0%
logo header
Jumat, 03 Februari 2023 18:53

Keterlibatan Massif TPPS dan Satgas Bantu Percepatan Penanganan Stunting di Gowa

Chaerani
Editor : Chaerani
Wabup Gowa Abd Rauf Malaganni saat memberikan pemaparan terkait penanganan stunting di Kabupaten Gowa di sela-sela Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI Terkait Pengawasan Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Gowa, di Baruga Karaeng Pattingalloang, Kantor Bupati Gowa, kemarin. (Dok. Humas Gowa)
Wabup Gowa Abd Rauf Malaganni saat memberikan pemaparan terkait penanganan stunting di Kabupaten Gowa di sela-sela Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI Terkait Pengawasan Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Gowa, di Baruga Karaeng Pattingalloang, Kantor Bupati Gowa, kemarin. (Dok. Humas Gowa)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Keterlibatan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Satuan Tugas (Satgas) yang telah dibentuk Pemerintah Kabupaten Gowa sangat membantu dalam penanganan percepatan stunting. Keberhasilan tersebut tentunya karena program-program yang dicanangkan sangat massif.

Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Malaganni mengatakan, sejumlah capaian program yang telah dilaksanakan TPPS dan Satgas di lapangan sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 dan Perban Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting (RAN PASTI). Dimana dalam aturan tersebut meliputi Aksi Intervensi Spesifik dan Aksi Intervensi Sensitif.

“TPPS ini kami bentuk di 167 desa di 18 kecamatan. Kemudian tim satgas untuk melakukan koordinasi, termasuk juga melibatkan tim pendamping keluarga (TPK),” terangnya dalam pemaparannya saat menerima Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI Terkait Pengawasan Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Gowa, di Baruga Karaeng Pattingalloang, Kantor Bupati Gowa, kemarin.

Baca Juga : Dari Aduan Warga hingga Layanan Online Terpadu, Wamendagri Akui Digitalisasi Makassar yang Terbaik

Ia menjelaskan, untuk program kerja yang telah terealisasi sepanjang 2022 lalu diantaranya, meningkatkan alokasi APBD minimal 10 persen untuk percepatan penurunan stunting sejak 2021, mengalokasikan proporsi 72 persen anggaran lintervensi sensitif, 26 persen anggaran intervensi spesifik dan 2 persen anggaran intervensi koordinatif. Kemudian, melakukan revisi Peraturan Bupati (Perbup) tentang kewenangan desa/kelurahan dalam penurunan stunting.

“Termasuk juga melaksanakan Rembuk Stunting di 18 kecamatan, serta kelas Bina Keluarga Balita (BKB) tentang pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di desa dan kelurahan yang ada,” terangnya.

Tak hanya itu, melakukan komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan stunting lintas agama ke 350 pasang calon pengantin. Termasuk melakukan surveilans keluarga berisiko stunting melalui A’Kio 6 Register Sasaran ke 21.182 keluarga beresiko.

Baca Juga : Hasil Lengkap CostuMAXI 2025: XMAX, NMAX, Aerox dan Lexi Punya Raja Modifikasi Baru

Tak hanya itu, Tim TPPS bersama Satgas juga telah melakukan pelayanan KB pasca salin kepada 2.749 orang. Serta 24 dari 49 desa telah melaksanakan Daur Gizi Keluarga berbasis pangan lokal melalui DASHAT.

Sementara, untuk bantuan anggaran penanganan stunting, Pemerintah Kabupaten Gowa menerima dana transfer pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Dana transfer pusat ini tidak hanya terbatas dalam bentuk Biaya Operasional Kesehatan Stunting (BOK Stunting) tetapi juga termasuk DAK fisik dan non fisik yang diberikan ke pihak terkait untuk dapat mendukung percepatan program penurunan stunting.

“Pada 2021, total dana transfer yang diterima adalah sebesar Rp.29.594.608.055, kemudian di 2022, mengalami penurunan menjadi Rp. 24.576.567.041 dan di 2023, terdapat penurunan yang cukup signifikan menjadi 14.238.214.999. Hal ini disebabkan dana BOK stunting sudah tidak dianggarkan lagi,” ungkapnya.

Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino

Sementara, Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita Runtuwene menjelaskan, dengan angka pravelensi stunting sebesar 33 persen di Kabupaten Gowa saat ini tentu penanganannya harus didukung dengan anggaran yang memadai. Sehingga, dirinya akan memperjuangkan bagaimana agar DAK fisik Pemkab Gowa yang telah dipotong bisa ditambah kembali.

“Kalau bicara urusan anggaran nah ini kami akan bicarakan langsung di pusat, jadi memang tadi kami mendengarkan ada anggaran yang dipotong untuk DAK Fisik. Kemudian juga kalau dilihat ini angka stunting 33 persen tentunya memang harus didukung dengan anggaran yang memadai,” tutur Felly.

Dengan begitu, kedepan Felly memastikan pemerintah daerah bersama tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat duduk bersama untuk membahas upaya meminimalisir terjadinya perkawinan dini. Selain itu, memasifkan peran ibu dan bapak pada bayi atau keluarga yang memiliki anak stunting.

Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM

“Kami juga berharap, ada satu kegiatan yang langsung datang di setiap sekolah dengan menyasar siswi dengan umur tertentu, dilakukan pemeriksaan kepada para siswi terkait masalah anemia, ini juga menjadi masalah utama, karena kalau sejak dini sering terkena anemia, maka ketika mereka menikah anak mereka bisa stunting,” ujarnya.

Felly juga berharap, adanya kampanye, hingga edukasi secara masif yang dilakukan pemerintah daerah bersama pihak terkait untuk menangani stunting.

“Tidak bisa orang lain untuk melakukan perubahan di daerah ini selain masyarakatnya sendiri yang harus melakukan perubahan. Bagaimana gerakan masyarakat hidup sehat ini harus disampaikan karena bahwasanya bukan orang yang miskin saja yang bisa terkena stunting, tetapi orang yang finansial nya mumpuni pun anaknya bisa stunting, hal karena pemahaman tentang kesehatan itu minim,” tegasnya.

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646