REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulselbar mencatat penyaluran kredit di Sulawesi Selatan hingga periode Oktober 2024 telah mencapai Rp164,54 triliun. Dimana capaian ini tumbuh hingga 6,90 persen secara tahunan (year on year/yoy).
“Aktivitas perkembangan perbankan pada capaian kredit juga terlihat positif, dimana mengalami kenaikan dari Rp153,98 triliun di 2023 menjadi Rp164,54 triliun di 2024 atau tumbuh di angka 6,90 persen,” ungkap, Kepala OJK Sulselbar Darwisman, dalam keterangan resminya, kemarin.
Lanjutnya, total penyaluran kredit ini pun didominasi untuk sektor kredit produktif sebesar 55 persen atau Rp90,33 triliun. Sementara penyaluran ke sektor kredit konsumtif hanya 54 persen atau Rp74,29 triliun.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Hal menariknya juga bahwa sepanjang 2023 kemarin pertumbuhan kredit produktif berhasil tumbuh di 17,6 persen. Sementara di 2024 atau hingga periode Oktober baru tumbuh 4,19 persen,” terang Darwisman.
Kemudian, jika di lihat pada sektor penyaluran kredit, kondisi Non Performing Loan (NPL) berada diangka yang masih relatif aman atau hanya mencapai 2,90 persen, serta dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) hanya 123,45 persen.
“Kalau kita melihat dari kredit yang disalurkan ini dipergunakan untuk sektor produktif NPL-nya 3,95 persen. Sementara, kredit konsumtif NPL-nya 1,57 persen,” jelasnya.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Untuk penyaluran kredit produktif ini pun terbanyak disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp38,72 triliun dengan NPL 4,71 persen, selanjutnya pada sektor pertanian perburuan dan kehutanan sebesar Rp14,04 triliun dengan kondisi NPL 1,65 persen, dan sektor konstruksi sebesar Rp5,69 triliun dengan NPL 3,45 persen.
Hanya saja menurut Darwisman, pada pertumbuhan sektor kredit produktif tersebut masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Sebab, meski terlihat tumbuh capaiannya masih tertekan (terkontraksi). Pertama, di sektor konstruksi secara tahunan (yoy) terkontraksi -7,15 persen, kemudian di sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan juga terkontraksi -2,81 persen, serta di sektor listrik, gas dan air terkontraksi hingga -10,37 persen.
Pengaruh lainnya yakni penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran. Sebab di 2023 lalu sektor ini bisa tumbuh 6,18 persen dengan nilai Rp38,72 triliun, tetapi di Oktober ini baru tumbuh 1,99 persen.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Begitu juga pada sektor bukan lapangan usaha lainnya yang di Oktober 2024 baru tumbuh 3,70 persen, sementara di Desember 2023 bisa tumbuh 5,67 persen,” kata Darwisman.
Kemudian di sektor pertanian, terlihat bahwa penyaluran kredit di sektor ini belum dapat menyamai pertumbuhan kredit di tahun lalu. Dimana, hingga Desember 2023 dapat tumbuh 17,29 persen, sementara hingga Oktober 2024 baru tumbuh 14,54.
“Pertumbuhan kredit di bidang pertanian masih perlu dipacu, karena paling berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 5,05 persen atau tumbuh diatas nasional yang hanya 4,95 persen,” tegas Darwisman.
