0%
logo header
Minggu, 29 Januari 2023 21:27

HWDI Sulsel Kenalkan Orangtua Dengan Anak Disabilitas dan Kusta Pendidikan HKSR

Chaerani
Editor : Chaerani
Sejumlah orantua dan pendamping yang tergabung dalam Forum Orangtua dengan Anak dan Remaja Disabilitas dan Kusta mengikuti diskusi terkait HKSR, di ruang pertemuan, Kantor PKBI Sulsel, Jalan Andi Djemma, Minggu (29/01). (Chaerani/Republiknews.co.id)
Sejumlah orantua dan pendamping yang tergabung dalam Forum Orangtua dengan Anak dan Remaja Disabilitas dan Kusta mengikuti diskusi terkait HKSR, di ruang pertemuan, Kantor PKBI Sulsel, Jalan Andi Djemma, Minggu (29/01). (Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Puluhan orangtua atau pendamping dengan anak dan remaja disabilitas dan kusta diberikan pendidikan terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) melalui Diskusi HKSR yang digelar Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan. Para peserta merupakan bagian dari Forum Orangtua Dengan Anak dan Remaja Disabilitas dan Kusta Kota Makassar.

Program Officer Body Talk HWDI Sulsel Sitti Aisyah mengatakan, pendidikan HKSR dianggap penting untuk diketahui orangtua atau pendamping sebab dinilai dapat membantu dalam menekan angka kasus kekerasan seksual dengan korban anak dan remaja disabilitas dan kusta yang dinilai terus mengalami peningkatan. Sebab, salah satu hambatan dalam pendampingan kasus kekerasan seksual dengan korban anak dan remaja disabilitas dan kusta adalah selain membutuhkan biaya yang cukup tinggi bagi korban dan keluarganya, juga karena minimnya pengetahuan orang tua atau pendamping mengenai isu HKSR bagi remaja dengan disabilitas dan kusta.

“Isu HKSR, khususnya kesehatan reproduksi perlu diketahui orangtua atau pendamping bahwa bukan hanya terkait hubungan seksual saja, tetapi juga kemudian ada banyak hal didalamnya. Misalnya mengetahui bagian tubuh mana yang dapat disentuh atau tidak dapat disentuh pada tubuh anak oleh orang lain, termasuk keluarga sekalipun,” katanya usai pertemuan yang berlangsung di Kantor PKBI Sulsel, Jalan Andi Djemma, Minggu (29/01/2023).

Baca Juga : Pastikan Tepat Sasaran, Tamsil Linrung Inisiasi Posko Pengaduan Program Strategis Presiden di Sulsel

Lanjutnya, termasuk juga untuk mendobrak mitos-mitos atau hal tabu tentang kesehatan reproduksi seksual yang masih diadopsi di masyatakat.

“Orangtua saat ini terutama yang masih minim akses informasi itu kadang masih menganggap tabu jika berbicara pada isu kesehatan seksual dan reproduksi pada anak. Sementara harusnya pengetahuan seperti ini perlu diperkenalkan sejak dini dengan pendekatan berdasarkan usai anak tersebut,” katanya

Ia mengungkapkan, diskusi HKSR ini merupakan bagian dari Program Body Talk yang digagas HWDI Sulsel. Dalam program ini akan dilaksanakan empat kali pertemuan dengan membahas materi-materi terkait HKSR secara mendalam dan terstruktur.

Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel

“Kegiatan ini akan kita lakukan selama empat kali, hari ini adalah pertemuan yang kedua. Kedepannya kita akan melibatkan tim fasilitator Body Talk HWDI yang sebelumnya diberikan training untuk memberikan materi lanjutan terkait HKSR, termasuk juga melibatkan PKBI Sulsel untuk memberikan parenting skill kepada anak dan remaja,” terangnya.

Sementara Hasranah sebagai Praktisi Kesehatan yang juga fasilitator dalam diskusi tersebut banyak membagi pemahaman tentang tujuan pentingnya orangtua atau pendamping dengan anak dan remaja disabilitas dan kusta mengetahui kesehatan reproduksi bagi remaja. Sehingga orangtua akan mengetahui sistem, fungsi, dan proses reproduksi itu sendiri, kemudian mengetahui upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi, serta mengetahui penyakit-penyakit yang dapat disebabkan jika tidak menjaga kesehatan reproduksi.

“Makanya sangat penting orangtua dengan anak dan remaja disabilitas dan kusta paham soal HKSR. Ini dapat membantu orangtua untuk mengajarkannya ke anak-anak mereka. Anak-anak juga bisa diajar mengenal masa puberitasnya, cara membersihkan diri saat menstruasi, dan memberikan pemahaman kepada anak tentang mengenali tubuh mereka,” katanya.

Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan

Menurutnya, dengan orangtua atau pendamping mengetahui tentang HKSR ini, maka orangtua bisa mengajak anak-anak mereka mencegah diri dari kekerasan dan pelecehan seksual. Termasuk pula orantua harus mengetahui bagaimana memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk mencari informasi yang benar terkait HKSR atau kesehatan reproduksi.

“Orangtua harus tahu soal apa bagian tubuh anak yang bisa disentuh dan tidak disentuh, masa-masa puberitas anak karena ini terjadi perubahan yang mencolok kepada perubahan fisiki, psikis, dan sosial. Serta agar mereka bisa menghindari pergaulan yang tidak terkontrol,” ungkapnya.

Salah satu orangtua dengan anak disabilitas Yulyanti mengaku, belajar pendidikan HKSR sangat penting menurutnya. Sebab anak dengan kondisi disabilitas dianggap sangat terbatas memahami terkait hal tersebut, bahkan tidak sedikit anak dengan disabilitas dapat melindungi dirinya dan tubuhnya.

Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional

“Saya rasa sangat penting mengingat anak saya sudah remaja dan memang berkebutuhan khusus, di mana mereka tidak memahami apa-apa yang penting untuk mereka lindungi di dalam tubuhnya. Sehingga ini sangat membantu saya bagaimana caranya menjelaskan secara langsung tentang hal tersebut kepada anak saya. Belum lagi orangtua, utamanya ibu adalah yang paling dekat dengan anak, sehingga perlu untuk mereka ketahui,” katanya.

Warga Kelurahan Mariso ini, lewat diskusi tersebut pun dirinya bisa mengetahui hak-hak kesehatan dan reproduksi yang harus dipehuni, utamanya kepada anak dan remaja disabilitas dan kusta. Begitu juga dengan bagian-bagian tubuh yang bisa dipegang dan tidak bisa dipegang oleh orang lain.

“Saya mengakui sebelum saya bergabung di kegiatan-kegiatan HWDI Sulsel saya merasa sangat tabu dengan isu-isu seperti ini, bahkan saya belum berani mengekspos dan membuka diri bahwa saya orangtua dengan anak disabilitas ataukhusus. Tetapi dengan aktif dalam HWDI saya lebih terbuka, dan memiliki banyak pemahaman baru yang belum saya terima sebelumnya,” kata Yuly yang juga ikut bergabung dengan Forum Orangtua dengan Anak dan Remaja Disabilitas.

Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional

Hal senada diungkapkan Pendamping Anak dan Remaja Disabilitas dan Kusta Kelurahan Malimongan Tua, Kecamatan Wajo Mustika mengungkapkan, lewat diskusi tersebut tentunya akan menambah pengetahuan dan pemahaman kepada dirinya dalam proses-proses pendampingan. Apalagi isu HKSR memang menjadi hal penting untuk diketahui.

“Penting dan bagus karena kita dapat pengetahuan tentang bagaimana memberikan pemahaman HKSR kepada anak dan remaja dengan disabilitas dan kusta. Termasuk menambah pengalaman dan lainnya,” ujarnya.

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646