REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global yang beragam.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK secara virtual, kemarin.
Mahendra menyampaikan, kondisi perekonomian global menunjukkan perkembangan yang bervariasi di sejumlah negara utama. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) bahkan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi lebih kuat dari perkiraan awal tahun, didorong oleh adanya front loading atau percepatan aktivitas produksi dan perdagangan sebelum kenaikan tarif diberlakukan.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Tensi perang dagang global memang menunjukkan tren menurun, namun kemungkinan meningkatnya kembali ketegangan geopolitik dan perdagangan masih cukup tinggi,” ujar Mahendra.
Di Amerika Serikat, kata Mahendra, kinerja perekonomian relatif stabil dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap tinggi. Meski demikian, pasar tenaga kerja mulai melemah dan inflasi masih persisten.
“The Fed telah memulai siklus penurunan Fed Fund Rate (FFR) dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada September 2025, dan masih diperkirakan akan memangkas suku bunga dua kali lagi hingga akhir tahun,” jelasnya.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Sementara itu, di Tiongkok, aktivitas ekonomi masih menunjukkan moderasi, dengan sejumlah indikator utama, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, berada di bawah ekspektasi pasar. Di kawasan Eropa, kondisi ekonomi cenderung stagnan, bahkan beberapa negara besar seperti Prancis menghadapi tekanan di pasar keuangan akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal.
“Di Jepang, tekanan inflasi masih cukup tinggi sehingga Bank of Japan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang cenderung hawkish,” tambahnya.
Menurutnya, perkembangan global tersebut turut memengaruhi sentimen pasar keuangan dunia. Sikap risk-on investor global mendorong penguatan di pasar saham internasional selama beberapa pekan terakhir.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Di dalam negeri, Mahendra menegaskan bahwa fondasi ekonomi nasional masih kuat. Hal ini tercermin dari indeks PMI Manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi serta surplus neraca perdagangan yang meningkat.
“Namun demikian, kami mencermati perlunya dorongan tambahan terhadap permintaan domestik,” ungkapnya.
Menurutnya, beberapa indikator konsumsi masyarakat seperti tingkat kepercayaan konsumen, penjualan ritel, semen, dan kendaraan menunjukkan tren moderasi.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
“Koordinasi kebijakan antara otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutupnya.
