Cendekiawan asal Bulukumba ini bahkan disebutkan sebagai sosok penting dari latar belakang berdirinya Unhas, sejak kepemimpinan Oom No (Arnold Mononutu). Ia ikut menghadap presiden Republik Indonesia, yang saat itu masih Soekarno guna mendesak berdirinya sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Makassar. Namun, karena sang presiden saat itu sedang ke Sumatera, ia hanya bertemu dengan Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI.
Saat itu Hatta menuturkan bahwa pemerintah memang berencana mendirikan sebuah PTN di Makassar. Ketika mendapat tanggapan demikian, Mattulada langsung menghadap Gubernur Sulawesi Selatan, yang waktu itu dijabat Andi Pangerang Pettarani guna membicarakan hasil pertemuannya dengan Hatta.
Pada awal tahun 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang waktu itu Bahder Djohan berkunjung ke Makassar. Saat sedang berada di Baraya, Mattulada bersama kawan-kawannya ‘menghentikan’ mobil yang ditumpangi menteri dan beberapa tokoh pendidikan saat itu. Keperluannya tak lain hanya mendesak Menteri untuk membangun PTN di Makassar. Bahder hanya mengangguk-angguk dan meminta Mattulada dan temannya bersabar.
Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan
Tak puas dengan ucapan lisan, Mattulada menyodorkan kertas putih sambil meminta Bahder membuat surat tanda setuju. Setelah Bahder menuruti keinginan para pemuda itu, barulah mobilnya dilepas pergi.
Tak berselang lama, datanglah Soekarno di kantor gubernur untuk menyatakan pendirian PTN dan menamainya Universitas Hasanuddin. Beberapa bulan kemudian, Mohammad Hatta datang meresmikannya. Almanak menunjuk 10 September 1956.
