0%
logo header
Sabtu, 11 Oktober 2025 15:07

Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM

Rizal
Editor : Rizal
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. (Foto: Istimewa)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. (Foto: Istimewa)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA – Forum Moeda Indonesia (FORMID) menyambut baik rencana pemerintah yang menargetkan penghentian impor solar yang rencananya mulai berlangsung pada tahun 2026 mendatang.

Langkah ini akan ditempuh melalui penerapan program mandatori biodiesel B50, yaitu campuran 50 persen bahan bakar nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) dengan solar konvensional.

“Kebijakan menyetop impor solar ini adalah sebuah terobosan yang harus kita dukung bersama. Atas arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto dan keberanian Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam mengeksekusinya, semakin mempertegas positioning Indonesia dalam upaya mencapai kedaulatan energi,” kata Ketum FORMID, Abubakar Solissa, Jumat (10/10/2025).

Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe

Keputusan tegas ini diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia saat menjadi pembicara utama di Investor Daily Summit 2025.

Di hadapan para pelaku industri, Bahlil secara terbuka menyatakan bahwa implementasi program mandatori biodiesel B50 atau campuran 50 persen bahan bakar nabati akan menjadi kunci sebagai substitusi seluruh kebutuhan solar impor.

“Atas arahan Bapak Presiden, sudah diputuskan bahwa 2026, Insya Allah akan kita dorong ke B50. Dengan demikian kita tidak lagi melakukan impor solar ke Indonesia,” tegas Bahlil di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga : Dari Survei Kepuasan Responden, OJK Sulselbar Perkuat Implementasi Tugas dan Fungsi

Langkah ini didasari oleh keberhasilan program biodiesel yang telah berjalan dan terbukti ampuh menekan ketergantungan impor sekaligus menghemat devisa negara secara signifikan.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan biodiesel dari tahun 2020 hingga 2025 telah berhasil menghemat devisa hingga USD40,71 miliar.

Dengan penerapan B50, pemerintah memproyeksikan adanya potensi penghematan devisa tambahan yang sangat besar, yakni mencapai USD10,84 miliar hanya dalam satu tahun implementasinya di 2026.

Baca Juga : Inspiring Srikandi, PLN UIP Sulawesi Dorong Pelaku Usaha Perempuan Single Parent Makin Berdaya

Menurut Solissa, kebijakan ini bagian dari upaya menerjemahkan dan mengimplementasikan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

“Apa yang dilakukan Bang Bahlil ini selaras dengan Asta Cita Bapak Presiden yang termuat dalam poin kedua, yakni memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi syariah, ekonomi digital, ekonomi hijau, dan ekonomi biru,” paparnya.

Selain itu, lanjut Solissa, program B50 juga dirancang untuk menutup sisa kuota impor yang masih ada di bawah kebijakan B40 saat ini. Data menunjukkan, pada tahun 2025, impor minyak solar diperkirakan masih berada di angka 4,9 juta kiloliter atau setara 10,58 persen dari total kebutuhan nasional.

Baca Juga : Demi Tata Kelola Lebih Adaptif, Gubernur Sulsel Dorong Harmonisasi Pemerintahan Pusat dan Daerah

“Implementasi B50 akan meningkatkan porsi bahan bakar nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) dalam solar secara masif, sehingga mampu menggantikan sepenuhnya volume impor tersebut dan menjadikan pasokan solar nasional 100 persen berasal dari sumber daya domestik,” tutupnya. (*)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646