0%
logo header
Minggu, 24 September 2023 23:45

Logam Berat Ancam Pemulung Perempuan di TPA Antang Makassar

Arnas Amdas
Editor : Arnas Amdas
Seorang pemulung perempuan saat memilah sampah di lokasi pengelolaan sampah di TPA Antang Makassar, Kamis, (31/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)
Seorang pemulung perempuan saat memilah sampah di lokasi pengelolaan sampah di TPA Antang Makassar, Kamis, (31/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

Dari cerita Sinar, air sumur tidak lagi dikonsumsi sekitar puluhan tahun yang lalu karena kondisi airnya yang dianggap tidak layak pakai. Mulai dari warna air yang mulai menghitam dan berbau, belum lagi kondisinya sudah dipenuhi sampah. Apalagi lagi karena sudah masuknya air PDAM di kawasan TPA tersebut.

”Sudah lama mi tidak dipakai, makanya kita tutup permanen. Baunya kayak bau got, hitam dan banyak sampahnya,” kata Sinar.

Sinar mengaku telah menjadi pemulung dan bermukim di wilayah TPA Antang sejak 1993 hingga diusianya ke 28 tahun saat ini. Jika beberapa perempuan seumuran Sinar menikmati kehidupan berkerja di kantor-kantor atau tempat lainnya, Sinar menikmati aktivitasnya bekerja di atas tumpukan sampah mulai petang hingga malam hari.

Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM

Saat memulung kebanyakan ia menghasilkan sampah dengan jenis plastik, dan sampah elektronik, seperti baterai, televisi dan kulkas. Sampah tersebut pun ia pilah sendiri tanpa menggunakan alat pengamanan yang benar.

”Ya kita pisah sendiri, antara aluminium, kaleng, sama besi dan plastik-plastik. Kita pilah sesuai komponennya. Kita lihat dulu dia masuk di komponen besi, kuningan, alma atau apa, jadi kita pisah sesuai itu,” terang Sinar.

Dalam aktivitasnya mengelola sampah pun Sinar mengaku hanya menggunakan baju yang digunakan saat beraktivitas sehari-sehari, jaket digunakan jika kondisi terasa dingin. Masker, hingga sarung tangan pun tidak menjadi alat penting saat memulung, dalih ribet menjadi alasan utama hampir seluruh pemulung perempuan yang ditemui.

Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe

”Tergantung, ada yang biasa pake jaket, kalau saya tidak ji, paling hanya pakai kaos biasa saja, tidak pake masker juga, sudah terbiasa ji. Tidak ada alat pelindung, yang saya pakai hanya laras, gancu dan karung,” akunya.

Keterbatasan peralatan keselamatan yang tepat, tentunya dapat mengekspos diri mereka terhadap bahaya keselamatan dan kesehatan. Apalagi tempat mereka mengepul sampah tidak luput dari sebaran sampah elektornik dengan kandungan logam berat yang cukup berbahaya bagi kesehatan. Salah satunya pada kandungan baterai yang biasa diambil pemulung itu terdapat kandungan logam berat seperti kobalt, kadmium, lithium, mangan, timbal, dan nikel. Kandungan ini dapat mencemari lingkungan dan berbahaya untuk kesehatan manusia. Bahkan limbah baterai ini masuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan salah satu organisasi non pemerintahan Save The Children pada Februari 2023 lalu, potensi limbah elektronik di Kota Makassar mencapai 5.651,2 ton per tahun. Limbah elektronik ini pun dibuang ke TPA Antang.

Baca Juga : Dari Survei Kepuasan Responden, OJK Sulselbar Perkuat Implementasi Tugas dan Fungsi

Dari hasil penelitian mereka juga mencatat tiga kecamatan di Kota Makassar yang memiliki limbah elektronik terbesar yaitu Kecamatan Makassar, Mamajang, dan Mariso. Persentase jenis limbah pun beragam terbanyak meliputi televisi sebesar 100 persen, ponsel 99,7 persen, kipas 93,2 persen, penanak nasi 88,7 persen, setrika 93,2 persen, kulkas 89,2 persen, laptop 76,4 persen dan AC 49,5 persen. Belum lagi pemulung di TPA Antang dalam mengelola limbah elektronik dengan cara disimpan sebesar 40 persen, 33 persen dijual, 20 persen diperbaiki, 4 persen dibuang, dan hanya 3 persen yang didaur ulang.

Halaman
Penulis : Chaerani
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646