REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua menilai perkembangan realisasi kredit bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Sulawesi Selatan dinilai tumbuh positif. Hal ini terlihat pada aktivitas Industri Jasa Keuangan yang dicatat OJK Regional 6 di Sulawesi Selatan periode Juni 2023.
Kepala OJK Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua Darwisman mengatakan, kredit usaha mikro terus tumbuh, dimana realisasi kredit kepada UMKM di Sulsel tumbuh 8,12 persen secara year of year (yoy) atau Rp56,83 triliun.
“Pertumbuhan tertinggi itu terdapat pada kredit usaha mikro sebesar 41,52 persen secara yoy atau Rp29,87 triliun,” katanya dalam keteragannya, Rabu (16/08/2023).
Baca Juga : Dari Aduan Warga hingga Layanan Online Terpadu, Wamendagri Akui Digitalisasi Makassar yang Terbaik
Lanjut Darwisman, secara total, kredit UMKM telah disalurkan kepada 936.423vdebitur dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah tergolong rendah atau sekitar 3,53 persen.
Selanjutnya, pada kondisi industri keuangan di periode Juni 2023 ini juga memberikan aktivitas positif pada total aset perbankan yang ada di Sulawesi Selatan, sebab berhasil tumbuh 8,44 persen secara yoy dengan nominal mencapai Rp181,96 triliun. Nilai ini terdiri dari aset Bank Umum sebesar Rp178,44 triliun, dan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar Rp3,52 triliun.
Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 4,71 persen secara yoy dengan nominal mencapai Rp121,96 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh tinggi double digit 11,26 persen yoy dengan nominal mencapai Rp147,88 triliun.
Baca Juga : Hasil Lengkap CostuMAXI 2025: XMAX, NMAX, Aerox dan Lexi Punya Raja Modifikasi Baru
“Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 120,48 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level aman sekitar 2,57 persen,” katanya.
Darsiman mengungkapkan, aset BPR dan BPRS tumbuh double digit 12,40 persen secara yoy menjadi Rp3,52 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh 1,77 persen yoy menjadi Rp2,35 triliun, dan
penyaluran kredit juga tumbuh 7,20 persen yoy menjadi Rp2,86 triliun. Termasuk pula pada aktivitas aset perbankan syariah yang mencatatkan pertumbuhan yakni 11,96 persen yoy dengan
nominal Rp12,89 triliun.
“Penghimpunan DPK dan penyaluran pembiayaan juga mencatakan pertumbuhan double digit masing-masing sebesar 12,76 persen yoy dan 12,44 persen yoy dengan nominal masing-masing Rp8,88 triliun dan Rp11,00 triliun,” jelas Darwisman.