0%
logo header
Minggu, 24 September 2023 23:45

Logam Berat Ancam Pemulung Perempuan di TPA Antang Makassar

Arnas Amdas
Editor : Arnas Amdas
Seorang pemulung perempuan saat memilah sampah di lokasi pengelolaan sampah di TPA Antang Makassar, Kamis, (31/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)
Seorang pemulung perempuan saat memilah sampah di lokasi pengelolaan sampah di TPA Antang Makassar, Kamis, (31/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

”Limbah B3 seperti sampah elektronik itu dikelola maupun tidak dikelola itu tetap ada ancamannya, tapi akan lebih besar jika tidak dikelola sesuai standar yang ada. Jadi bukan lagi hanya sekadar bahwa yang kita kejar ini adalah nilai ekonomis yang ada di elektronik itu, tetapi kita juga tetap harus memperhatikan standar keselamatan, kesehatan, dalam proses mengolahnya,” terangnya.

Nilai Ekonomi yang Mengabaikan Kesehatan

Hampir seluruh pemulung perempuan di TPA Antang mengaku tidak mengalami ganguan kesehatan apapun meski telah bertahun-tahun beraktivitas dengan sampah, bahkan diibaratkan mereka hidup berdampingan dengan sampah-sampah berbagai jenis tersebut.

Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM

”Mau di apami, kalau tidak pergi mulung kita dapat uang dari mana. Profesi pemulung mi ini yang tidak banyak aturannya, bahkan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Kalau sakit kita tinggal ke dokter saja, tapi sejauh ini jarang pemulung mengeluh sakit,” terang Fitriani yang telah bertahun-tahun menjadi pemulung di TPA Baru.

Kondisi pemukiman pemulung di TPA Antang Makassar, Rabu, (16/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

Apa yang diungkapkan Fitri berbanding terbalik dengan data yang dihimpun Puskesmas Pembantu (Pustu) Tamangapa. Sepanjang periode 2019 hingga 2023 berdasarkan jumlah kunjungan pasien ada lima jenis penyakit terbanyak yang diidap masyarakat di sekitar wilayah TPA Antang. Mulai dari Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), Hipertensi (HT), Gastritis (asam lambung), Cefhaligia (sakit kepala), dan Dermatitis (alergi).

Pada 2019 jumlah penderita ISPA sebanyak 91 pasien, penderita HT sebanyak 87 pasien, Gastritis sekitar 79 pasien, Cefhaligia sebanyak 52 pasien, dan Dermatitis sebanyak 79 pasien. Selanjutnya di 2021 angka penderita ISPA sebanyak 38 pasien, penderita HT sebanyak 30 pasien, Gastritis sekitar 17 pasien, Cefhaligia sebanyak 18 pasien, dan Dermatitis sebanyak 26 pasien.

Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe

Selanjutnya di 2022 angka penderita ISPA sebanyak 27 pasien dan naik sebanyak 29 pasien penderita hingga periode Mei 2023. Pada pasien penyakit Gastritis sekitar 23 orang, kemudian meningkat 24 orang di 2023, penderita Cefhaligia yang tercatat 23 pasien juga naik menjadi 24 penderita di 2023.

Akademisi Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin Irwan Ridwan Rahim menilai, dampak kesehatan bagi masyarakat utamanya pemulung yang berada di wilayah TPA dengan suplai sampah elektornik yang begitu besar bukan hanya dirasakan dalam jangka pendek. Tetapi juga dalam jangka waktu yang cukup panjang.

”Jangka pendeknya itu misalnya mereka memilah sampah jenis baterai, itu kalau meledak dan terbakar gasnya sangat bahaya saat dihirup. Kita bisa infeksi saluran pernapasan, batuk dan pusing. Sementara jangka panjangnya seperti saat dia sudah tua baru muncul kanker, dan sebagainya,” katanya.

Seorang anak saat meminum air di botol plastik setelah beraktivitas di sekitar TPA Antang Makassar, Selasa, (15/08/2023). (Dok. Chaerani/Republiknews.co.id)

Baca Juga : Dari Survei Kepuasan Responden, OJK Sulselbar Perkuat Implementasi Tugas dan Fungsi

Intinya menurut Irwan, dampak jangka pendek dari kontaminasi logam berat pada sampah elektronik terdapat pada reaksi tubuh, misalnya inpeksi saluran pernapasan, batuk, kemudian penyakit Brokitis dan sebagainya. Sementara yang jangka panjang ini bisa berbahaya karena efeknya tidak terjadi secara 10 atau 20 tahun kedepan, tetapi setelah tubuh dalam kondisi rentan.

Fitri mengaku, dua keluarganya yang juga berprofesi pemulung meninggal dalam keadaan sakit parah. Iparnya bernama Sanneng Daeng Te’ne meninggal di usia sekitar 49 tahun pada Desember 2021 lalu dengan identifikasi penyakit komplikasi kanker kulit dan payudara.

Halaman
Penulis : Chaerani
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646