0%
logo header
Sabtu, 06 April 2019 02:40

Rangkaian HJB Ke-689, Mengenang Sejarah Persaudaraan Kerajaan Bone dan Buton

Prosesi Napak Tilas mengenang persaudaraan antara dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bone dan Buton, berlangsung di Goa Janci, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Jumat (05/04/2019).
Prosesi Napak Tilas mengenang persaudaraan antara dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bone dan Buton, berlangsung di Goa Janci, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Jumat (05/04/2019).

REPUBLIKNEWS.CO.ID, BONE — Pemerintah Kabupaten Bone, bersama Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara menggelar napak tilas di Goa Janci, Dusun Cempalagi, Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, Jumat (05/04/2019).

Kegiatan ini merupakan rangkaian Hari Jadi Bone (HJB) yang ke-689
Napak tilas yang digelar ini untuk mengenang kembali sejarah perjalanan Arung Palakka dari Bone Sulawesi Selatan menuju Pulau Buton (Baubau), Sulawesi Tenggara.

Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Bone, H. Andi Fahsar M Padjalangi dan Sekertaris Daerah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Dr. Roni Muhtar Wakil Bupati Bone, Ketua DPRD Bone, Toko Adat dan unsur muspida Bone.

Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel

Pada kesemapat itu, Fashar, menceritakan singkat kisah perjalan Arung Palakka berangkat dari Bone ke Benteng Keraton Kesultanan Buton untuk melakukan persebunyian dari pasukan musuh.

Persembunyian Arung Palakka di tanah buton itu, kata Fashar, dengan harapan akan keadilan dan memerdekakan rakyatnya serta membebaskan tanah bugis dalam tawanan kerajaan penakluk di masa lalu.

“Kegiatan ini digelar untuk mengenang kembali kisah sejarah persaudaraan dua kerajaan besar yaitu Bone dan Buton yang diawali dengan kedatangan Arung Palakka ke tanah Buton pada akhir tahun 1660 atau awal 1661. Ditempat ini Arung Palakka berjanji tidak akan kembali jika tidak memerdekakan rakyatnya kerajaan Bugis,” ungkap Fashar.

Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan

Napak tilas atau kilas balik perjalanan Arung Palaka di pulau Buton yang ke tiga kalinya ini, kata Fashar, menjadi momentum dua daerah ini dalam memperarat hubungan persaudaraan.

Menurut Bupati Dua Priode itu, sejarah Buton dan Bone bukan hanya menjadi kenangan, namun harus menjadi dorongan mempererat tali persaudaraan masyarakat Bone yang ada di Buton maupun sebaliknya, untuk saling menjaga.

“Buton dan Bone adalah sejarah yang tidak bisa dipisahkan, bahasanya Bone rilau itu adalah Buton dan Buton Riaja adalah Bone. yang dalam artian orang Bone yang ada di Buton maka jadilah orang Buton begitupula orang Buton di Bone maka jadilah orang Bone, Inilah yang terus kami junjung,” jelas Fashar.

Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional

Sementara itu, Sekda Baubau, Dr. Roni Muhtar mengatakan, keterikatan sejarah Boton dan Bone, menjadi tanggung jawab bersama untuk terus mempertahankannya, melalui kegiatan budaya.

“Kegiatan seperti ini harus terus kita laksanakan, karena ini juga menjadi cerminan keanekaragaman Budaya di Nusantara dalam mempererat hubungunan tali persaudaraan dan persatuan,” tutupnya.

(Sahilatua)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646