REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Sebanyak Rp90,04 triliun total kredit yang disalurkan perbankan kepada pelaku industri di Sulawesi Selatan. Penyaluran ke sektor produktif ini menyumbang sebesar 53,77 persen dari total kredit yang telah disalurkan hingga Juni 2025.
Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sulselbar Moch. Muchlasin mengatakan, hingga periode Juni 2025 total penyaluran kredit di Sulawesi Selatan mencapai Rp167,47 triliun atau tumbuh 3,89 persen secara year on year (yoy). Sementara dalam penyalurannya mendominasi ke sektor produktif, sedangkan pada sektor konsumtifnya sebesar 46,23 persen atau Rp77,42 triliun.
“Hanya saja memang dari sisi pertumbuhan kredit yang ada saat ini didorong oleh kredit konsumtif yang tumbuh sebesar 7,66 persen,” katanya, dalam keterangannya, kemarin.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Sementara, secara Non Performing Loan (NPL) atau kinerja kredit macet kondisi NPL pada kredit produktif lebih besar (beresiko kredit macet), jika dibandingkan kredit konsumtif. Pada NPL kredit produktif sebesar 4,07 persen, dan NPL kredit konsumtif diangka 1,73 persen. Hal ini tentunya karena sasaran kredit keduanya berbeda.
“Kredit konsumtif pada umumnya adalah kredit potong gaji, tidak memiliki resiko seperti ASN dan karyawan yang mengakses kredit di perbankan. Sementara kredit produktif dimanfaatkan oleh pelaku industri, pelaku UMKM, dan perusahaan yang ada kemungkinan terjadi kredit macet,” terangnya.
Muchlasin mengaku, dalam upaya mendorong penyaluran kredit produktif, OJK Sulselbar saat ini telah menggodok Rencana Peraturan OJK (RPOJK) terkait akses pembiayaan untuk UMKM. Dalam arah kebijakan tersebut akan memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
“Kami harap kebijakan yang digodok ini akan memberikan dampak pada peningkatan sektor produktif. Ini sementara kami konsultasikan di DPR dan sekarang proses harmonisasi, semoga ini bisa segera rampung,” harapnya.
Sebelumnya, kinerja perbankan di Sulawesi Selatan menunjukkan pertumbuhan positif meskipun dengan laju pertumbuhan yang lebih moderat. Hal ini terlihat pada beberapa indikator, mulai dari asset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), hingga penyaluran kreditnya.
Moch. Muchlasin mengungkapkan, total aset perbankan di Sulawesi Selatan hingga Juni 2025 sebesar Rp207,33 triliun. Capaian tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 5,90 persen atau Rp195,79 triliun di Juni 2024.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Untuk pertumbuhannya secara year to date (ytd) atau sejak Januari hingga Juni 2025 aset perbankan tumbuh sebesar 1,90 persen,” ungkapnya.
Adapun pada kinerja penghimpunan DPK tumbuh 7,73 persen secara tahunan dengan nominal sebesar Rp141, 69 triliun. Sedangkan secara ytd pertumbuhan DPK mencapai 6,06 persen. Pada kinerja DPK perbankan di Sulawesi Selatan didominasi oleh tabungan dengan share 59,22 persen sebesar Rp83,91 triliun, kemudian pada deposito Rp36,60 triliun dengan share 25,83 persen, dan giro Rp21,18 triliun dengan share 14,95 persen.
Muchlasin menjelaskan, pada kinerja perbankan di sektor penyaluran kreditnya juga mengalami pertumbuhan meskipun melambat. Di periode yang sama penyaluran kredit telah mencapai Rp167,47 triliun atau tumbuh 3,89 persen secara tahunan dan tumbuh 1,94 persen secara ytd.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Ia menilai, selama ini kinerja penyaluran kredit lebih banyak dari penghimpunan DPK. Hal ini terlihat dari kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah mencapai 120,30 persen.
Pada periode triwulan pertama atau Maret 2025 kinerja LDR diangka 122 persen, sementara saat ini turun 120 persen. Artinya jumlah masyarakat Sulawesi Selatan yang menabung lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penyaluran kreditnya.
“Hanya saja memang kondisi pada keduanya tetap tumbuh, sementara untuk NPL masih terjaga di 2,99 persen di seluruh perbankan kita. Memang sedikit naik, tapi dibandingkan Juni tahun lalu itu sedikit turun dan masih dalam tahapan normal,” ujarnya.
