REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Pemerintah Kabupaten Gowa menargetkan angka prevalensi stunting turun dari tahun ke tahun.
Dimana jika pada periode 2024 prevalensi stunting di angka 17 persen, maka di periode 2025 turun diangka 16,4 persen.
“Target kami di 2025 adalah mencapai prevalensi 16,4 persen, dan kami yakin bisa mencapainya,” ujar Wakil Bupati Gowa, Darmawangsyah Muin, saat menghadiri Lokakarya Komitmen untuk Gizi: Dari Bukti Menuju Dampak, di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Makassar, Selasa (15/07/2025).
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
Menurut Darmawangsyah yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Gowa ini, untuk mencapai target tersebut pemerintah daerah telah menyusun alur perencanaan dan penganggaran yang fokus pada program gizi.
“Lokakarya ini menjadi forum penting untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam menciptakan program gizi yang terarah, terintegrasi, dan berkelanjutan,” terangnya.
Ia mengungkapkan, capaian positif Kabupaten Gowa dalam menurunkan angka stunting terlihat berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gowa. Dimana prevalensi stunting periode 2024 berhasil ditekan hingga 17 persen lebih rendah dari rata-rata provinsi Sulawesi Selatan.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Ini menunjukkan tren penurunan yang baik. Kami optimis angka ini akan terus menurun, bahkan bisa lebih rendah dari target nasional,” katanya.
Bahkan pada 2023, angka stunting di Gowa sudah turun drastis dari 33 persen di 2022 menjadi 21,1 persen. Capaian ini, menurutnya, merupakan hasil dari perencanaan dan penganggaran yang berbasis data serta implementasi program yang konsisten.
Sementara, Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja memberikan apresiasi atas kinerja dan komitmen para Ketua TPPS di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Gowa.
Baca Juga : Dari Survei Kepuasan Responden, OJK Sulselbar Perkuat Implementasi Tugas dan Fungsi
Perhatian dan keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan adalah fondasi penting dalam penanganan masalah stunting di Indonesia.
“Saya sangat senang melihat antusiasme dan kerja nyata dari para Ketua Tim. Ini adalah bentuk komitmen bersama yang sangat dibutuhkan dalam mengatasi persoalan gizi anak,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa tantangan gizi di Indonesia kini semakin kompleks. Selain stunting, masalah obesitas pada anak juga mulai menjadi ancaman di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Baca Juga : Inspiring Srikandi, PLN UIP Sulawesi Dorong Pelaku Usaha Perempuan Single Parent Makin Berdaya
“Kita tidak boleh lengah. Baik kekurangan maupun kelebihan gizi berdampak langsung pada tumbuh kembang anak, yang kemudian akan memengaruhi produktivitas dan daya saing bangsa,” jelasnya.
Ia menegaskan pentingnya investasi gizi untuk mendukung terwujudnya generasi emas Indonesia 2045.
“Penanganan gizi adalah investasi jangka panjang. Ini bagian dari strategi membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia,” tegas Henky.
Baca Juga : Inspiring Srikandi, PLN UIP Sulawesi Dorong Pelaku Usaha Perempuan Single Parent Makin Berdaya
Diketahui, Sulawesi Selatan berhasil mencatat penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data yang dipaparkan, angka stunting turun dari 27,4 persen pada 2019 menjadi 23,3 persen pada 2023.
Penurunan ini sebagai bukti nyata sinergi lintas sektor yang semakin kuat dan terarah.
“Ini menunjukkan bahwa kerja keras dan keterlibatan berbagai pihak bisa menghasilkan dampak nyata. Kita harus pertahankan dan tingkatkan sinergi ini,” ujarnya.