0%
logo header
Senin, 15 Februari 2021 22:42

Jawab Disversi antara Sara Pataanguna dan Po-5 di Masyarakat, FPBB Gelar “Koja-koja Poadhati”

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Para tokoh yang menjadi pembicara serta yang hadir dalam kegiatan "Koja-koja Poadhati". Foto: Yusran
Para tokoh yang menjadi pembicara serta yang hadir dalam kegiatan "Koja-koja Poadhati". Foto: Yusran

REPUBLIKNEWS.CO.ID, Baubau – Forum Pemerhati Budaya Buton (FPBB) kembali menggelar kegiatan diskusi “Koja-koja Poadhati” dengan mengangkat tema “Sara Pataanguna dan Po-5 dalam perspektif Ke-Buton-an” di Gedung Pancasila Kota Baubau, Senin (15/02/2021).

Kegiatan ini menghadirkan beberapa tokoh sebagai narasumber antara lain Ir. H. L.M. Sjafei Kahar, Dr. H. A.S. Tamrin, M.H, Samsu Umar Abdu Samiun, S.H, Drs. H. Hasidin Sadif, M.Si, Dr. Ishaq Bagea, M.Pd, Dr. Tasrifin Tahara, M.Hum, H.M. Junaidi, S.Sos dan Deden Mara Adi, S.Pd., M.Pd.

Kegiatan Koja-koja Poadhati ini sengaja diselenggarakan untuk menjawab disversi yang berkembang di masyarakat antara Po-5 dan Sara Pataanguna. Sebelumnya Koja-koja Poadhati telah beberapa kali dilaksanakan dan digagas oleh FPBB. Model forum diskusi ini kental dengan gaya dan sarat akan nilai-nilai budaya Buton sehingga menjadi ciri khas tersendiri dari forum diskusi ini.

Selaku Walikota Baubau, A. S. Tamrin dalam kesempatan ini mengapresiasi adanya Koja-koja Poadhati.

“Kegiatan ini baik untuk mempertemukan kembali, meramu kembali, mencairkan kembali berbagai pendapat-pendapat yang tadinya saling debat akibat kurang singkron dan tak saling memahami satu sama lain yang sebetulnya seirama, sehingga menjadi polemik,” ujarnya dalam membuka pembicaraan.

Kata A.S. Tamrin, Sara Patanguna adalah warisan nilai-nilai adat budaya buton dalam bentuk yang mulai diperkenalkan dimasa Sultan Dayanu Ikhsanudin (La Elangi) Sultan Buton Ke-4. Sara pataanguna sendiri terdiri dari empat diktum yaitu Pomamasiaka, Popiapiara, Pomamaeka dan Poangka-Angkataka. Menjawab disversi yang ada, A.S. Tamrin menegaskan bahwa konsep Po-5 dan Sara Pataanguna tidak ada yang bertentangan.

“Po-5 sendiri lahir dari desertasi saya, Desertasi saya judulnya ‘Pengaruh Implementasi Kebijaksanaan Nilai-Nilai Budaya Sara Pataanguna Dan Kepemimpinan Pemerintahan Terhadap Pembangunan Di Kota Baubau’ dan rujukannya berasal dan diambil dari Sara Pataanguna,” jelas A.S. Tamrin.

“Saya bangga hari ini, saya senang, saya juga terharu karena memang perbedaan dari kita sudah bisa kita keluarkan dan kita memasuki lembaran baru dan menciptakan suasana Pomamasiaka, Popiapiara, Poangka-angkataka dan Pomae-maeaka,” sambungnya.

Sementara itu, Mantan Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun menyatakan Sara Pataangguna penting menjadi pegangan baik dalam hubungan pemerintah dengan masyarakat maupun masyarakat dengan masyarakat.

“Catatan terpenting dari kita bahwa Sara Pataanguna menjadi pengangan kita bersama-sama baik dalam hubungan pemerintah dan masyarakatnya, masyarakat dengan masyarakat bisa didahului dengan itu. Saran saya jangan terus yang di Populerkan ini Po-5 terus mestinya yang lebih di tinggikan itu Sara Pataanguna,” kata Umar Samiun selaku tokoh budaya Kepulauan Buton.

“Harapannya kegiatan ini terus dilakukan untuk menjawab isu-isu strategis yang berkembang di wilayah Kepulauan Buton,” tutupnya. (Yusran)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646