REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Program pembinaan petani yang dilakukan Taiwan International Cooperation and Development Fund (Taiwan ICDF) bersama Center of Excellence (CoE) Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin agar menghasilkan benih yang bermutu dan berkualitas mampu memberikan kontribusi positif bagi daerah.
Ketua Center of Excellence (CoE) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Prof. Yunus Musa menilai, produktivitas benih yang dapat dihasilkan kelompok tani melalui program tersebut mampu memberikan kontribusi pada kebutuhan benih di Sulawesi Selatan. Di mana jumlahnya berkisar 9 hingga 10 persen dari kebutuhan benih Sulawesi Selatan.
“Dari pembinaan yang dilakukan petani kita bisa menghasilkan sekitar 4.800 ton dalam setahun atau pada dua kali masa panen pada 400 Ha lahan yang dikelola. Sementara kebutuhan benih di Sulsel itu 32 ribu ton, artinya kontribusi kita dalam menghasilkan benih bermutu itu sudah berkisar 9-10 persen,” katanya di sela-sela Pelatihan Penangkaran Benih Padi Tahun 2023 (Program II) di Swiss-Beliin Panakukang, Makassar, Sabtu (27/05/2023).
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Lanjutnya, meskipun kontribusi tersebut masih terbilang kecil, tetapi ini dinilai mampu memicu petani atau penangkar-penangkar benih lainnya untuk maju.
Prof Yunus menyebutkan, hingga saat ini ada enam kabupaten dan kota yang menjadi wilayah binaan dengan jumlah lahan yang dikelola sebanyak 400 hektare (Ha) lahan. Mereka tersebar di Kota Parepare, Kabupaten Gowa, Sidrap, Pinrang, Barru, Wajo, Soppeng, Luwu Utara, dan Bone.
Sementara, untuk benih yang dikembangkan para petani ini pun berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainnya. Mulai dari jenis varietas Inpari 32, Cigeulis, Inpari 42 dan lainnya.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
“Sama halnya juga jumlah kelompok tani yang dibina pun berbeda tergantung jumlah luasannya. Sebab dalam satu daerah itu ada yang dibina satu hingga empat kelompok tani, karena memang kerjasama kita ini tidak diperuntukkan bagi petani mandiri, tapi kelompok,” terang Prof. Yunus.
Ia menyebutkan, selama masa program pembinaan atau selama enam tahun (periode 2018 hingga 2023) petani penerima program berhasil menerima manfaat melalui peningkatan produktivitas pertanian, maupun dalam menambah wawasannya dalam mengenal ragam metode pertanian. Secara data, hasil produksi petani mengalami kenaikan, di mana sebelum dilakukannya pembinaan hasil produksi petani hanya sekitar 5 ton gabah dalam satu kali panen, sementara setelah adanya pembinaan berhasil naik sekitar 6 ton dalam sekali panen.
“Selanjutnya secara berkelanjutan kami berharap setelah enam tahun dilakukan pembinaan, petani sudah bisa merasakan manfaatnya dan mau mandiri. Kita pun berharap jika kedepannya ada program benih gratis dari pemerintah itu dapat memanfaatkan benih yang ditanam penangkar dari kelompok tani pada program tersebut . Sehingga semakin bagus hasil produksi pertanian itu,” terangnya lagi.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Setop Impor Solar Tahun Depan, FORMID Apresiasi Langkah Menteri ESDM
Sementara, Specialist of Taiwan Technical Mission in South Sulawesi, Yi-Cheng Huang mengungkapkan, kolaborasi antara Fakultas Pertanian Unhas dan Taiwan ICDF telah terjalin sangat baik selama ini. Bahkan Unhas sangat mendukung program tersebut.
“Proyek ini bisa berhasil karena Unhas sangat mendukung kami. Dukungan yang diberikan bukan hanya menjembatani dengan petani lokal, tetapi juga dengan pemerintah daerah. Selama enam tahun kolaborasi ini kita berhasil membantu petani dari berbagai aspek,” katanya.
Selain itu, dalam proyek ini, pihaknya mencoba untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani dalam perbenihan padi dan penjualan benih padi. Bahkan pada setiap musim tanam pihaknya selalu meminta setiap asisten lapangan untuk menanyakan kepada petani adakah kendala yang dia hadapi selama masa pertanaman.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Komunikasi antara kami dan petani terjalin sangat baik. Proyek ini memberikan banyak manfaat untuk para petani, sehingga mereka merasa senang terlibat dalam proyek ini,” ujarnya.
Ia mengaku, saat ini pihaknya telah mempersiapkan proyek baru dengan Unhas dan TETO. Dimana dirinya mengusulkan proyek baru tentang jagung, karena kebutuhan akan jagung di Indonesia sangat tinggi dan harus di impor dari luar negeri.
“Kami mencoba untuk membantu Indonesia dengan memproduksi jagung, baik untuk konsumsi maupun pakan ternak,” ujarnya.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
Ketua Kelompok Tani Syukur, Desa Timusu, Kecamatan Liiliriaja, Kabupaten Soppeng Misbahuddin mengungkapkan, dalam kelompok ini beranggotakan sebanyak 20 petani yang mengelola luasan lahan hektare sebanyak 20 Ha.
“Kami masih berharap program pendampingan ini bisa berjalan secara terus menerus, atau minimal pemerintah bisa memberikan bantuan yang sama untuk kami. Baik dalam mendapatkan informasi, termasuk jika ada pengembangan dalam teknologi pertanian kedepannya,” tegasnya.
Ia pun mengungkapkan, dengan adanya pendampingan tersebut hal produktivitas pertanian yang dikelolanya bisa meningkat. Di mana jika dulunya satu kali panen itu menghasilkan sekitar empat hingga lima ton, maka dengan adanya pendampingan maka hasilnya enam hingga tujuh ton per satu kali panen.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Harga gabah yang kami produksi itu ada nilai lebih dari petani yang lain yang tidak ikut dengan program karena kualitasnya baik. Sebab gabah yang kita produksi itu bisa dijadikan benih, karena memang ada pembinaannya,” kata Misbahuddin.
Di tempat yang sama, Sekretaris Universitas Hasanuddin Prof. Sumbangan Baja mengungkapkan, pada kondisi saat ini kebutuhan pangan masih menjadi masalah, sedangkan tumpuan utama pangan berada di tangan petani. Sehingga jika petani kuat maka suatu negara pasti kuat, terutama di tingkat penangkar.
Belum lagi, katanya, persoalan yang paling rumit di tangani oleh pangan itu adalah benih. Sehingga jika kondisi benih lemah maka tidak ada yang bisa diharapkan. Olehnya, untuk bisa mendapatkan produksi yang baik perlu dikelola dengan baik. Apalagi, saat ini Sulawesi Selatan telah dikatakan sebagai lumbung pangan, sehingga bisa dikatakan sebagai penyuplai pangan.
Baca Juga : Husniah Talenrang Beri Bantuan Pangan ke Warga Miskin Ekstrem di Parangloe
“Awal kerjasama ini memang telah mendapat dukungan positif dari pemerintah karena dianggap kondisi perbenihan di Sulsel menjadi masalah setiap tahun, pada saat kita sampaikan ini ke pemerintah waktu itu beliau sangat menyambut baik karena program tersebut dinilai memiliki manfaat yang besar. Manfaatnya bukan hanya untuk Sulsel tetapi juga untuk wilayah-wilayah di sekitar yang selama ini pangannya bergantung pada Sulsel,” tegasnya.