REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUKAR — Di tengah derasnya arus modernisasi dan menguatnya budaya individualistik, Kabupaten Kutai Kartanegara membuktikan bahwa nilai gotong royong masih menjadi fondasi kuat kehidupan sosial masyarakat desa.
Hal ini terpotret dalam pelaksanaan Lomba Gotong Royong yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar bersama panitia pelaksana lintas elemen masyarakat. Kegiatan ini menyoroti praktik nyata gotong royong yang masih hidup dan berkembang di desa-desa setempat.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa, Asri Riyandi Elvandar, mengungkapkan bahwa lomba ini mengangkat banyak kisah solidaritas sosial yang menyentuh. Salah satunya adalah prosesi pemakaman dan doa tujuh harian yang dilaksanakan secara sukarela oleh seluruh warga desa saat ada yang meninggal dunia.
Baca Juga : DPMD Kukar Perkuat Tertib Arsip, 152 Berkas Lama Dimusnahkan
“Ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi bukti nyata bahwa kearifan lokal masih mengakar kuat. Hubungan sosial warga begitu erat, dan ini harus terus diwariskan ke generasi muda,” ujarnya, Sabtu (10/05/2025).
Elvandar juga mencontohkan praktik gotong royong lain, seperti pembangunan rumah untuk warga kurang mampu yang dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat tanpa campur tangan program formal pemerintah. Warga menyumbangkan tenaga, waktu, dan bahkan bahan bangunan secara sukarela.
“Nilai seperti ini tak bisa diukur dengan materi. Yang menonjol adalah rasa empati dan solidaritas yang tumbuh dari kesadaran kolektif,” tambahnya.
Baca Juga : DPMD Kukar Perkuat Digitalisasi Desa Lewat Ekosistem Keuangan Inklusif
Ia menegaskan bahwa lomba ini bukan semata mencari pemenang, melainkan menjadi sarana untuk memotret dan mengapresiasi kekayaan sosial yang masih hidup di desa-desa Kukar. Ia juga mendorong agar praktik gotong royong seperti ini dapat didokumentasikan secara lebih sistematis dan dijadikan inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia.
“Semoga budaya gotong royong ini terus dilestarikan. Kukar bisa menjadi contoh bagaimana nilai-nilai kearifan lokal tetap hidup dan menjadi kekuatan sosial yang nyata,” tutupnya.