REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar mencatat terdapat 253 industri jasa keuangan resmi yang berada dibawah pengawasan OJK di Sulawesi Selatan.
Kepala OJK Sulselbar Moch. Muchlasin menyebutkan, ratusan industri jasa keuangan yang beroperasi di Sulawesi Selatan terdiri dari 78 perusahaan bank dan 175 perusahaan di industri keuangan non bank (IKNB).
“Dari 78 bank yang beroperasi di Sulsel terdiri dari 53 perusahaan bank umum dengan 860 jaringan kantor, dan 25 bank BPR dengan 49 kantor cabang,” sebutnya, dalam keterangannya, di sela-sela Jurnalis Update Perkembangan Industri Jasa Keuangan di Sulsel, kemarin.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Ia menjelaskan, pada bank umum terdiri dari bank swasta maupun yang masuk dalam kategori Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Mulai dari Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN. Sedangkan, pada kategori BPR salah satunya Bank Sulselbar.
Ia melanjutkan, pada kondisi IKNB terdapat 253 perusahaan yang terdiri 83 perusahaan asuransi engan 171 jaringan kantor, 60 perusahaan pembiayaan dengan 317 kantor cabang, 5 perusahaan modal ventura dengan 117 jaringan kantor, dan 1 perusahaan Permodalan Nasional Madani (PNM) dengan 248 kantor cabang yang tersebar.
Di industri pergadaian terdapat 3 perusahaan di wilayah Sulawesi Selatan dengan 353 kantor cabang, 4 perusahaan dana pensiun dengan 4 kantor jaringan, serta 3 perusahaan penjaminan dengan 7 jaringan kantor yang tersebar.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
“Adapun di industri pasar modal terdapat 16 perusahaan dengan 16 jaringan kantor cabang. Ini karena memang perusahaannya tidak berkantor disini,” jelasnya.
Sebelumnya, stabilitas sektor jasa keuangan di semester II 2025 berhasil menopang pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Hal ini disebabkan dari beberapa sektor jasa keuangan yang tetap terjaga dan tumbuh positif.
Muchlasin mengatakan, di tengah tantangan dinamika perekonomian saat ini, sektor keuangan daerah termasuk di Sulawesi Selatan masih menunjukkan ketahanan (resiliensi) yang solid. Bahkan turut menopang kekuatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
Secara data pada kuartal kedua (Q2) pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan sebesar 4,94 persen atau dibawah capaian nasional 5,12 persen. Sementara, secara kumulatif periode pertama 2025 perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh positif sebesar 5,35 persen dengan kondisi yang menguat jika dibandingkan periode yang sama 2024.
“Pertumbuhan ekonomi kita secara garis besar dipengaruhi dari kinerja sektor keuangan. Baik kinerja perbankan, pasar modal, dan lainnya,” katanya.
Ia menjelaskan, salah satunya pada kinerja sektor perbankan, dimana pada posisi Juni 2025 masih menunjukkan pertumbuhan positif meskipun dengan laju pertumbuhan yang lebih moderat. Pada capaian aset perbankan tumbuh sebesar 5,90 persen secara year on year (yoy) atau mencapai Rp195,79 triliun, kemudian kinerja pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) meningkat 7,73 persen.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“DPK perbankan Sulawesi Selatan hingga Juni 2025 mencapai Rp141,69 triliun atau meningkat 7,73 persen secara tahunan, sementara secara year to date (ytd) tumbuh 6,06 persen,” katanya.
Sementara, pada kinerja kredit perbankan di Sulawesi Selatan mengalami perlambatan yang cukup signifikan menjadi 3,89 persen, namun tetap didukung dengan kualitas kredit atau Non Performing Loan (NPL) di level yang terkendali
yaitu 2,99 persen.
“Adapun pada kinerja Loan to Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 120,30 persen mencerminkan fungsi intermediasi yang berjalan optimal,” terang Muchlasin.