0%
logo header
Jumat, 29 Januari 2021 20:47

Pegawai Bapas Baubau Meninggal Tak Wajar, Keluarga Minta Almarhum Diautopsi

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Kakak Alm. Israwati, Nawaluddin. Foto: Akbar Tanjung
Kakak Alm. Israwati, Nawaluddin. Foto: Akbar Tanjung

REPUBLIKNEWS.CO.ID, Kendari – Kematian Pegawai Balai Pemasyarakat (Bapas) Kelas II Israwati Baubau pada beberapa waktu yang lalu dinilai tak wajar oleh pihak keluarganya.

Hal itu diungkapkan oleh Kakak Almarhum Nawaluddin saat ditemui di salah satu Warkop di Kota Kendari, Rabu (28/01/2021).

Nawaludin mengatakan, saat almarhum dimandikan, terlihat ada luka lebam di telinga sebelah kanan, memar bahu sebelah kiri , memar tangan sebelah kanan dan kaki. Atas dasar itulah, Nawaluddin dan keluarga lainnya menduga almarhum meninggal karena adanya tindak kekerasan.

“Waktu dimandikan, tubuh almarhum adik saya itu terdapat tanda-tanda tidak wajar,” ucapnya.

Lanjutnya, saat salah satu anggota keluarga kemudian bertanya kepada suami Israwati tentang tanda-tanda tak wajar di tubuh almarhum.

“Jawabannya tidak masuk akal, katanya lebam di telinga itu akibat sering tidur miring, kemudian lebam di dada akibat dielus-elus. Sementara itu jelas sekali kalau itu akibat benturan keras,” jelasnya.

Almarhun (Israwati) sempat di larikan ke Rumah Sakit (RS) Siloam oleh suaminya pada tanggal 01 Oktober 2020 dengan kondisi tiba-tiba tak sadarkan diri dan mengeluarkan air kencing.

“Saya mendapatkan telpon dari ipar saya, bahwa Israwati masuk rumah sakit. Saya dan mama saya langsung berangkat dari Kendari ke Baubau pukul 12.00 Wita dan tiba pukul 18.30 Wita,” ungkap Nawaludin.

Namun kendati demikian, setibanya di Baubau mereka (Kakak dan Ibu Almarhum) tidak bisa menjenguk langsung Israwati karena suaminya tidak memberikan izin.

“Selama di Baubau, saya dan mama tidak diizinkan ole suaminya untuk menjenguk langsung almarhum. Alasan ipar saya ini, katanya kalau saya masuk, dia tidak bisa lagi masuk untuk melihat istrinya,” tutur Nawaludin.

“Tanggal 08 Oktober 2020, adik saya ini kondisinya sudah kritis. Saya langsung minta izin sama security untuk langsung masuk ruang ICU. 15 menit kemudian adik saya meninggal,” sambungnya.

Lebih lanjut, karena kecurigaan yang tidak mendapat penjelasan dari suami almarhum, ia langsung mengadukan kejanggalan tersebut ke Kepolisian Daerah (Polda) Sultra untuk ditindaklanjuti.

“Kemarin sudah gelar perkara, namun ada yang kurang pas dari gelar perkara itu. Karena polisi bilang adik saya ini meninggal karena penyakit jantung. Sementara rekam medis yang saya terima dari pihak RS Siloam, adik saya meninggal itu karena pecahnya pembuluh darah,” tandasnya. (Akbar Tanjung)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646