REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Penyaluran kredit perbankan secara nasional mengalami pertumbuhan hingga 8,43 persen hingga periode Mei 2025 atau tembus hingga Rp7.997,63 triliun. Kondisi ini menjadi salah satu sektor yang menyebabkan kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengatakan, berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,74 persen, diikuti oleh kredit konsumsi sekitar 8,82 persen. Adapun kredit modal kerja tumbuh 4,94 persen secara year on year (yoy).
“Ditinjau dari kepemilikan, bank KCBLN tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 11,61 persen yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 11,92 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,17 persen, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM,” katanya, dalam keterangannya, kemarin.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Lanjutnya, adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 4,29 persen yoy menjadi Rp9.072 triliun, dengan giro tumbuh sebesar 5,57 persen, tabungan tumbuh 5,39 persen, dan deposito tumbuh 2,31 persen yoy.
“Pertumbuhan deposito yang terbatas selain karena jenis simpanan lainnya seperti giro dan tabungan yang semakin menarik dari sisi imbal hasil maupun fleksibilitas penarikan, juga disebabkan makin beragamnya alternatif jenis instrumen investasi lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi,” ujarnya.
Kemudian, pada sisi likuiditas industri perbankan pada Mei 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sekitar 110,33 persen, dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 24,98 persen. Kondisi tersebut masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 192,41 persen.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,29 persen dan NPL net 0,85 persen. Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,93 persen. Rasio LaR tercatat stabil sepertidi level sebelum pandemi.
“Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,51 persen. Kondisi ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global,” jelas Dian.
Untuk porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,27 persen dari total kredit perbankan, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Mei 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), tumbuh 25,41 persen yoy menjadi Rp21,89 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,79 juta.