0%
logo header
Minggu, 23 Oktober 2022 12:01

Tertidur di Stadion Kanjuruhan (3) Kok Polisi dari Malang Dilarang?

Asril Astian
Editor : Asril Astian
Tertidur di Stadion Kanjuruhan (3) Kok Polisi dari Malang Dilarang?

Oleh: Fawwas Roihan Fuad (Mahasiswa Fakultas Sastra UMI, Tinggal di Malang)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, — Perasaan jengkel semakin menjadi-jadi di dalam hati Rizki dan Ari. Jika saja sudah ada ambulans sejak awal tragedi, mungkin orang yang meninggal tidak akan sebanyak ini. Entah kenapa polisi yang menjaga pertandingan kali ini begitu kejam dan tak berperasaan. Ditambah, polisi yang menjaga bukanlah polisi dari Malang, melainkan polisi dari luar daerah.

Dari fenomena petugas tersebut, sudah terasa ada yang mencurigakan. Jika dari awal yang menjaga adalah polisi dari Malang, mereka pasti tidak akan berbuat sekejam ini. Sebab, sesama orang Malang pasti udah paham bagaimana cara menghentikan para penonton yang terjun ke tengah lapangan dengan baik. Malah polisi dari Malang dilarang masuk ke dalam stadion dengan alasan yang tidak jelas.

Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan (4-Habis) Gas Air Mata pun Kejar ke Parkir Motor

Sebelum pertandingan dimulai, memang sudah terasa ada hal yang aneh. Sewajarnya, pasti sudah ada mobil pemadam kebakaran dan ambulans yang sudah bersiaga di samping stadion. Namun pertandingan kali ini malah tidak ada sama sekali. Entah dengan alasan apa sampai tidak ada kendaraan darurat seperti ini.

Rizki juga pernah mendengar isu bahwa Arema pernah mengajukan permintaan memajukan jadwal pertandingan ke PSSI menjadi pada sore hari. Namun pihak PSSI tidak memedulikan pengajuan dari Arema, dan pertandingan tetap dilaksanakan pada malam hari.

Tentu saja Rizki tidak tahu alasan kenapa Arema ingin memajukan pertandingan. Dia hanya beranggapan kalau pertandingan di malam hari, pasti akan memudahkan para pelaku tragedi dalam bergerak di kegelapan. Dan malam hari merupakan waktu saat orang-orang istirahat. Jadi misalnya, jumlah ambulans keliling berkurang drastis daripada di siang hari.

Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan (2) Gerbang Tak Dibuka Sebelum Tim Persebaya Pergi

Kalau tragedi Kanjuruhan ini bukanlah tidak disengaja, melainkan kejahatan terencana. Namun itu hanya anggapan dari  Rizki dan Ari setelah melihat dan merasakan semua kekejaman di sekitarnya.

Kedelapan teman Rixki dan Ari mengabari kalau mereka akan menyusul. Rizki dan Ari pun menunggu teman-temannya itu di gapura atau gerbang masuk Stadion Kanjuruhan. Mereka juga mengajak satu temannya untuk ikut menunggu di sana. Ternyata keadaan gapura sudah hancur terbakar. Itu merupakan ulah para supporter agar mobil polisi tidak bisa keluar.

Terdapat empat mobil polisi anti peluru yang biasa disebut Baracuda, dan satu truk polisi di dereten paling belakang. Tetapi Baracuda 1 dan 2 tetap memaksa keluar dari Kanjuruhan walau kobaran api gapura menghadang. Sebelum kedua mobil itu keluar, para supporter sudah melakukan kerusuhan dengan melempar batu, besi, dan macam-macam ke semua mobil polisi yang ingin keluar.

Baca Juga : Tertidur di Stadion Kanjuruhan, Bangun-Bangun ‘Dah’ Tak Karuan

Namun Baracuda 1 dan 2 dalam posisi aman dari lemparan serta serangan para supporter, Sebab di dalam kedua mobil itu konon terdapat pemain Arema yang manjadi korban, meninggal.

“Jangan diserang, ini saudaramu sendiri,” tegas polisi yang mengemudi, membuat kedua Baracuda tersebut pun dibiarkan meninggalkan stadion.

Sementara pada Baracuda 3 dan 4, membawa pemain Persebaya. Para supporter Arema mulai meluapkan amarah mereka dengan melempari berbagai macam benda keras ke kedua mobil anti peluru itu. Mereka menyerang bukan karena ada pemain Persebaya di dalamnya, melainkan hanya ingin melampiaskan amarah terhadap polisi saja.

Baca Juga : BidDokkes Polda Jatim Pastikan Korban Tragedi Kanjuruhan Sembuh

Malah ada supporter Persebaya yang menyusup ke dalam stadion dengan menyamar menjadi supporter Arema. Sebab dalam pertandingan ini, supporter Persebaya dilarang masuk ke dalam stadion. Tapi mereka tidak ada niat jahat, hanya ingin menonton bagaimana pertandingan  Arema melawan Persebaya berlangsung.

Saat terjadinya tragedi, para supporter Persebaya yang menyusup juga ikut menolong para penonton dan supporter Arema dari jeratan gas air mata. Dalam keadaan bertaruh nyawa seperti ini, status rival sudah tidak dipedulikan lagi. Sebab sesama manusia memang harus saling tolong-menolong.

Penonton pun menyerang truk polisi dengan kabin tertutup penuh, kecuali bagian belakang. Jadi entah siapa yang ada di dalam kabin truk tersebut. Namun terdapat 3 polisi yang menjaga di belakang kabin dengan perisai mereka untuk menghadang lemparan batu.

Baca Juga : BidDokkes Polda Jatim Pastikan Korban Tragedi Kanjuruhan Sembuh

Rizki tidak diam saja,  dia ikut melempar batu bersama para supporter lainnya. Mau bagaimana lagi, tragedi ini terkait dengan nyawa manusia, dan polisilah salah satu penyebab menurut mereka. Otomatis para supporter terus terang menyerang polisi sampai mereka jera dan sadar.

Tidak hanya itu, truk polisi juga sempat merobohkan banyak sepeda motor milik para supporter Arema saat truk berputar balik. Setelah sepeda motor, lalu menabrak pembatas jalan. Melihat itu, para supporter yang ada di sana makin terdongkrak emosinya.  Serangan makin brutal. Tidak hanya batu yang dilempar, namun pring (bambu) juga dilempar. (Bersambung)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646