Catatan M. Dahlan Abubakar (Pimpinan Redaksi Republikanews.co.id)
REPUBLIKNEWS.CO.ID, — Sudah tidak terhitung berapa kali mimpi dan angan-angan saya menapaki Skouw, daerah perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini, setiap membaca nama Papua. Saat mengunjungi Papua terakhir kali selama seminggu pada tahun 2008, obsesi tembus hingga ke batas negara itu tidak muncul karena kesibukan lawatan yang “bergenre” penelitian yang padat. Impian itu justru selalu muncul setelah saya tiba kembali ke Makassar.
Begitu Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2021 bakal diselenggarakan di Papua, saya sudah berjanji mewujudkan mimpi itu ke tapal batas kedua negara di bagian paling timur itu. Soal batas Negara, saya sudah pernah menapaki batas negara Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik pada tahun 2012 ketika mengunjungi mahasiswa KKN Unhas. Bahkan, selangkah kaki saya menyeberang ke negara tetangga itu dari patok beton yang terpancang di samping Pos Pasukan Infrantri Indonesia di Sebatik Timur.
Baca Juga : PLN UIP Sulawesi dan Polda Sulsel Komitmen Jaga Infrastruktur Ketenagalistrikan Berkelanjutan
Setahun kemudian, saya pun menginjakkan kaki di Pulau Miangas yang berbatasan dengan Filipina. Sebelum tiba di pulau paling dekat dengan Filipina itu, 41 mil, saya bersama rombongan besar mahasiswa KKN Perbatasan Unhas mampir di Pulau Marore, tempat kantor perwakilan kedua Negara berada setelah pindah dari Miangas.
Pada tahun 1994, sebelum Indonesia melepas Timor Timur menjadi Negara merdeka, saya pun pernah melintas di batas kedua Negara (kemudian) yang bernama Motain. Batas Negara ini terletak di Atambua, kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara yang kini bernama Timor Leste itu.
Ketika berlangsung PON XX di Papua, saya berharap dapat menyambangi Merauke, tempat daerah yang bernama Sota, yang menjadi tapal batas RI-PNG, seperti juga di Skouw Jayapura. Namun keinginan ini tidak tertwujud karena saya harus “ngepos” di Kota Jayapura.
Baca Juga : Terima Penghargaan KIP, Pemkab Gowa Ciptakan Keterbukaan Pelayanan Informasi Publik
Objek Eksotik
Selepas menyaksikan lomba renang laut di Teluk Yos Sudarso tepat di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua, 6 Oktober 2021, saya bersama Ny.Nurlina, S.Pd., M.Pd, Kepala SDN Kompleks Mangkura Makassar dan beberapa orang keluarga atlet perenang laut Noval mulai menaiki Avanza yang diparkir di depan kantor Gubernur. Penjaga parkir adalah seorang anggota Satpol-PP yang ternyata berasal dari Sulawesi Selatan.
Ramadhan, pria kelahiran Cilacap Jawa Tengah 1 Desember 1983, duduk di belakang kemudi Avanza PA 1520 yang akan membawa kami ke tapal batas negara RI-PNG. Kami beruntung pada hari itu karena Pak Ramadhan yang akrab kami sapa Pak RT memiliki waktu luang mengantar kami ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw yang terletak di Distrik (Kecamatan) Muara Tami Kota Jayapura, yang jaraknya 50 km.
Baca Juga : Indosat Berbagi Kasih: Anak-anak Nikmati Kehangatan dan Sukacita Natal
Mobil meluncur mengambil jalan sebelah kiri. Yang disasar adalah Pasar Hamadi. Ayah empat anak yang pertama “mendarat” di Papua tahun 2002 ini kemudian mengambil jalan sebelah kiri lagi ke arah Teluk Yosefa. Teluk ini terkenal selama PON XX karena di sana ada venue dayung dan wisma atlet yang dibangun dengan biaya Rp 299 miliar.
