REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Hingga periode Agustus 2025, penyaluran kredit secara nasional tumbuh 7,56 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
“Dari pertumbuhan kredit tersebut secara total mencapai Rp8.075,0 triliun,” Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, dalam keterangannya, kemarin.
Lanjutnya, berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,86 persen, diikuti oleh kredit konsumsi 7,89 persen. Sedangkan kredit modal kerja tumbuh 3,53 persen yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 10,79 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 1,35 persen.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Jika ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tercatat tumbuh tinggi secara tahunan mencapai double digit.
“Sektor pertambangan dan penggalian tercatat tumbuh 20,13 persen, sektor pengangkutan dan pergudangan tumbuh 22,53 persen dan aktivitas jasa lainnya tumbuh 28,35 persen,” jelasnya.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 8,51 persen secara tahuan dengan capaian sebesar Rp9.385,8 triliun. Pada penghimpunan DPK tersebut kontribusi giro mengalami pertumbuhan 15,01 persen, tabungan tumbuh 5,52 persen, dan deposito berhasil tumbuh sekitar 5,73 persen secara yoy.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Selanjutnya, pada penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan. Dibandingkan tahun sebelumnya, rerata suku bunga kredit rupiah tercatat turun 44 bps untuk kredit investasi dan turun 31 bps untuk kredit modal kerja. Dari sisi penghimpunan dana, suku bunga deposito rupiah juga terpantau mulai menurun dibandingkan bulan lalu atau pada Augustus 2025 sebesar 5,24 persen dari Juli 2025 mencapai 5,36 persen.
Likuiditas industri perbankan pada Agustus 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 120,25 persen dan 27,25 persen, masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 202,62 persen.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,28 persen dan NPL net 0,87 persen. Loan at Risk (LaR) relatif stabil, tercatat sebesar 9,73 persen. Rasio LaR tercatat stabil seperti di level sebelum pandemi.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 26,03 persen. Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian global,” tegas Dian.
Selanjutnya, porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,30 persen dari total kredit perbankan dan terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Agustus 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 32,35 persen yoy menjadi Rp24,33 triliu, dengan jumlah rekening mencapai 29,33 juta.
