0%
logo header
Rabu, 23 Desember 2020 02:32

Peringati Hari HAM, Ketum BEM se-Sultra Bacakan Surat Ibunda Alm Muh. Yusuf Kardawi

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
BEM se-Sultra mengadakan kegiatan dalam memperingati Hari HAM sekaligus dirangkaikan dengan Hari Ibu. Foto: istimewa
BEM se-Sultra mengadakan kegiatan dalam memperingati Hari HAM sekaligus dirangkaikan dengan Hari Ibu. Foto: istimewa

REPUBLIKNEWS.CO.ID, Kendari – BEM se-Sultra mengadakan kegiatan dalam memperingati Hari HAM sekaligus dirangkaikan dengan Hari Ibu yang dilaksanakan di Kopi Kita kota Kendari, Selasa (22/12/2020)

Dalam pelaksanaan kegiatan ini mengangkat Tema ‘’22 tahun Reformasi, Bagaimana Kualitas Penegakan HAM di Indonesia Terkhusus di Sultra”. Dalam kesempatan ini dihadiri oleh pemateri Perwakilan Kemenkumhan Divisi HAM Sunyoto, SH.,MH, akademisi Dosen Pasca serjana Unsultra Hijriani, SH.MH serta pihak Polda Sultra yang dihadiri oleh Dir Intelkam Siswanto, sementara untuk peserta dihadiri oleh penggiat HAM Sultra dan BEM Se-sultra.

Dalam acara ini pula Panitia mengundang orang Tua Ibunda alm Muh. Yusuf Kardawi sebagai special opening speaker, dalam pesan singkatnya tidak bisa hadir dikarenakan bertepatan dengan acara keluarga sehingga lewat surat Telegram yang dikirim kepanitia dan dibacakan oleh KORPUS BEM SE-SULTRA Oleh Adi Maliano.

SURAT IBUNDA ALM YUSUF KARDAWI

Assalamualaikum wr wb

Saya Endang Yulidah ibunda Alm Muh. Yusuf Kardawi. Meminta maaf yng sebesar-besarnya karena tidak dapat memenuhi undangan ini dan lewat kesempatan ini bunda ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada kalian saudara dan sahabar-sahabat Yusuf Randi yang masih tetap ada bersuara untuk keadilan buat yusuf dan randi.

Bunda tidak bisa lagi menahan air mata ini kaluar bunda harus kembali mengingat mengenang alm yusuf semua itu akan membuat bunda kembali terluka.
Yusuf adalah anak pertama dikeluarga kami sebagai anak pertama dia punya arti tersendiri dihati bunda

19 tahun kami membesarkan, merawat, dan membimbingnya sampai tumbuh dewasa dengan segala harapan kelak dialah yang akan menjaga kami orang tuanya dan adik adiknya.

Betapa hancurnya perasaan bunda ketika semua harapan itu hilang, separuh jiwa bunda pergi bersamanya.. kepergian Yusuf dengan tiba-tiba adalah cobaan terberat yang bunda rasakan membayangkan saja mungkin orang tidak akan sanggup apalagi merasakanya.

Sakit, hancur, kecewa, bunda sendiri tidak tahu lagi bagaiman rasanya
Ibu mana yang rela,
Ibu mana yang tega melihat anakanya buah hatinya terkapar tidak bernyawa dan penuh luka.

Bunda sadar, kematian itu adalah takdir tapi yang tidak bisa bunda terima perlakuan mereka yang menyebabkan kematian yusuf harus kehilangan nyawa.

Bunda tidak akan pernah mengiklaskan mereka menghabisi nyawa Yusuf, Yusuf yang terluka parah, dan tidak bisa lagi menahan rasa sakit, karena tangan-tangan kotor mereka.

Dimana keadilan buat Yusuf ?
Dimana keadilan buat saya Ibunya ?
Ibu yang telah rela mengorbankan segalanya. Mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya, dengan segala cinta kasih membersarkannya. Tapi mereka dengan sekejap menghabisi nyawa Yusuf.
Apa salah kalua saya menuntut keadilan ?

Setahun sudah kematian Yusuf.
Tapi penyebab kematian Yusuf bagai teka-teki yang tidak akan pernah terjawab. Bunda sangat kecewa, betapa sulitnya mendapat keadilan di negeri ini, para pelaku dibiarkan hidup bebas, menikmati indahnya dunia.

Bunda hanya bisa berharap suatu saat keadilan akan berpihak pada kebenaran. Bunda yakin dengan janji Tuhan, bahwa segala perbuatan akan mendapat balasan baik atau buruknya.

Yusuf telah tiada, tetapi kalian hadir sebagai penyemangat bagi bunda, kalian yang begitu peduli terhadap apa yang menimpa Yusuf. Dan sampai saat ini tetap ada dan bersuara mencari keadilan. (Akbar Tanjung)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646