REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Nilai produksi terhadap komoditas rumput laut pada sub sektor perikanan budidaya di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan secara tahunan atau year on year (yoy). Hal tersebut berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar dengan melihat potensi rumput laut di Sulawesi Selatan di periode 2021 hingga 2022.
Kepala OJK Sulselbar Darwisman mengungkapkan, secara tahunan peningkatan nilai produksi komoditas rumput laut yakni 42,31 persen. Dimana pada periode 2021 nilai produksinya mencapai Rp10,750 triliun, sementara di 2022 mencapai Rp15,298 triliun.
“Kalau di lihat dalam sebaran wilayah komoditas tersebut nilai produksi terbesarnya ada di Kabupaten Takalar sebesar 3,579 triliun pada 2022 atau meningkat 15,19 persen dari Rp3,107 triliun di 2021,” ungkapnya, dalam keterangannya, Jumat, (27/12/2024).
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Selanjutnya, Kabupaten Wajo dengan nilai produksi sebesar Rp2,400 triliun yang mengalami pertumbuhan 24,02 persen secara tahunan atau dengan nilai produksi Rp1,935 triliun di tahun sebelumnya. Kemudian, Kabupaten Luwu dengan nilai produksi Rp2,129 triliun dan di 2021 sebesar Rp1,124 triliun atau meningkat 89,41 persen yoy.
“Adapun nilai produksi rumput laut yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara tahunan yakni di Kabupaten Jeneponto yang meningkat 129,97 persen atau Rp1,592 triliun di 2022 dari Rp692 triliun di 2021,” jelas Darwisman.
Tambah Darwisman, untuk daerah dengan nilai produksi rumput laut terendah yakni Kepulauan Selayar sebesar Rp1,868 triliun di 2022 dari Rp1,354 triliun di tahun sebelumnya. Adapun Kabupaten Barru mengalami peningkatan nilai produksi sekitar 101 persen dari periode 2021 sebesar Rp2,614 triliun mencapai Rp5,274 triliun di 2022.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Kemudian, daerah dengan jumlah produksi terbanyak berada di Kabupaten Luwu sebanyak 633.924 ton di 2022 dari 614.258 ton di 2021 atau mengalami peningkatan produksi 3,20 persen. Daerah lainnya yakni Kabupaten Takalar dengan produksi 588.396 ton atau meningkat 0,23 persen secara tahunan dengan capaian produksi di 2021 sebanyak 587.061 ton.
“Peningkatan jumlah produksi terbanyak secara tahunan itu ada di Kabupaten Barru sebesar 42 persen atau dari 669 ribu ton naik 950 ribu ton. Kemudian, ada di Pinrang yang meningkat 26,30 persen dari 19.510 ton di 2021 menjadi 24.461 ton di 2022,” katanya.
Pengembangan penghasil komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan tersebar di 16 kabupaten dan kota dari 24 daerah yang ada.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Bahkan yang menggembirakan juga rata-rata harga produsen rumput laut juga meningkat. Dari 2021 Rp7.382 per kilogram (Kg) di 2021 naik Rp10.521 per Kg di 2022, kemudian tembus Rp13.183 per Kg di 2023,” jelas Kepala OJK Sulselbar.
Ia menegaskan, meskipun dalam pengembangan komoditas rumput laut mengalami peningkatan, baik dari segi produksi maupun nilai produksinya, juga terdapat beberapa permasalahan di sektor tersebut. Antara lain, penyerapan produk rumput laut dari petani dan UMKM yang tidak sesuai dengan harga pasar, hingga hilirisasi produk rumput laut yang belum optimal.
“Ternyata rumput laut ini banyak hilirisasinya, ini pun harus kita dorong agar memberikan nilai tambah. Seperti untuk produk nori, agar-agar (jelly), dan lainnya,” ungkapnya.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Selain itu, permasalahan lainnya yakni kualitas rumput laut yang dihasilkan oleh petani rumput laut belum terstandarisasi sesuai spesifikasi off-taker.
“Ini yang terus juga harus kita edukasi,” tutupnya.
