0%
logo header
Selasa, 09 Februari 2021 22:00

Jurnalis Itu Seperti Burung

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Jurnalis Itu Seperti Burung

Oleh: Falihin Barakati

REPUBLIKNEWS.CO.ID – Alkisah, di zaman Nabi Nuh AS. Ketika itu terjadi banjir yang maha dahsyat. Setelah beberapa waktu di atas kapal, Nabi Nuh AS memerintahkan seekor burung (ada yang menyebutnya Burung Dara) untuk melihat keadaan air. Burung itu pun terbang di atas wilayah banjir, melihat keadaan air. Burung itu mengambil sebatang ranting pepohonan yang muncul di permukaan air.  Lalu ranting tersebut diantar dan diberikan kepada Nabi Nuh AS sebagai kabar pertanda bahwa banjir sudah mulai surut.

Di lain kisah, ada juga di zaman Nabi Sulaiman AS. Masih seputar tentang burung. Suatu ketika Nabi Sulaiman AS mengumpulkan pasukan di kerajaannya, termasuk pasukan para burung. Nabi Sulaiman AS tidak melihat keberadaan Burung Hud-hud dalam barisan. Ternyata Burung Hud-hud tersebut dari terbang jauh hingga ke negeri Saba. Burung itu mengabarkan ke Nabi Sulaiman AS, bahwa ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang perempuan. Kerajaan itu cukup besar dan makmur dengan sang ratu duduk di atas singgasana yang besar. Namun, sayangnya ratu dan rakyat di kerajaannya itu tidak menyembah Allah SWT tapi menyembah matahari. Itulah Ratu Balqis dan kerajaannya.

Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan

Singkat kisah, Nabi Sulaiman memerintahkan burung itu untuk membawakan suratnya yang ditujukan ke Ratu Balqis. Ini juga untuk memastikan kabar yang disampaikan burung itu benar adanya. Ternyata benar, burung itu tidak membawa kabar bohong, karena Ratu Balqis membalasnya dengan mengirim utusan untuk mengantarkan hadiah ke Nabi Sulaiman AS. Yang pada akhir kisah, karena peran awal dari Burung Hud-hud sebagai pemberi kabar, Ratu Balqis beserta kerajaannya berserah diri kepada Allah SWT setelah menyadari kelemahannya di hadapan utusan Allah SWT, Nabi Sulaiman AS.

Dua kisah di atas menggambarkan kerja-kerja jurnalistik dalam dunia pers. Baik burung Dara maupun burung Hud-hud melaksanakan tugas kejurnalistikannya dalam pengertian dan bentuk yang sederhana yaitu mengabarkan suatu berita. Mengabarkan berita yang benar-benar adanya, sesuai fakta. Bukan berita mengada-ngada atau hoaks.

Sudah semestinya seorang jurnalis mencontoh dua burung ini dalam mengabarkan suatu berita. Memberi dan menyuguhkan kabar berita kepada masyarakat sesuai dengan kenyataan. Sekalipun mencontoh seperti burung, tetapi bukan berarti seorang jurnalis membawa kabar burung.

Baca Juga : Terima Penghargaan KIP, Pemkab Gowa Ciptakan Keterbukaan Pelayanan Informasi Publik

Menyinggung soal “kabar burung” yang diartikan sebagai kabar bohong atau kabar yang belum jelas kebenarannya, sepertinya istilah ini harus digugat. Karna dalam kisah sejarah di atas, kabar burung itu bukan kabar bohong.

Entah siapa yang mengawali dan mengusulkan istilah “kabar burung” diartikan kabar yang belum jelas kebenarannya. Seorang Nabi saja percaya pada kabar dari burung, apalagi kita manusia biasa. Mungkin saja, burung-burung di zaman Nabi dulu masih jujur dalam mengabarkan. Beda dengan burung-burung sekarang, di zaman modern, sudah banyak burung-burung yang suka memberi kabar bohong. Jadinya kabar dari burung dikonotasikan saja sebagai kabar yang belum jelas kebenarannya.

Namun, ada juga dalam kepercayaan beberapa masyarakat yang secara turun-temurun terhadap suara teriakan burung Gagak di malam hari yang konon katanya itu adalah kabar pertanda ada kematian. Kalau soal ini, masuk kategori mitos sih. Kalau kerja burung ini tidak boleh dicontoh oleh jurnalis. Takutnya nanti masyarakat kehidupan dan pikirannya diselimuti mitos karena informasi yang mereka terima kebanyakan mitos.

Baca Juga : Indosat Berbagi Kasih: Anak-anak Nikmati Kehangatan dan Sukacita Natal

Yang tidak kalah penting lagi, seorang jurnalis dalam dunia pers harus menjadi burung bebas. Bukan burung dalam sangkar yang terbatas. Mengikut pernyataan tuannya yang suka memberi makan. Tak perduli itu kabar bohong, selama tuannya bilang “A” maka si burung ikut mengatakan dan mengabarkan “A” . Mirip-mirip seperti Burung Beo dalam sangkar. Seorang jurnalis mesti independen dan tidak boleh dikrangkeng.

Tapi, tidak boleh juga menjadi burung yang sebebas-bebasnya. Terbang kiri-kanan sambil berkicau sana-sini hingga terjadi kebingisingan dan kegaduhan akibat kicauan yang mengada-ngada dan menyebarkan kabar hoaks. Semua mesti berdasarkan kode etik yang sudah ditetapkan. Itu lah batasannya.

Selamat Hari Pers Nasional tahun 2021.

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646