REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan masih minimnya kelompok perempuan dalam memahami dan mengakses layanan jasa keuangan.
Dimana dari hasil metode keberlanjutan maupun Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) berdasarkan gender, indeks literasi maupun inklusi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi menyebutkan, secara metode keberlanjutan, indeks literasi keuangan perempuan sebesar 65,58 persen, sementara bagi kelompok laki-laki sebesar 67,32 persen. Sedangkan, pada indeks inklusi keuangan perempuan dan laki-laki ditemukan perbedaan yang lebih kecil atau 80,73 persen bagi laki-laki, dan 80,28 persen untuk kelompok perempuan.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Selanjutnya, berdasarkan survei gender dalam metode DNKI indeks literasi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Dimana laki-laki 67,53 persen dan perempuan sebesar 65,73 persen. Begitupun pada indeks inklusi keuangan laki-laki dengan perolehan 92,58 persen, dan 92,89 persen untuk perempuan.
“Olehnya OJK saat ini konsen dan terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan dengan melibatkan perempuan. Apalagi kelompok perempuan masuk menjadi segmen prioritas kami dalam memberikan edukasi keuangan,” katanya, dalam keterangan resminya, kemarin.
Friderica menambahkan, SNLIK ini merupakan kolaborasi antara OJK dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia sebagai landasan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan ke depan.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
Secara umum, hasil survei kali ini menunjukkan adanya kenaikan indeks literasi keuangan sebesar 66,46 persen dari tahun sebelumnya 65,43 persen. Sementara, indeks inklusi keuangan 80,51 persen dari periode tahun sebelumnya sebesar 75,02 persen.
“Kerja sama dimaksud untuk mendapatkan gambaran kondisi literasi dan inklusi keuangan Indonesia dari dua sudut pandang. Mulai dari mempertimbangkan evaluasi pada pelaksanaan SNLIK sebelumnya, dan kebutuhan data pemerintah melalui DNKI yang lebih komprehensif,” ujarnya.
SNLIK ini juga menjadi salah satu faktor utama bagi OJK dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun kebijakan, strategi dan merancang produk dan layanan keuangan yang sesuai kebutuhan dan kemampuan konsumen dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya pada kelompok perempuan.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono mengungkapkan, penghitungan SNLIK 2025 dilakukan menggunakan dua metode. Pertama, disebut sebagai Metode Keberlanjutan, yakni metode perhitungan yang dilakukan dengan cakupan sembilan sektor jasa keuangan.
Ia menyebutkan, seperti perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga pembiayaan, dana pensiun, pergadaian, lembaga keuangan mikro, Fintech Lending (Pindar), PT Permodalan Nasional Madani, dan Penyelenggara Sistem Pembayaran (PSP) sebagaimana cakupan pada SNLIK 2024, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan program literasi dan inklusi keuangan OJK.
Kedua, disebut sebagai Metode Cakupan DNKI, adalah metode penghitungan yang memperluas cakupan sektor keuangan dengan penambahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, serta Lembaga Jasa Keuangan Lain.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Ini meliputi Koperasi Simpan Pinjam (KSP), penyelenggara perdagangan aset kripto, PT Pos Indonesia, lembaga penjaminan, dan lain-lain,” terangnya.
Ia menerangkan, saat ini metode Keberlanjutan menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia sebesar 66,46 persen, dan indeks inklusi keuangan sebesar 80,51 persen. Sementara metode Cakupan DNKI menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 66,64 persen, dan indeks inklusi keuangan sebesar 92,74 persen.
Pendataan rumah tangga sampel SNLIK Tahun 2025 dilakukan mulai 22 Januari hingga 11 Februari 2025 di 34 provinsi yang mencakup 120 kota atau kabupaten. Termasuk delapan wilayah kantor OJK atau 1.080 blok sensus.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Untuk jumlah responden SNLIK tahun ini sebanyak 10.800 orang yang berumur antara 15 hingga 79 tahun,” ungkapnya.