REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kinerja aset dana pensiun di Sulawesi Selatan berhasil membukukan Rp1,603 triliun hingga periode Februari 2025. Jumlah tersebut pun mengalami pertumbuhan sebesar 3,59 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Sulselbar Moch. Muchlasin mengungkapkan, perkembangan sektor Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP) di Sulawesi Selatan terus terlihat positif. Salah satunya pada pencapaian aset dana pensiun.
“Aset dana pensiun di Sulsel terus bertumbuh baik. Di periode 2023 ke 2024 itu bertumbuh 3,77 persen, sementara hingga Februari 2025 itu tumbuh hingga 3,59 persen,” ungkapnya, dalam keterangannya, kemarin.
Baca Juga : Pastikan Tepat Sasaran, Tamsil Linrung Inisiasi Posko Pengaduan Program Strategis Presiden di Sulsel
Ia menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan aset dana pensiun juga positif. Di periode 2023 totalnya mencapai Rp1,49 triliun, kemudian di 2024 tembus Rp1,60 triliun. Begitu pun pada total investasi pada dana pensiun tersebut juga mengalami pertumbuhan yang baik atau mencapai Rp1,56 triliun hingga Februari 2025 dengan peningkatan 4,66 persen secara tahunan.
Di sektor PPDP lainnya, pada total outstanding penjaminan pada perusahaan penjaminan juga tumbuh 20,67 persen menjadi Rp807 miliar. Sementara, sepanjang 2024 total outstanding penjaminan sebesar Rp737 miliar.
Berdasarkan data OJK Sulselbar lainnya, pada kinerja Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) menunjukkan kinerja yang positif secara year on year (yoy). Dimana, pada posisi Februari 2025, total aset dana pensiun di wilayah tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,46 persen atau mencapai Rp3,76 triliun.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Sama halnya dengan outstanding penjaminan pada perusahaan penjaminan berhasil tumbuh sebesar 28,25 persen mencapai Rp957 miliar. Total piutang perusahaan pembiayaan pada periode yang sama juga tumbuh sebesar 8,25 persen menjadi Rp52,41 triliun. Namun di sisi lain, terjadi kontraksi pada pembiayaan modal ventura sebesar -9,10 persen.
