REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Museum Balla Lompoa memiliki ribuan koleksi peninggalan sejarah Kerajaan Gowa dari masa ke masa. Salah satunya koleksi Alquran dengan usia ratusan tahun yang menjadi sejarah warisan Islam di Sulawesi Selatan.
Dengan ukuran sekitar 35 cm x 49 cm, mushaf ini cukup besar dibandingkan Alquran modern. Keberadaan Alquran tua ini pun menjadi koleksi yang paling diminati oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Kurator Museum Balla Lompoa Andi Jufri Tenri Bali mengatakan, Alquran ini bukan sekadar kitab suci, tetapi juga bukti perjalanan panjang Islam di Sulawesi Selatan. Mushaf ini diduga merupakan salah satu Alquran yang dibawa ke Sulawesi Selatan oleh ulama besar dari Mekkah. Alquran ini diperkirakan diselesaikan pada tahun 1841 M oleh Syekh Ahmad Umar, seorang ulama keturunan Bugis yang lama tinggal di Mekkah.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Kita tahu bahwa ada ulama besar suku Bugis yang lama berada di tanah suci Mekkah. Beliau ini yang bernama Syekh Ahmad Umar berkesempatan menulis sebuah kitab suci mushaf Alquran ini, diselesaikan oleh beliau di tanah suci Mekkah,” jelasnya, dalam keterangannya, kemarin.
Mushaf Alquran menjadi bagian tak terpisahkan dari Islamisasi Gowa-Tallo. Setiap kerajaan atau kesultanan memiliki Alquran sebagai identitas keagamaan mereka. Keberadaan Alquran di istana seolah menegaskan bahwa Islam telah mengakar di dalam sistem kerajaan.
“Alquran itu kehadirannya variatif. Kita tidak tahu secara kebenaran kapan, tapi setiap kesultanan atau kerajaan harus memiliki mushaf Alquran. Di Kerajaan Gowa sendiri, sekalipun sudah menjadi kerajaan Islam, berarti sudah kesultanan, jelas harus memiliki identitas keagamaan secara resmi yaitu Alquran,” kata Jufri.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Keberadaan mushaf kuno di Sulawesi Selatan tidak hanya terbatas pada Museum Balla Lompoa. Jufri dan timnya berencana mengadakan survei ke berbagai wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Gowa untuk mencari mushaf-mushaf lainnya yang mungkin masih tersimpan di komunitas tertentu.
Lanjutnya, Alquran tidak hanya ada di istana, tetapi juga disebarkan ke berbagai tempat untuk pengajaran agama. Kini, pihaknya ingin melacak dan menyelamatkan manuskrip-manuskrip ini agar bisa terjaga dengan baik.
“Orang-orang dulu selalu memiliki sikap sangat hormat kepada kitab suci. Disimpan baik-baik pada komunitasnya sendiri. Maka kami ada upaya untuk survei kalau perlu bagaimana bisa diberikan pemahaman supaya barang lestari ini harus ditempatkan di Museum Istana Balla Lompoa,” katanya.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Upaya pelestarian ini bukan hanya demi sejarah, tetapi juga untuk menjaga warisan intelektual dan spiritual umat Islam di Sulawesi Selatan. Di balik lembaran-lembaran mushaf tua ini, tersimpan jejak perjalanan sebuah peradaban yang harus terus dilestarikan.
“Wilayah kerajaan dulu dipelihara menjadi identitas mereka. Nah sebagian kami ada simpan di sini, ada juga sudah memerlukan pemeliharaan,” katanya.
