REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, di tengah sentimen dinamika tensi perdagangan dan geopolitik global, kinerja pasar saham domestik periode 31 Juli 2025 menguat. Berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja yang positif pada level 7.484,34 atau secara year to date (ytd) menguat 5,71 persen.
“Kinerja indeks sektoral month to date (mtd) di Juli 2025 seluruhnya mengalami peningkatan kinerja dengan penguatan terbesar pada sektor teknologi, infrastruktur dan industrial,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, dalam keterangannya, pada Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK melalui virtual, kemarin.
Ia menyebutkan, pada nilai kapitalisasi pasar saham di Juli 2025 menyentuh all time high selama tiga hari berturut-turut. Dimana puncaknya tercatat pada 29 Juli 2025 di nilai Rp13.701 triliun, sementara periode Juli 2025 nilai kapitalisasi tercatat di Rp13.492 triliun.
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
“Capain investor non-resident di Juli 2025 membukukan net sell sebesar Rp8,34 triliun mtd dan secara ytd net sell sebesar Rp61,91 triliun,” sebutnya.
Di sisi likuiditas transaksi, rerata nilai transaksi harian pasar saham per Juli 2025 secara ytd tercatat Rp13,42 triliun. Hal ini pun menunjukkan peningkatan dibandingkan rerata ytd posisi akhir Juni 2025 yang hanya mencapai Rp13,29 triliun.
“Bahkan kondisi ini menunjukkan kinerja yang lebih baik dari rerata nilai transaksi periode 2024 yaitu Rp12,85 triliun,” terang Inarno.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,17 persen mtd ke level 418,84, dengan yield SBN rata-rata turun 10,82 bps mtd. Sementara, Per 30 Juli 2025 investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp13,28 triliun secara mtd. Kemudian, pada pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp0,32 triliun secara mtd.
Di industri pengelolaan investasi, per 31 Juli 2025 nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp856,62 triliun atau naik 2,30 persen ytd. Dimana, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp526,53 triliun atau naik 5,46 persen ytd, dan tercatat net subscription sebesar Rp14,43 triliun.
Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp144,78 triliun dengan Rp8,49 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 16 emiten baru. Sementara itu, masih terdapat 11 pipeline Penawaran Umum dengan nilai indikatif sebesar Rp12,95 triliun.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 31 Juli 2025, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 876 penerbitan Efek dari 534 penerbit, 184.504 pemodal.
“Adapun total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,64 triliun,” ungkapnya.
Pada pasar derivatif keuangan, sejak 10 Januari hingga 31 Juli 2025, tercatat 96 pelaku dan 19 penyelenggara telah memperoleh persetujuan prinsip OJK. Nilai transaksi periode Juli 2025 tercatat sebesar Rp3.191,01 triliun, dengan nilai rata-rata harian transaksi sebesar Rp138,74 triliun.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Dalam gelaran ASEAN Corporate Governance Conference & Awards 2025 di Malaysia, pada Juli 2025 kemarin, Indonesia mencatat kemajuan signifikan dalam ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS), dengan kenaikan skor rata-rata nasional sebesar 9 persen, tertinggi di kawasan. Dalam pertemuan tersebut empat emiten Indonesia masuk dalam Top 50 ASEAN, dengan 2 emiten perbankan di antaranya menempati posisi 10 besar terbaik,.
“Hal ini menunjukkan reputasi tata kelola Emiten Indonesia yang semakin kuat. Selain itu, jumlah perusahaan Indonesia dalam ASEAN Asset Class meningkat dari 9 menjadi 23 yang mencerminkan dampak konkret dari berbagai inisiatif pembinaan dan pengawasan yang secara konsisten dilakukan oleh OJK untuk mendorong transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan di pasar modal,” tegasnya.
Pada periode 20 Maret hingga 31 Juli 2025, terdapat 45 emiten yang telah menyampaikan keterbukaan informasi untuk melakukan buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dengan alokasi dana buyback sebesar Rp26,52 triliun. Dari 45 emiten tersebut, terdapat 36 emiten yang telah melakukan pelaksanaan buyback dengan nilai realisasi sebesar Rp3,7 triliun atau sebesar 13,8 persen.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
Kemudian, per akhir Juli 2025, dari 45 emiten tersebut, empat di antaranya telah memperpanjang periode buyback-nya dan 30 di antaranya, telah selesai periode pelaksanaannya.
