0%
logo header
Jumat, 01 November 2019 08:23

Gara-gara Anak TK Rini Riatika Djohari Dimarahi Suami

Gara-gara Anak TK Rini Riatika Djohari Dimarahi Suami

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR – Hj Rini Riatika Djohari, mengakhiri masa tugasnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN), pada Kamis (31/10/2019) kemarin, bertepatan dengan usianya mencapai 60 tahun.

Mengakhiri pengabdian panjangnya, ibu dua anak tersebut mengadakan silaturahim coffee morning dengan jajaran Pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Sulawesi Selatan dan para Wartawan di Makassar di Kantor BKKBN.

Selain Rini Riatika Djohari, hadir pula H.Amirullah Hamzah, S.H., M.H., Kepala Bidang Adpin BKKBN Sulsel periode sebelumnya. Amirullah Hamzah sendiri sudah pensiun beberapa bulan silam. Kini jabatan yang ditinggalkannya diemban Pelaksana Tugas Syamsiar.

Baca Juga : Didaulat Jadi Bunda Genre, Lies F Nurdin Dianugerahi Penghargaan dari BKKBN

Dra. Mulianti, M.Si, yang juga Sekretaris IPKB mendampingi Rini Riatika Djohari sekaligus menjadi “master of ceremony” acara yang kemudian berlangsung selama satu setengah jam tersebut.

Jika berbicara mengenai perkembangan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) selama memimpin Perwakilan BKKBN Sulsel, tentu bukan berita baru buat istri Andi Hery Iskandar ini. Persoalan KKBPK sudah di luar kepala. Dia memilih bercerita tentang peran media dan pengalamannya selama memimpin BKKBN Sulsel.

Menuntaskan masa pengabdiannya yang panjang, Rini bercerita tentang kehadiran media sebagai penyeimbang. Kini dengan adanya media daring (online) berita sampai ke khalayak nyaris sama dengan ketika baru saja mata berkedip.

Baca Juga : OPINI: Pernikahan Usia Anak dan Rebranding BKKBN

Dia memberi contoh ketika mengunjungi salah satu kampung Keluarga Berencana (KB) di Pangkep beberapa waktu lalu. Hari itu, kunjungan molor dari jadwal yang ditetapkan karena ada pejabat setempat yang masih menyelesaikan tugasnya. Dia juga bersama Bupati Pangkep tidak mau ketinggalan mengunjungi Kampung KB yang untuk ke sana harus berjalan kaki melewati jalan sempit.

Hari sudah siang ketika rombongan Rini tiba di sana. Di Kampung KB tersebut, kebetulan ada Taman Kanak-Kanak. Entah siapa yang mengerahkannya, tiba-tiba saja anak-anak usia balita ini berdiri berjejer di bawah terik mata hari menyambut petinggi kabupaten yang menyertai Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan.

Pemandangan anak-anak TK yang berjejer di bawah terik mata hari ini ternyata menarik perhatian salah satu media daring. Dia memilih setting berita dengan menonjolkan pemandangan anak-anak tersebut yang menyambut rombongan Kepala Perwakilan BKKBN sebagai fokusnya. Tentu saja, media tersebut menggambarkan kontrasnya pemandangan anak-anak berdiri di bawah terik mata hari siang.

Baca Juga : Alat Kontrasepsi “Kursi”

Belum sempat tiba di Makassar, di ponsel Rini sudah masuk pesan dari Andi Hery Iskandar, suaminya.

“Apa yang kau bikin hingga anak-anak TK harus berjemur di bawah terik matahari,” kira-kira begitu pesan yang ditulis “mantan pacar”-nya itu.

“Mana saya tahu,” Rini menjawab seadanya dan tidak tahu masalahnya sama sekali.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Selidik punya selidik, ternyata ada media daring yang bagaikan kilat dan tak cukup sekedip mata sudah merilis berita mengenai pemandangan anak-anak TK yang menyambut rombongan Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel dan Bupati Pangkep beserta rombongan.

Rini mengungkap ini sebagai bukti betapa secepat kilatnya informasi sampai kepada publik di zaman now ini. Sesuatu yang tidak ditemukan ketika media cetak masih berjaya hingga tahun 1990-an.

Oleh sebab itu, kata Rini, media harus menjadi mitra BKKBN dalam melaksanakan program pemerintah. Pemerintah tidak dapat berjalan sendiri. Makanya, kehadiran IPKB yang dipimpin M.Dahlan Abubakar merupakan suatu keniscayaan dalam mengembangkan kerja sama kemitraan dan fungsional berkaitan dengan penyebaran informasi program KKBPK.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Sekaitan dengan peran IPKB tersebut, Rini menyarankan perlu ada dana dan kesempatan bagi para anggota IPKB untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai program KKBPK. Apalagi Kepala BKKBN Pusat yang dipimpin Hasto Wardoyo yang mantan Bupati Kulon Progo itu berencana melakukan re-branding Program KKBPK akhir tahun 2019 ini.

Mimpi-Mimpi Rini

Selama menjabat Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel sebagian besar mimpi Rini tercapai. Mimpinya adalah dapat mewujudkan sebagian dari mimpi-mimpinya. Diantaranya, dapat bekerja dalam suasana yang menyenangkan. Sebab menurut dia, bekerja dengan senang-senang yang susah. Jadi yang menyenangkan itu meski susah, tetapi pasti datang.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Salah satu mimpi besar Rini adalah Kantor BKKBN Sulsel menjadi baik dan bagus. Dia tidak lagi tergenang air ketika hujan lebat mengguyur Kota Makassar seperti beberapa waktu lalu. Kantor yang tergenang air itu juga ada “berkah”-nya ternyata.

Rini memotret keadaan kantor yang tergenang air dan membasahi berbagai dokumen, diantaranya dokumen Surat Perintah Jalan (SPJ) yang mencapai Rp 3 miliar lalu dikirim ke Jakarta.

Meskipun wujud perbaikan kantor ini tidak sempat Rini lihat selagi menjabat, namun sudah ada kabar baik. Insya Allah, tahun depan anggaran perbaikan kantor tersebut sudah turun.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Mimpi lain, tentang pengadaan musolah BKKBN yang baik dan nyaman sudah terwujud. Musala tersebut dibangun dengan “saweran” karyawan dan juga bantuan dari berbagai pihak. Para karyawan dapat melaksanakan ibadah selama ada di kantor dengan nyaman.

Setelah memasuki purnabakti, Rini akan kembali ke habitatnya. Dia akan aktif lagi sebagai pengurus Yayasan Taman Pelatihan Harapan. Yayasan ini membantu anak-anak yang bermasalah pada kemampuan berbicara.

“Sejak tahun 2000 saya ada di situ,” kata Rini di akhir-akhir sambutannya setelah Ketua IPKB Sulsel menyampaikan sambutan singkatnya.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Katanya lagi, “saya senang bisa bergabung dan IPKB bisa tetap eksis. Saya berterima kasih kepada IPKB. Karena saya tahu tanpa media massa kita bukan apa-apa,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Unhas tersebut.

Ketua IPKB Sulsel M. Dahlan Abubakar mengatakan, IPKB ini telah lahir kembali (re-born), setelah belasan, bahkan puluhan tahun hanya dikenal namanya. Kelahiran kembali IPKB justru di bawah kepemimpinan Rini Riatika Djohari.

Kehadiran IPKB ini bermula, ketika suatu hari bertemu dengan Rini Riatika Djohari selagi makan siang di salah satu hotel di Makassar. Dahlan pun menyampaikan keinginannya menghidupkan kembali IPKB karena akan segera purnabakti sebagai dosen di Fakultas Ilmu Budaya Unhas.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

Bagaikan gayung bersambut, ternyata Rini memang sedang mencarinya. Tidak terlalu lama setelah pertemuan yang tidak disangka-sangka itu, di Jakarta pada Desember 2016 ada pertemuan Koordinasi dan Konsultasi IPKB seluruh Indonesia. Dahlan pun dikirim mengikuti pertemuan dua hari yang juga dihadiri Ketua IPKB Pusat Bambang Sadono yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dan anggota DPR RI Syamsul Bachri yang asal Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan.

Sekembali dari pertemuan tersebut, IPKB pun berkemas-kemas menyusun pengurus baru. Tak butuh waktu lama, lima bulan setelah pertemuan di Jakarta, Rini pun melantik Pengurus IPKB Sulawesi Selatan periode 2019-2021 di salah satu hotel di Makassar, dirangkaikan dengan kegiatan rutin Diklat yang dilaksanakan BKKBN Sulsel.

Di penghujung acara, Ketua IPKB Sulsel menyerahkan cenderamata berupa foto karikatur dirinya yang sedang berdiri dan memegang cangkir kopi.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

“Wah saya senang sekali menerima ini, tahu darimana nih saya suka kopi?” komentarnya sembari tertawa menatap karikatur dirinya.

Sebelum acara “kopi bareng” berakhir, Andi Rustan, salah seorang pengurus IPKB Sulsel sempat melakukan klarifikasi.

“Selama ini Ibu paling tidak suka fotonya dipajang seperti di baliho atau spanduk. Apakah benar dan apa alasannya?,” tanya Rustan.

Baca Juga : Kunjungan di Makassar, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo: PLKB Harus Rela Sulit dan Menderita

“Saya memang tidak suka foto-foto saya dipajang seperti … orang-orang lain. Nanti saya dikira mau jadi ini dan mau jadi itu…. Saya mau jadi diri saya sendiri,” Rini polos menjawab dengan nada diplomatis.

Menyimak prinsip Rini ini, memang rada langka juga sosok yang menolak nama dan fotonya viral di tengah masyarakat seperti dirinya. Sementara di kekinian, terlalu banyak orang lain justru lagi gila-gilanya memviralkan diri. (M. Dahlan Abubakar)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646