REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Stabilitas sektor jasa keuangan secara nasional masih tetap terjaga di tengah tingginya dinamika perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global. Salah satunya dengan melihat kinerja perbankan secara nasional.
Kepala OJK Sulselbar Moch Muchlasin mengungkapkan, secara nasional pada periode Maret 2025, kinerja sektor perbankan masih mengalami penguatan. Hal ini dengan melihat pada capaian kreditnya yang mengalami peningkatan 9,16 persen secara tahunan atau Rp7,908 triliun dari Rp7,245 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyaluran kredit perbankan ini pun diperuntukkan kepada tiga sektor yakni, pertama, modal kerja dengan share 45 persen atau Rp3,506 triliun dengan pertumbuhan 6,51 persen secara tahunan. Kedua, penyaluran untuk aktivitas investasi sebesar 28 persen yang mencapai Rp2,182 triliun.
Baca Juga : Pastikan Tepat Sasaran, Tamsil Linrung Inisiasi Posko Pengaduan Program Strategis Presiden di Sulsel
“Penyaluran kredit untuk investasi ini secara nasional mengalami kenaikan sekitar 13,36 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama,” ungkapnya, di sela-sela menghadiri Sulsel Talk bertajuk “Ekonomi Sulsel di Pusaran Perang Dagang Global 2.0: Menakar Risiko, Menjemput Peluang”, di Baruga Pinisi, Kantor BI Sulsel, Rabu, (14/05/2025).
Ketiga, pada kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit ke sektor tersebut menyumbang sebesar 27 persen atau senilai Rp2,138 triliun dengan kenaikan 9,32 persen secara tahunan.
“Untuk kondisi kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) nya juga masih terlihat terjaga yakni di posisi 2,17 persen,” ujarnya.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Sementara, papar Muchlasin, pada perkembangan dana pihak ketiga di perbankan juga mengalami pertumbuhan 4,75 persen secara tahunan. Dimana pada periode Maret 2025 mencapai Rp9,010 triliun dari Rp8,601 triliun di tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Simpanan masyarakat di perbankan ini pun berasal dari deposito dengan share 37 persen atau sebesar Rp3,236 triliun yang mengalami pertumbuhan 2,89 persen secara tahunan. Kemudian, tabungan yang mengalami pertumbuhan 7,74 persen atau sebesar Rp2,850 triliun yang menyumbang 32 persen pada sektor tersebut.
“Di posisi ketiga ada giro dengan share 31 persen atau senilai Rp2,751 triliun. Kondisi ini pun mengalami pertumbuhan positif 4,01 persen secara tahunan,” jelas Muchlasin.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Pada kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga periode Maret 2025 mencapai 87,77 persen secara nasional.
Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda dalam sambutan pembukaannya mengungkapkan, kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal I tahun 2025 mengalami pertumbuhan 4,87 persen. Kondisi ini pun dinilai menurun dibandingkan kuartal IV periode 2024 sebesar 5,02 persen.
Meski kondisi perekonomian secara nasional melemah, ekonomi Sulawesi Selatan masih mencatat pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 5,78 persen pada periode yang sama atau naik dari kuartal sebelumnya sebesar 5,18 persen. Bahkan, di wilayah Sulawesi pertumbuhannya juga mencapai sebesar 6,40 persen secara tahunan.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Sulsel peringkat lima pertumbuhan ekonomi secara nasional,” sebut Rizki.
Dirinya menyebut sektor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan yakni pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.
Di tempat yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman mengaku, forum tersebut sangat penting untuk menghasilkan masukan substantif dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah. Forum ini sangat strategis, mengingat dunia kini tengah menghadapi ketidakpastian sebagai dampak dari perang dagang global yang memanas.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Kegiatan ini sangat penting. Apalagi kita ketahui, dunia saat ini dihadapkan pada kondisi ketar-ketir akibat perang dagang.” sebutnya.
Menurutnya, perang dagang global tetap menimbulkan efek terhadap fluktuasi harga komoditas, rantai pasok, dan akses pasar internasional. Sebagian besar ekspor Sulawesi Selatan ditujukan ke Jepang dan Tiongkok, sehingga dampak perang dagang belum terlalu signifikan terhadap ekonomi daerah.
“Di Sulsel rata-rata (sebagian besar) mengekspor ke Jepang dan Tiongkok. Jadi pengaruhnya tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Jufri menambahkan, hasil diskusi dari forum ini diharapkan menjadi acuan dan memperkaya substansi dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulsel 2025–2030. Di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakilnya Fatmawati Rusdi terus berkomitmen mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekspor di tengah tekanan global.
“Kita harap melalui Sulsel Talk ini bisa menjadi acuan untuk memperkaya dalam penyusunan RPJMD lima tahun ke depan,” harapnya.
