REPUBLIKNEWS.CO.ID, Bombana -Anggota Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) Prof. La Ode Masihu Kamaluddin, M. Sc. M. Eng. mengunjungi tambak milenial Ancha SP Comunity dan beberapa kawasan tambak udang faname di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Sabtu (09/01/2021).
La Ode Masihu Kamaludin mengatakan, maksud dan tujuannya melihat langsung tambak milenial Ancha SP Comunity yaitu untuk melihat bagaimana managemen tambak udang faname khsusunya yang saat ini di kelola oleh Ancha SP Comunity. Karena, kata dia, kondisi kekayaan alam perikanan Indonesia selama ini belum mampu meningkatkan ekonomi nelayan.
“Hanya di Indonesia nelayan itu miskin, kalau di negara lain nelayannya kaya. Sementara SDA Perikanan dan Kelautan kita justru terkaya di seluruh dunia. Kalau saya lihat masalahnya ada di managemen. Makanya saya datang ke sini,” tutur Prof. La Ode Masihu Kamaludin.
Selain melihat tambak milenial Ancha SP Comunity, Prof. La Ode Masihu Kamaludin juga melakukan pantauan terhadap 6000 ha kawasan tambak serta berdiskusi langsung dengan nelayan tambak untuk mendengarkan langsung masalah yang di hadapi nelayan selama melakukan penegembangan usaha tambak udang fename.
Dari pantauan serta diskusi bersama nelayan, dari 6000 ha kawasan tambak, ia menemukan masalah infrastruktur pengairan atau irigasi yang selama ini dihadapi oleh nelayan dan tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah.
“Sesuai keluhan dari nelayan, air pembuangan dari tambak yang luasnya 6000 ha ini, itu masuk lagi kedalam. Sehingga itu menjadi racun yang menyebabkan udang tidak bisa berkembang,” katanya.
“Nanti dari sini, bisa dibuatkan kebijakan, bisa dikerjakan oleh PU atau Dirjen Budidaya di Kementerian Kelautan dan Perikanan,” sambungnya.
Ia berharap, dengan adanya kunjungan tersebut serta ditindaklanjuti dengan kebijakan pemerintah, tambak udang faname yang ada di Kabupaten Bombana khususnya Ancha SP Comunity bisa menjadi center point dari produksi udang di seluruh Indonesia.
“Sehingga sumber dana produktivitas atau defisa bisa signifikan serta serapan tenaga kerja bisa menjadi lebih banyak,” pungkasnya. (Akbar Tanjung)
Ekonomi 29 April 2025 13:41