REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Sektor perdagangan besar dan eceran memberikan pengaruh dalam memperlambat pertumbuhan kredit di Sulawesi Selatan. Dimana pada periode Maret 2025 pertumbuhan kerdit hanya mencapai 3,76 persen secara tahunan, sementara di periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 11,03 persen.
Kepala OJK Sulselbar Moch. Muchlasin mengungkapkan, terjadi kontraksi atau penurunan penyaluran kredit di sektor perdagangan besar dan eceran pada Maret 2025 sebesar -1,80 persen. Sementara di Maret 2024 lalu sektor tersebut menyumbang penyaluran kredit dalam porsi terbesar yakni 5,20 persen.
“Kami melihat adanya penurunan signifikan dalam sektor
pertambangan, perantara
keuangan, adm pemerintahan, dan pemilikan ruko,” ungkapnya, dalam keterangannya, kemarin.
Baca Juga : Dari Aduan Warga hingga Layanan Online Terpadu, Wamendagri Akui Digitalisasi Makassar yang Terbaik
Sementara, pada kondisi Non Performing Loan (NPL) kredit di sektor tersebut mencapai 4,57 persen. Meski terjadi kontraksi dalam pertumbuhannya, sektor tersebut masih menjadi penyaluran kredit dengan share tertinggi yakni 22,94 persen sebesar Rp38,04 triliun.
“Ini karena di Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar memang telah menjadi pusat perdagangan di Indonesia Timur, jadi masih punya kontribusi yang positif. Kedepan perlu ada upaya lebih keras untuk menyesuaikan dengan porsi ekonomi pada sektor lain, misal pertanian, perkebunan dan lainnya,” ujarnya.
Adapun sektor lainnya yang terkontraksi yakni listrik dan gas sebesar -6,49 persen secara tahunan dari sebelumnya 23,82 persen, sementara share penyalurannya mencapai 2,20 persen atau Rp3,65 triliun dengan NPL 0,90 persen. Selanjutnya, konstruksi dengan kontraksi -2,12 persen dari sebelumnya 5,51 persen. Tetapi, realisasi penyaluran kreditnya pada sektor tersebut mencapai Rp5,54 triliun atau dengan share 3,34 persen.
Baca Juga : Hasil Lengkap CostuMAXI 2025: XMAX, NMAX, Aerox dan Lexi Punya Raja Modifikasi Baru
Muchlasin mengungkapkan, meski pada beberapa sektor mengalami penurunan atau menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan kredit. Beberapa sektor lainnya juga memperlihatkan kinerja pertumbuhan yang baik. Misalnya, real estate, usaha persewahan, dan jasa perusahaan yang tumbuh 21,13 persen dari tahun sebelumnya dengan pertumbuhan 4,65 persen. Pada sektor ini penyaluran kreditnya telah mencapai Rp3,51 triliun atau 2,12 persen.
Lanjutnya di sektor kepemilikan rumah tinggal dengan pertumbuhan 16,47 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 2,62 persen. Kinerja penyaluran kredit di sektor ini sebesar R27,31 triliun atau 16,47 persen.
“Kami optimis dengan upaya bersama, maka sektor-sektor vital yang di anggap dapat mendorong penyaluran kredit kita di Sulawesi Selatan bisa kembali ditingkatkan,” katanya.
Baca Juga : Tekankan Integritas dan Loyalitas, Wawali Makassar Buka Kegiatan Retret Lurah di Malino
Ia mengatakan, untuk sektor produktif masih menjadi motor utama penyaluran kredit di
Sulawesi Selatan periode Maret 2025 sebesar 53,92 persen atau Rp89,39 triliun dari total kredit. Meskipun dalam pertumbuhannya hanya sebesar 0,20 persen secara tahunan.
“Kondisi NPL pada kredit produktif ini mencapai 3,90 persen,” ujarnya.
Sedangkan, untuk sektor konsumtif berhasil mendorong pertumbuhan kredit pada Maret 2025 dengan peningkatan sebesar 8,27 persen secara tahunan. Realisasi penyaluran kredit di sektor ini telah mencapai Rp76,39 triliun atau mencapai 46,08 persen, di mana dengan kondisi kredit macet (NPL) sebesar 1,65 persen.
Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UMI Teken MoU Penguatan Akademik hingga Pemberdayaan UMKM
“Meningkatnya kredit konsumtif ini menunjukkan
daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang tetapterjaga, khususnya dalam momentum bulan suci Ramadan lalu,” terannya.