0%
logo header
Minggu, 23 Oktober 2022 20:22

Lewat FAM, HWDI Sulsel Bangun Sensitisasi Tentang Disabilitas dan HKSR Kepada Anak 

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Ket : Ketua HWDI Sulsel Maria Un di sela-sela pelaksanaan Forum Sensitisasi Anggota Forum Anak Makassar dan Media Terkait Dengan Layanan Kesehatan yang Ramah Bagi Remaja Disabilitas dan Kusta, di Taman Baca Amelia (Baruga), Kelurahan Maccini Sombala, Minggu (23/10). (Chaerani/Republiknews.co.id)
Ket : Ketua HWDI Sulsel Maria Un di sela-sela pelaksanaan Forum Sensitisasi Anggota Forum Anak Makassar dan Media Terkait Dengan Layanan Kesehatan yang Ramah Bagi Remaja Disabilitas dan Kusta, di Taman Baca Amelia (Baruga), Kelurahan Maccini Sombala, Minggu (23/10). (Chaerani/Republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan membangun sensitisasi tentang kelompok disabilitas dan hak layanan kesehatan inklusi kepada anak-anak remaja di Makassar. Hal ini dilakukan dengan melibatkan Forum Anak Makassar (FAM). 

“Sebetulnya kan program yang kita laksanakan ini memang targetnya adalah anak dan remaja dengan disabilitas dan kusta. Tapi kita mau menggunakan pendekatan dari anak kepada anak, makanya kita coba melibatkan forum anak ini,” kata Ketua HWDI Sulsel Maria Un di sela-sela pelaksanaan Forum Sensitisasi Anggota Forum Anak Makassar dan Media Terkait Dengan Layanan Kesehatan yang Ramah Bagi Remaja Disabilitas dan Kusta, di Taman Baca Amelia (Baruga), Kelurahan Maccini Sombala, Minggu (23/10/2022).

Dengan melibatkan Forum Anak Makassar ini diharapkan akan terbangun perspektif yang ramah dengan kelompok disabilitas. Misalnya, bagaimana melakukan interaksi yang benar dengan kelompok disabilitas, sehingga mereka akan menjadi suportif sistem bagi anak-anak disabilitas di Kota Makassar.

Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan

Termasuk juga mendorong pemenuhan akses layanan kesehatan yang ramah dengan kelompok disabilitas, utamanya remaja dan anak. Utamanya pada isu Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR). 

Menurut Maria, informasi dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak dan remaja disabilitas dan kusta masih sangat kurang dilakukan oleh keluarga, masyarakat ataupun di sekolah. Sementara, banyak penyandang disabilitas yang belum memiliki pengetahuan yang baik terkait dengan HKSR. 

Minimnya pengetahuan anak dan remaja disabilitas dan kusta tentang HKSR ini sangat berpotensi menjadikan mereka menjadi korban kekerasan seksual, pelecehan seksual, dan penyumbang bertambahnya angka HIV-AIDS, serta makin banyak remaja yang menggugurkan kandungan karena hamil dan lain-lain.. 

Baca Juga : Indosat Perkuat Pengalaman Digital di Makassar Dengan AIvolusi5G

“Di pertemuan ini kita juga mendapatkan gambaran bahwa pendidikan kesehatan dan reproduksi ini masih lambat diterima. Jadi bukan hanya anak disabilitas dan kusta, tetapi anak non disabilitas pun banyak belum mendapatkan informasi yang benar terkait kesehatan reproduksi seksual,” ujarnya.

Sehingga pada pertemuan ini pun dinilai cukup strategi dan bagus. Di mana memberikan pemahaman secara bersama-sama, yakni menguatkan anak dan remaja non disabilitas dengan perspektif disabilitas, kemudian menguatkan anak dan remaja disabilitas dan kusta dengan skill untuk meningkatkan kepercayaan dirinya agar interaksi antar mereka bisa terjalin dengan baik. 

Belum lagi, tantangan dalam memberikan layanan kesehatan seksual reproduksi kepada anak dan orang muda dengan disabilitas dan kusta adalah stigma yang masih sangat tinggi. Tak hanya itu, sangat sedikit orangtua juga menyadari pentingnya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi mereka yang memiliki anak dengan penyandang disabilitas dan kusta.

Baca Juga : Gojek, Tangan Di Atas dan Pemkot Makassar Dukung Pelaku UMKM Kuliner Baru Naik Kelas

“Pusat layanan kesehatan yang belum aksesibel bagi penyandang disabilitas, serta perspektif tentang disabilitas dan keterampilan dalam berinteraksi dengan disabilitas dari petugas penyedia layanan yang masih kurang sehingga

layanan kesehatan belum inklusif disabilitas. Posyandu Remaja yang ada juga banyak yang tidak aktif dan tidak melibatkan remaja dengan disabilitas dan kusta,” terangnya.

Kedepannya, Forum Anak Makassar ini akan terus dilibatkan pada program tersebut. Sebab, dengan memprioritaskan keterlibatan anak non disabilitas dan kusta sangat memudahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Baca Juga : Bawa Misi Penyelamatan, Film TIMUR Garapan Iko Uwais Tayang 18 Desember 2025 di Bioskop

“Jadi selanjutnya kita akan buat tudang sipulung yang kita rencanakan berlangsung dalam waktu dekat. Nantinya disini kita akan melibatkan remaja dan anak disabilitas agar mereka bisa saling memberikan masukan,” katanya.

Sementara, Pengurus Klaster 5 Forum Anak Makassar Muhammad Fatahillah Rukun mengaku, pertemuan ini akan semakin menguatkan komitmen FAM untuk melibatkan partisipasi dari anak dan remaja disabilitas dan kusta pada kegiatan-kegiatan FAM kedepannya.

“Kedepannya memang kami sudah ingin melaksanakan kegiatan dengan melibatkan anak dan remaja disabilitas, kusta, bahkan anak dengan HIV-AIDS. Bahkan dalam pelaksanaan Musrenbang Anak nantinya mereka (anak dan remaja disabilitas) akan kami libatkan,” terangnya.

Baca Juga : Bawa Misi Penyelamatan, Film TIMUR Garapan Iko Uwais Tayang 18 Desember 2025 di Bioskop

Keterlibatan mereka dianggap perlu agar hak dan suara serta kebutuhan mereka juga dapat didengar dan diakomodir pada pembangunan Kota Makassar kedepannya. Termasuk bagaimana remaja dan anak-anak, baik disabilitas maupun non disabilitas juga memiliki pengetahuan yang sama terkait pentingnya HKSR ini dipenuhi pada layanan kesehatan yang inklusi.

“Kedepannya kami juga telah komitmen akan melibatkan mereka di setiap kegiatannya. Hanya saja sebagai langkah awal kami mencoba mengikutkan anak-anak di kelurahan dulu, jadi nanti kami satu persatu, dan bertahap,” kata Duta Anak Makassar ini.

Sementara, Praktisi Kesehatan Hasranah mengungkapkan, pentingnya HKSR dibangun pada anak-anak dan remaja agar mereka dapat mengenal tubuhnya dengan baik. Hal ini penting untuk menekan angka kekerasan seksual, terutama pelecehan seksual dengan korban anak dan remaja.

Baca Juga : Bawa Misi Penyelamatan, Film TIMUR Garapan Iko Uwais Tayang 18 Desember 2025 di Bioskop

“Angka kekerasan seksual dan pernikahan dini yang tinggi itu disebabkan karena pengetahuan mereka tentang tubuhnya. Makanya, isu HKSR ini memang sangat penting untuk kita gaungkan kembali,” katanya.

Hasranah menilai, jika sebelumnya di tengah-tengah masyarakat belajar isu kesehatan reproduksi seksual dinilai adalah hal tabu, sehingga tidak dapat dibicarakan. Maka, di kondisi saat ini harus penting untuk disosialisasikan, utamanya remaja dan anak yang dinilai rentan, seperti disabilitas.

“Makanya perlu didorong agar mereka juga mendapatkan akses mendapatkan pengetahuan tentang HKSR ini,” ungkapnya.

Baca Juga : Bawa Misi Penyelamatan, Film TIMUR Garapan Iko Uwais Tayang 18 Desember 2025 di Bioskop

Hal lainnya adalah melibatkan FAM ini untuk bersama-sama melawan stigma kepada kelompok disabilitas dan kusta.

“Karena stigma ini, maka pelayanan kesehatan yang inklusi itu masih belum maksimal. Sementara hak kesehatan itu harusnya sama, misalnya posyandu remaja itu harus ada disabilitasnya, agar bisa menjadi posyandu yang inklusi,” tutupnya. (*)

Penulis : Chaerani
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646