REPUBLIKNEWS.CO.ID, GOWA — Sejumlah bus wisata memasuki gerbang Kawasan Istana Balla Lompoa, Rabu, 1 Maret 2023 siang tadi secara berurutan. Di balik kaca bus berwarna putih itu duduk secara rapi anak-anak yang merupakan siswa-siswi dari SD Inpres (SDI) Perumnas Antang 3 Kota Makassar. Di setiap bus berdiri pemandu wisata dari Lembaga Citra Muda (LCM) Rajawali Makassar.
Sesaat bus terparkir, siswa-siswi turun dengan raut wajah yang bahagia. Meski cuaca saat itu dingin setelah hujan deras melanda Kabupaten Gowa dan sekitarnya, semangat siswa-siswi rupanya membara saat memasuki halaman Kawasan Balla Lompoa. Kedatangan mereka didampingi orangtua dan guru-guru juga semakin menambah semangat mereka.
Seluruh orangtua yang juga ikut dalam rombongan sangat menikmati kunjungan ke Museum Balla Lompoa tersebut. Sebelum melakukan kunjungan melihat peninggalan-peninggalan bersejarah lokal daerah berjuluk Butta Bersejarah ini, rombongan melakukan santap siang bersama di Pelataran Istana Tamalate.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Balla Lompoa, ternyata bagus sekali di dalam sini. Karena biasanya saya hanya melihat dari luar kalau lewat,” kata Nurjayanti, Orangtua Siswa yang ikut dalam rombongan saat ditemui.
Nurjayanti yang merupakan orangtua Muhammad Arief Bimantara siswa kelas 3B ini mengaku, kegiatan belajar di tempat-tempat sejarah daerah, seperti Museum Balla Lompoa ini tentunya sangat positif. Pasalnya akan memberikan pengetahuan baru bagi mereka.
“Bagus ki karena anak-anak dapat pengetahuan baru soal budayanya. Termasuk kita ini orangtua, makanya saya mau mendampingi karena selain bisa mengawasi anak-anak, juga saya bisa ikut belajar sama mereka,” ujarnya.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Ia mengaku takjub dengan Museum Balla Lampoa saat ini, pasalnya banyak perubahan yang terjadi dari tahun ke tahunnya.
“Meski saya hanya lihat dari luar kalau lewat tapi kelihatan sekali perbedaannya dari dulu dan sekarang. Kita harap si terus bagus seperti ini, bahkan kalau bisa lebih bagus lagi,” terang pegawai di RS Ibnu Sina Makassar ini.
Sementara, Kepala Sekolah SDI Perumnas Antang 3 Makassar Andi Asriani mengatakan, belajar di museum ini memang perlu ada dengan harapan para siswa-siswi bisa mengenal budaya dan sejarah daerah mereka, khususnya yang ada di Sulawesi Selatan.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Paling tidak mereka bisa mencintai dan mengenal budaya dan sejarahnya sejak dini. Apalagi di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang ada, kita harap anak-anak kita tidak tergerus dan melupakan sejarah dan budaya lokal mereka,” sebutnya.
Dalam kunjungannya di Museum Balla Lompoa ini, terdiri dari sekitar 300 siswa dari jenjang kelas berbeda-beda, kemudian orangtua siswa sebanyak 21 orang, dan guru sekitar 20 orang. Berkunjung ke Museum Balla Lompoa untuk belajar sejarah dan kebudayaan Kabupaten Gowa ini adalah kali kedua atau sekitar lima tahun lalu. Olehnya, dirinya merasa perubahan museum ini sangat dirasakan.
“Kalau kita lihat Balla Lompoa sekarang ini kita melihat banyak sekali perubahannya, berarti pemerintah daerahnya banyak-banyak menganggarkan untuk peningkatan fasilitasnya. Tetapi memang harusnya begitu agar awet dan lestari, kan kalau seperti ini para pengunjung juga bisa senang belajar,” tegas Asriani.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Di tempat yang sama Pimpinan LCM Rajawali Makassar Yusuf Sanjaya menambahkan, mengajak pelajar belajar ke museum merupakan program kerjasama yang telah digagas LCM Rajawali Makassar bersama Pemeritah Kabupaten Gowa melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud). Belum lagi kerjasama yang dilakukan dengan Disparbud Gowa ini telah terjalin sejak 2016 lalu hingga sekarang ini.
“Kami juga memang memiliki program yang mengangkat sejarah lokal. Program kita ini sejalan dengan program pemerintah pusat (Kemendikbud) yakni Ayo ke Museum, makanya ini yang coba kita sinergikan di tingkat daerah, salah satunya di Kabupaten Gowa,” katanya.
Pada wisata kali ini, LCM Rajawali Makassar mengajak rombongan mengunjungi situs-situs bersejarah di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Di Makassar pihaknya mengajak siswa-siswi SDI Perumnas Antang mengunjungi Monumen Mandala, dan Benteng Somba Opu, sementara di Kabupaten Gowa mengunjungi Makam Sultan Hasanuddin dan Istana Balla Lompoa.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
“Ada empat titik yang kita kunjungi hari ini. Khusus di Balla Lompoa kami mensosialisasikan terkait sejarah Gowa, dan peninggalan yang ada di Balla Lompoa ini untuk menambah referensi bagi siswa-siswi,” terang Yusuf.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kabupaten Gowa Ikbal Thiro mengatakan, keberadaan museum sebagai sarana edukasi sejarah dan budaya daerah perlu diperkenalkan ke generasi sejak dini. Tujuannya, sebagai upaya merawat sejarah dan budaya daerah agar tetap dikenal dan tak punah.
Gerakan mengajak pelajar ke museum ini untuk melestarikan budaya dan sejarah Kabupaten Gowa ke generasi dini dan milenial. Apalagi, hal ini juga menjadi program nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dengan tagline Ayo ke Museum, Kenali Sejarahmu, Kenali Budayamu, dan Museum di Hatiku.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
“Belajar di museum ini selain sebagai kegiatan rekreasi juga untuk mengenal lebih dekat sejarah dan budaya yang ada. Apalagi di Gowa ini kan sebelumnya adalah daerah kerjaan, sehingga sangat penting untuk diketahui,” katanya.
Dalam mendorong pelajar menjadikan museum sebagai pusat belajar sejarah dan budaya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa melalui Bidang Kebudayaan secara rutin mengundang pelajar tingkat SD dan SMP untuk datang ke Museum Balla Lompoa. Dengan belajar ke museum anak-anak dapat mengetahui keberadaan museum dan koleksi peninggalan sejarah dan kebudayaan Kerajaan Gowa.
Ikbal mengungkapkan, realisasi program tersebut mulai berjalan sejak adanya dukungan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik Kemendikbud Ristek untuk biaya operasional museum sejak 2018 lalu. Di mana secara petunjuk teknis (juknis) anggaran yang dialokasikan mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Ia menyebutkan, pada 2018 lalu anggaran yang dialokasikan sekitar Rp450 juta, kemudian pada 2019-2020 meningkat menjadi Rp600 juta, selanjutnya di 2021-2022 meningkat lagi menjadi Rp700 juta. Bahkan di tahun depan atau 2023 mendatang pihaknya masih akan menerima anggaran yang sama sesuai nomenklatur dan juknis yang ada. Jumlah anggarannya pun bertambah menjadi Rp800 juta.
“Allhamdullillah di 2023 nanti berdasarkan hasil standarisasi pihak Kemendikbud Ristek yang dilakukan beberapa bulan lalu itu berhasil menaikkan tipe Museum Balla Lompoa dari tipe C ke tipe B. Sehingga kita mendapatkan award tambahan anggaran di DAK Rp100 juta,” katanya.
Sementara, untuk pengelolaan dana DAK non fisik ini dialokasikan untuk tiga kegiatan besar. Pertama, kegiatan pemeliharaan koleksi yang ada dalam museum sebesar 30 persen, kemudian kegiatan publik sebesar 50 persen, dan pemeliharaan sarana dan prasarana (termasuk tubuh museum) sebesar 20 persen.
