REPUBLIKNEWS.CO.ID, – Walaupun sempat tertunda beberapa waktu, gelaran Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-XX kembali dilanjutkan, Rabu (24/03/2021) malam. Agenda akhir yang menjadi puncak kongres yaitu penentuan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII dan Ketua Umum Kopri PB PMII.
Dari 16 calon Ketua Umum, Muhammad Abdullah Syukri (Gus Abe) akhirnya menjadi Ketua Umum PB PMII periode tahun 2021-2023 pada Kamis subuh (25/03/2021).
Abe terpilih setelah putaran kedua, pada putaran pertama ada empat calon yang menonjol yakni Syarif Hidayatullah dengan perolehan 63 suara, diikuti oleh Abdullah Syukri 68 suara dilanjutkan Rafsanjani 48 suara dan Faikar 35 suara.
Baca Juga : PMII dan Gerakan Politik 2024
Pada putaran kedua, ada dua kandidat yang maju yakni Syarif Hidayatullah dan Muhammad Abdullah Syukuri. Syarif Hidayatullah hanya mendapatkan 112 suara dan Muhammad Abdul Syukuri (Gus Abe) mendapatkan 130 suara.
Pemilihan Ketua Umum PB PMII pada Kongres XX ini melahirkan pemimpin baru yakni Muhammad Abdullah Syukri (Abe) untuk masa bakti 2021-2023.
Perjalan Karir Gus Abe di PMII
Baca Juga : Peringati Harlah PMII ke-62, PC PMII Kota Baubau Launching Kegiatan Bina Kelurahan Waborobo
Abe mengawali karirnya di PMII sejak menjadi mahasiswa baru Universitas Brawijaya pada tahun 2008. Secara bertahap, Abe menapaki karirnya di PMII Komisariat Brawijaya.
Perjalanannya di Komisariat Brawijaya terbilang cukup mulus. Tiga tahun berselang, Abe menjadi pucuk pimpinan Pengurus Komisariat (PK) PMII Universitas Brawijaya masa bakti 2011-2012.
Semasa pria kelahiran Cirebon 5 Oktober 1991 itu memimpin Komisariat Brawijaya, sejumlah gebrakan pun dilakukan. Ia merombak sistem Pelatihan Kader Dasar (PKD) di Komisariat Brawijaya dengan mengusung konsep lebih profesional.
Baca Juga : Peringati Harlah PMII ke-62, PC PMII Kota Kendari Tanam 200 Bibit Pohon Mangrove
Abe mengungkapkan, tujuannya tak lain mendidik kader agar lebih disiplin. “Pola kaderisasi itu untuk membentuk kader profesional dan menjadikan PK PMII Universitas Brawijaya sebagai komisariat percontohan kaderisasi PMII dalam segmentasi kampus umum negeri,” kata Abe.

Di bawah komandonya, Komisariat Brawijaya berhasil membentuk empat rayon sekaligus. Yakni Rayon Pancasila (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), Rayon FIA (Fakultas Ilmu Adminstrasi), Rayon FTP (Fakultas Teknologi) dan Rayon Musa Aljabar (Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Komputer).
Karir Abe bukan hanya mentereng di PMII Komisariat Brawijaya. Organisasi intra kampus juga ia selami. Menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Brawijaya 2009-2010, Ketua Kongres Mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya 2009-2012 hingga Ketua KPU FISIP Universitas Brawijaya 2010.
Baca Juga : Melihat PMII dari Pojok Kampus
Seabrek kegiatan organisasi yang digeluti, Abe tak lantas meninggalkan kewajiban sebagai mahasiswa. Itu ia buktikan dengan menjadi Wisudawan Termuda dan Terbaik FISIP Universitas Brawijaya tahun 2012.
Abe sempat digadang-gadang menjadi calon terkuat PMII Cabang Malang. Namun, Abe harus lebih cepat meninggalkan PMII Kota Malang. Abe hijrah ke Jerman pada tahun 2015 untuk melanjutkan studi S2 melalui beasiswa DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst).
Kecintaannya terhadap PMII toh tak surut. Abe kemudian menginisiasi pendirian PCI PMII (Maroko, Jerman dan Taiwan) pada 2018. Usai menyelesaikan studi Pasca Sarjana Jurusan Development and Governance di Institute of Political Science University of Duisburg-Essen, Jerman tahun 2017, Abe memutuskan untuk kembali mengabdi di PB PMII.
Baca Juga : Melihat PMII dari Pojok Kampus
Mengemban amanah sebagai Ketua Biro Beasiswa Bidang Hubungan Internasional PB PMII 2017-2019, kembalinya Abe di PMII seolah telah dinanti. Tak butuh waktu lama, Abe langsung mengharumkan nama PB PMII dengan mewakili PB PMII dalam 7th World Peace Forum Jakarta 2018 yang dihadiri 100 tokoh perdamaian dunia.
Sumbangsih Abe bukan hanya untuk PMII, Ia telah berkontribusi besar pada kemajuan pesantren di Indonesia. Abe mendedikasikan diri sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan YLPI Buntet Pesantren yang membidangi 12 Lembaga Pendidikan Formal dan dua Lembaga Pendidikan non Formal, Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Buntet Pesantren (Rintisan Universitas Buntet) dan Pengasuh Ma’had Asy-Syakiroh 2 YLPI Buntet Pesantren.
Keinginannya untuk terus berkontribusi pada masyarakat luas mendapat apresiasi. Abe kemudian mendapat Penghargaan Khusus dari Bekraf RI dan Kemendikbud RI untuk Influencer kategori Pesantren 2019.
Baca Juga : Melihat PMII dari Pojok Kampus
“Terbaru, saya menjadi utusan dalam Program Perdamaian Dunia ke Amerika Serikat dan Serbia dalam program 1.000 Abrahamic Circles. Sebuah program untuk membangun Perdamaian Dunia di antara agama Ibrahim (Islam, Kristen, Yahudi),” beber Gus Abe. (*)