REPUBLIKNEWS.CO.ID, BANJARMASIN — Anak-anak tergambar ceria saat Enik Mintarsih, pendongeng asal Kalimantan Selatan itu menghibur warga RT 18 di Komplek Permata Bunda, Jalan Ahmad Yani Kilometer 7, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar. Tepukan meriah riuh di halaman acara, para anak tersenyum ketika boneka Enik keluar dari tas ranselnya itu.
“Duaar,” kejut Enik kepada anak-anak. Mereka tertawa saat boneka khasnya itu dilembar ke tengah acara. Sebelum dimulai, Intan Noviyanti Handayani selaku pembawa acara itu menanyakan apakah sudah siap?
“Siap,” seru anak-anak. Dalam keriuhan itu, Intan menyampaikan bahwa bagaimana pun kondisinya karena sudah siang, maka semangatnya harus pagi.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Siapa yang sudah kenal dengan Bunda Enik. Dan pernah lihat penampilan dongeng beliau,” tanya Intan kepada puluhan anak itu.
Dari 30 anak yang berhadir, ada 4 anak yang angkat tangan, dan pernah mengenali sosok Bunda Enik. “Bunda Enik mau mendongeng, serta nanti akan ada bagi hadiah untuk anak-anak yang rapi duduknya. Dan pasang telinganya,” ujarnya.
Intan menyampaikan, setiap anak di acara itu bakal mendapatkan hadiah. Dan ada hadiah khusus, kata dia, bagi para anak yang dapat menjawab pertanyaan langsung dari Bunda Enik.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Pengantar sebelum berdongeng, Bunda Enik mengajak anak-anak senam otak dan bernyanyi bersama-sama pada siang itu. Mereka turut mengikuti setiap gerakkan yang dilakukan oleh dirinya.
“Ayo konsentrasi, lihat ke sini. Siapa yang duduk rapi-rapi, dan pulangnya hati-hati. Taunya nanti ditabrak sapi,” ucap Bunda Enik, sambil bernyanyi. Anak-anak kembali tertawa.
Bunda Enik bertanya, kisah yang dibawakannya dalam berdongeng ingin cerita seru atau serem? Ternyata banyak yang ingin cerita seru, sebagian saja ingin cerita serem.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Cerita serem nanti malah ingin pipis dan sulit bobo. Hayo,” seru Bunda Enik.
Dalam cerita ini, Bunda Enik berharap agar anak-anak dapat merefleksikan perjuangan para pahlawan republik Indonesia. Kisah ini, kata dia, cerita tentang katak dan semut yang bertemu ditepian sungai.
“Anak-anak, ada kisah di bawah pohon yang besar. Ada siput tengah mencari makan, dan disampingnya, ada sekelompok katak ditepi sungai. Mereka berloncat-loncat,” cerita dia.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Saat katak mencari makan, kata Bunda Enik, bertemulah dengan semut maka cerita itu dimulai saat ini. “Hei, ada siput. Kamu lagi ngapain,” seru Bunda Enik dengan suara lain.
Tiba-tiba, Bunda Enik bilang bahwa katak itu menertawakan siput karena jalannya lambat ingin mencari makan. Pantesan lemot, dia berujar bahwa ada cangkang di atas tubuh siput.
“Kira-kira kalo dibilangin gitu, siput marah gak?” tanya Bunda Enik kepada puluhan anak itu.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Anak-anak menjawab, “Marah,” teriak mereka dengan kencang. Bunda Enik memberi pesan bahwa setiap orang jangan pernah mencela, apalagi merasa sombong.
“Jangan pernah merasa sombong, kita diciptakan oleh siapa? Allah. Siput diciptakan oleh? Allah,” tandasnya.(*)
