REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Penyaluran kredit sektor perikanan Sulawesi Selatan hingga Oktober 2024 mencapai sekitar Rp2.010.229 triliun . Dari total penyaluran tersebut didominasi ke tiga komoditas.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar Darwisman menyebutkan, tiga komoditas dengan kontribusi terbesar terhadap penyaluran kredit perikanan antara lain pertama, rumput Laut sebesar 27,12 persen atau Rp545.120 miliar kepada 15.282 rekening. Kedua, laut tuna sebesar 14,45 persen dengan nilai Rp290.414miliar kepada 716 rekening atau pelaku usaha.
“Ketiga ada biota
budidaya air payau lainnya dengan kontribusi 11,56 persen dengan nilai kredit Rp232.324 miliar yang disalurkan kepada 3.936 rekening,” terangnya, dalam keterangannya, Senin, (30/12/2024).
Baca Juga : Angkat Ikon Geopark di Bandara Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Gerbang Awal Promosi Pariwisata Sulsel
Kemudian dari segi peningkatan penyaluran kredit di tiga komoditas tersebut mengalami pertumbuhan yang positif. Untuk rumput laut penyalurannya secara tahunan mengalami kenaikan 18,31 persen atau Rp460.766 miliar di Oktober 2023, sementara komoditas air payau lainnya tumbuh 24,80 persen atau senilai Rp186,156 miliar.
“Untuk penyaluran kredit komoditas biota laut tuna itu terkontraksi -15,44 persen atau di Oktober 2023 mencapai Rp343.426 miliar,” sebut Darwisman.
Adapun kondisi Non Performing Loan (NPL) pada penyaluran kredit ketiga komoditas sektor perikanan tersebut mencapai 3,65 persen untuk rumput laut, 0,46 persen untuk kredit budidaya biota laut tuna, dan 1,89 persen untuk budidaya air payau.
Baca Juga : Resmi Disetujui, Pemkot dan DPRD Makassar Perkuat Regulasi Kearsipan, Pesantren dan Tata Kelola Keuangan
Sebelumnya, nilai produksi terhadap komoditas rumput laut pada sub sektor perikanan budidaya di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan secara tahunan yakni 42,31 persen. Pada periode 2021 nilai produksi rumput laut mencapai Rp10,750 triliun, sementara di 2022 mencapai Rp15,298 triliun.
“Kalau di lihat dalam sebaran wilayah komoditas tersebut nilai produksi terbesarnya ada di Kabupaten Takalar sebesar 3,579 triliun pada 2022 atau meningkat 15,19 persen dari Rp3,107 triliun di 2021,” ungkapnya.
Selanjutnya, Kabupaten Wajo dengan nilai produksi sebesar Rp2,400 triliun yang mengalami pertumbuhan 24,02 persen secara tahunan atau dengan nilai produksi Rp1,935 triliun di tahun sebelumnya. Kemudian, Kabupaten Luwu dengan nilai produksi Rp2,129 triliun dan di 2021 sebesar Rp1,124 triliun atau meningkat 89,41 persen yoy.
Baca Juga : IPM Makassar 2025 Tertinggi di Sulsel, Tembus Peringkat 7 Nasional
“Adapun nilai produksi rumput laut yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara tahunan yakni di Kabupaten Jeneponto yang meningkat 129,97 persen atau Rp1,592 triliun di 2022 dari Rp692 triliun di 2021,” jelas Darwisman.
Tambah Darwisman, untuk daerah dengan nilai produksi rumput laut terendah yakni Kepulauan Selayar sebesar Rp1,868 triliun di 2022 dari Rp1,354 triliun di tahun sebelumnya. Adapun Kabupaten Barru mengalami peningkatan nilai produksi sekitar 101 persen dari periode 2021 sebesar Rp2,614 triliun mencapai Rp5,274 triliun di 2022.
Kemudian, daerah dengan jumlah produksi terbanyak berada di Kabupaten Luwu sebanyak 633.924 ton di 2022 dari 614.258 ton di 2021 atau mengalami peningkatan produksi 3,20 persen. Daerah lainnya yakni Kabupaten Takalar dengan produksi 588.396 ton atau meningkat 0,23 persen secara tahunan dengan capaian produksi di 2021 sebanyak 587.061 ton.
Baca Juga : Bawa Semangat Solidaritas Antarumat Beragama, Fadel Tauphan Kunjungi Dua Gereja di Malam Natal
“Peningkatan jumlah produksi terbanyak secara tahunan itu ada di Kabupaten Barru sebesar 42 persen atau dari 669 ribu ton naik 950 ribu ton. Kemudian, ada di Pinrang yang meningkat 26,30 persen dari 19.510 ton di 2021 menjadi 24.461 ton di 2022,” katanya.
Pengembangan penghasil komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan tersebar di 16 kabupaten dan kota dari 24 daerah yang ada.
“Bahkan yang menggembirakan juga rata-rata harga produsen rumput laut juga meningkat. Dari 2021 Rp7.382 per kilogram (Kg) di 2021 naik Rp10.521 per Kg di 2022, kemudian tembus Rp13.183 per Kg di 2023,” jelas Kepala OJK Sulselbar.
