REPUBLIKNEWS.CO.ID, LUWU TIMUR — Bank Indonesia (BI) bagian Sulawesi Selatan bersama Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Deseminiasi Joint Research Pembangunan Inklusif Kabupaten Luwu Timur “Optimalisasi Sektor Pertanian sebagai Basis Ekonomi Luwu Timur” di Aula Kantor Bupati Luwu Timur, Senin (24/1/2022).
Deputi Direktur BI perwakilan Sulsel, Sandi Eka Duta, menyampaikan, dua sektor di Luwu Timur ini berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS) 46 persen dukungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pertambangan, 24 persen dari sektor pertanian dan 15 sektor lainnya itu 30 persen.
“Investasi di sektor pertanian masih relatif terbatas saya kira kita perlu berusaha mencari cara untuk mengundang investor untuk masuk ke sektor pertanian yang di Luwu Timur,” ucapnya.
Baca Juga : Pj Gubernur Sulsel Bertekad Kembalikan Kejayaan Wija To Luwu Lewat Sektor Pertanian
Ia juga mengungkapkan, bahwa disaat ekspor pertanian di Indonesia itu meningkat di masa pandemi, malah justru yang terjadi di sektor pertanian di Luwu Timur ini mengalami kelambatan dan untuk itu ia meminta Bupati untuk bersama-sama memikirkan hal tersebut.
“Kami berharap dari hasil riset nanti yang telah disampaikan pak Anas dan tim itu bisa kita melihat dan mengambil langkah selanjutnya seperti apa dan kami berharap bisa juga masuk kedalam RPJMD Luwu Timur untuk kita tindaklajuti,” harapnya.
Bupati Luwu Timur, Budiman mengatakan, terlebih dahulu akan melihat hasil risetnya kemudian membuat kebijakan, berdasarkan hasil informasi BPS Lutim mengalami keterlambatan di sektor pertanian.
Baca Juga : Logistik Pemilu di Luwu Timur Aman, Satu TPS di Blank Spot Area
“Kalau ini kita urus ya 66 ribu sampai 70 ribu orang yang hidup di sektor pertanian secara langsung ini bisa terlayani dengan baik untuk itu saya berharap kita harus percaya hasil riset dan penelitian,” ucap Budiman.
Budiman menjelaskan secara umum potensi pertanian di Luwu Timur ada padi 27 ribu hektar kurang lebih, lebih sedikit dari Luwu Utara dan Luwu. Ada lada, kakao, ada rumput laut dan rumput laut di Luwu Timur punya eksportir dan mempunyai kontrak 400 ton perbulan dari Cina, ini butuh pendampingan yang lebih baik.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Luwu Timur berharap dari hasil riset ini dapat memberikan masukan dan dapat melahirkan inovasi yang membangun daerah di sektor pertanian yang berdaya saing sehingga menggerakkan perekonomian masyarakat,” tandasnya.
