0%
logo header
Senin, 25 Mei 2020 23:38

Menderita Kangker Tulang, Remaja di Polindu Buton Tengah, Harapkan Uluran Tangah Dermawan

La Sali, pemuda berusia 15 tahun di Desa Polindu, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.
La Sali, pemuda berusia 15 tahun di Desa Polindu, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.

REPUBLIKNEWS.CO.ID, BUTON TENGAH – Kanker tulang menyerang tangan dan leher Bahdar alias La Sali, seorang remaja berusia 15 tahun yang tinggal di Desa Polindu, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara.

La Sali merupakan siswa SMP Negeri 18 Buton Tengah yang terletak di Desa Tanailandu.

Tangan kanannya membengkak sebesar paha orang dewasa, anak ini nampaknya tidak bisa sekolah lagi akibat tanganya yang mulai membesar, keras, berat dan sakit, malah satu bulan terakhir benjolan mulai membesar juga dibagian tubuh lainya (Leher).

Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan

La Sali merupakan anak dari pasangan La Gunti (49) dan Hasia (50). Sali juga merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Keluarga kecil ini tinggal di rumah sederhana di Desa Polindu, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.

Saat ditemui republiknews.co.id, La Sali sedang terbaring di sofa lapuk ruang tamu rumahnya, bersama ayah dan ibunya.

“Kata dokter, Sali kena kanker tulang,” Ucap La Gunti saat berbincang dengan republiknews.co.id di rumahnya, Senin (25/5/2020) malam.

Baca Juga : Terima Penghargaan KIP, Pemkab Gowa Ciptakan Keterbukaan Pelayanan Informasi Publik

Kanker tulang membuat tangan kanan La Sali membengkak sebesar paha orang dewasa. Tubuhnya sangat kurus hingga nyaris tinggal tulang dan ketebalan kulitnya mulai menurun.

Tidak hanya itu, benjolan nampak mulai membesar pada lehernya, La Sali juga kadang mengeluh sakit pada punggung bagian bawah saat duduk. Sehingga untuk makan dan minum, kadang dia harus dibantu oleh ibu dan ayahnya.

“Bengkak pada tangan kanan dan benjolan pada leher kadang katanya sakit kalau dipegang, kadang dia kesakitan saat saya membersihkannya,” ujar La Gunti yang didampingi istrinya.

Baca Juga : Indosat Berbagi Kasih: Anak-anak Nikmati Kehangatan dan Sukacita Natal

Meski hanya mengandalkan penghasilanya sebagai petani yang rata-rata Rp 400-500 ribu/bulan, La Gunti enggan berpangku tangan untuk pengobatan La Sali.

Menurut La Gunti, tindakan medis untuk operasi kanker tulang yang diderita putranya belum jelas, masih menunggu perkembangan pandemi corona virus (Covid 19).

Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Biaya pengobatannya selama ini hanya mengandalkan BPJS Kesehatan bantuan dari pemerintah. Karena sejauh ini Pemerintah kabupaten Buton Tengah belum pernah turun melihat kondisi La Sali.

Baca Juga : Perkuat Penerapan K3, PLN UIP Sulawesi Lakukan Management Patrol di GI Punagaya

“Adami foto MRI cuma tercecer, pemeriksaan MRI kembali menunggu masa pandemi corona. Semoga setelah itu bisa dilaksanakan operasi, atau langkah-langkah lain yang mendukung,” terang La Gunti.

La Gunti menuturkan, gejala kanker tulang pada putranya mulai tampak sejak setahun yang lalu, saat itu La Sali masih duduk di bangku kelas 8 SMP. Semula dia terkilir saat bermain bola foli di sekolahnya. Meski tidak ada luka lecet, putranya mulai merasakan sakit berkepanjangan pada tangan kanannya.

Karena ketidaktahuannya, La Gunti dan istrinya sempat beberapa kali membawa La Sali  kepada tukang pijat. Namun tidak meredakan sakit tersebut.

Baca Juga : Perkuat Penerapan K3, PLN UIP Sulawesi Lakukan Management Patrol di GI Punagaya

Sehingga La Sali dibawa berobat ke Puskesmas Kanapanapa, Kecamatan Mawasangka. Beberapa kali datang ke puskesmas tersebut pengobatan ini pun tidak membuahkan hasil. Bahkan benjolan pada tangan kanan Sali mulai terlihat membesar.

“Saya bawa ke Puskesmas juga mereka hanya timbang dan ukur tinggi lalu kasi obat, akhirnya saya bawa ke Rumah sakit Siloam di Kota Baubau. Oleh dokter di sana, dia dinyatakan kena kanker tulang,” ungkapnya.

Sambil menahan air mata, kedua orang tua La Sali ini terus mengharapkan kesembuhan bagi anaknya. Dia juga menantikan uluran tangan dari para dermawan agar putranya mendapatkan pengobatan yang maksimal. Terlebih lagi, kanker tulang kemungkinan akan membuat La Sali tidak bisa lagi bersekolah dan bermain seperti remaja lain yang seusianya.

Baca Juga : Perkuat Penerapan K3, PLN UIP Sulawesi Lakukan Management Patrol di GI Punagaya

“Harapan saya La Sali putra kami segera diberi kesembuhan,” tandasnya dengan haru. (Dzabur Al-Butuni)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646