi generasi muda yaitu generasi milenial serta Gen Z. Hal ini menjadi potensi sekaligus tantangan dalam meningkatkan literasi keuangan,” katanya, di sela-sela kegiatan, kemarin.
Ia menilai, generasi muda cenderung lebih terbuka terhadap inovasi teknologi, termasuk penggunaan aset digital dan kripto. Namun di sisi lain, generasi Z juga rentan terhadap risiko. Olehnya, hal yang menjadi penting untuk menjadi perhatian adalah bagaimana peningkatan pemahaman tentang risiko penggunaan layanan keuangan digital untuk menghindari jebakan keuangan yang tidak sehat.
Dalam paparannya, OJK juga menekankan bahwa meskipun akses ke layanan keuangan semakin luas, indeks literasi keuangan digital di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan survei OJK pada 2024, indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 65 persen, dengan indeks inklusi keuangan mencapai 75 persen.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
“Peralihan pengaturan dan pengawasan aset kripto dari Bappebti ke OJK pada 10 Januari 2025 menjadi babak baru dalam perkembangan aset keuangan digital di Indonesia. Kami berharap melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih baik dalam melakukan pemilihan produk dan Layanan keuangan di era digital,” tegasnya.
Masyarakat juga dihimbau agar selalu bijak dalam berinvestasi dan saat memilih produk dan layanan keuangan. Di mana beberapa hal yang perlu diingat yaitu selalu memastikan legalitas pihak yang menawarkan produk layanan jasa keuangan, memastikan keuntungan dari produk yang ditawarkan masuk akal, dan memahami karakteristik produk yang akan dipilih.
“Hal ini penting untuk dipahami mengingat aset kripto merupakan produk yang memiliki risiko yang tinggi, ujarnya.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Ia berharap, dari kegiatan tersebut tingkat literasi keuangan masyarakat, termasuk bagi Gen-Z dalam sektor keuangan digital, dapat meningkat. Sehingga, dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dan bertanggung jawab dalam memilih produk dan layanan keuangan di era digital.
“Hal ini dilakukan dengan memahami karakteristik produk, termasuk manfaat, biaya, risiko, hak dan kewajiban konsumen, cara mengakses atau memperoleh produk, informasi mengenai mekanisme transaksi, serta prosedur penanganan dan pengaduan konsumen,” jelas Darwisman.
DFL 2025 ini merupakan rangkaian kegiatan Bulan Literasi Kripto yang digelar di empat daerah di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan digital bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda untuk terlibat aktif dalam mengembangkan solusi keuangan berbasis teknologi.
