REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUKAR – Kutai Kartanegara (Kukar) kembali mencuri perhatian nasional lewat pertunjukan seni budaya spektakuler bertajuk TeTiba Jogja (Terbang Terampil Idaman Terbaik) yang digelar di Obelix Sea View Yogyakarta, Minggu (11/05/2025).
Mengusung tema Cultural Heritage of Kutai Kartanegara, acara ini menjadi ajang prestisius bagi para seniman daerah untuk tampil di panggung nasional. Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kukar, Zikri Umulda, menyebut bahwa ribuan pengunjung terpukau oleh penampilan seni yang menggugah sekaligus sarat nilai budaya.
“Ini bukan sekadar pertunjukan, tapi juga bentuk nyata komitmen Pemkab Kukar dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang berakar pada kearifan lokal,” ujarnya, Kamis (15/05/2025).
Baca Juga : DPMD Kukar Perkuat Program RT dan Dorong Kesejahteraan Warga Muara Jawa
Kegiatan ini juga disiarkan secara langsung melalui akun Instagram resmi @visitingkutaikartanegara, menarik antusiasme ribuan warganet dari berbagai daerah. Salah satu penampilan yang paling menyita perhatian adalah drama tari kolaboratif Jagaq Ngan Ngebueq Uma (Pembersihan Ladang) yang ditata oleh koreografer Surya Gunawan.
Tarian ini merupakan buah kolaborasi tiga suku Dayak di Kukar—Kenyah, Benuaq, dan Modang—yang menyampaikan kisah penuh makna tentang cinta, konflik, penyembuhan, dan keharmonisan hidup berladang. Cerita berpusat pada pasangan Jalung dan Awing dari suku Kenyah yang menghadapi ujian rumah tangga akibat gangguan dari pemuda kampung seberang. Ketegangan memuncak hingga ladang mereka dilanda hama dan sihir, yang akhirnya disembuhkan melalui ritual Belian dari Dayak Benuaq, dan ditutup dengan tarian Hudoq Dayak Modang sebagai simbol penyucian dan permohonan berkah kepada leluhur.
“Pertunjukan ini tidak hanya indah secara visual, tapi juga sarat pesan moral dan spiritual. Ia menggambarkan identitas mendalam masyarakat Kutai Kartanegara,” jelas Zikri.
Baca Juga : BPD Antarwaktu Hulu Kukar Dilantik, Pengawasan Desa Diperkuat
Kehadiran Kukar di panggung TeTiba Jogja menjadi bukti bahwa kekayaan budaya lokal mampu bersaing di tingkat nasional, bahkan berpotensi mendunia.
“Kami ingin budaya Kutai dikenali bukan hanya sebagai tontonan, tapi juga sebagai inspirasi bagi gerakan kebudayaan nasional,” tutupnya.
