0%
logo header
Senin, 12 April 2021 18:46

Obituari H.Malik B.Masry “Agatu Kareba Cappo” Telah Pergi

H.Malik B.Masry semasa hidup (int)
H.Malik B.Masry semasa hidup (int)

Oleh: M. Dahlan Abubakar

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Saya mengenalnya pertama kali ketika menjabat Kepala Bagian Perekonomian Pemerintah Kabupaten Sidrap di era kepemimpinan Opu Sidik sebagai Bupati. Kebetulan, saya dan almarhum Fahmy Myala (Wartawan Kompas) selalu dijemput Latunra, ayah Ilham Latunra, Dosen Unhas, jika ada acara pemda yang harus diliput.

Dalam setiap acara, pada kesempatan inilah saya pertama mengenal seorang Drs. A. Malik Baso Masry. Kebetulan di Fakultas Ekonomi Unhas ada juga seorang kakaknya yang menjadi dosen dan sudah meninggal dunia belasan tahun silam.

Baca Juga : Tumbuh Positif, Pertumbuhan Ekonomi Gowa 2023 Capai 5,82 Persen

Malik B. Masry termasuk sosok aparat pemerintah daerah yang berhasil masuk Kota Makassar dan menjabat Wali Kota. Dia merupakan orang pertama yang mengakhiri jabatan Wali Kota Makassar dipegang oleh tentara. Pada tahun 1993 (hingga 1999), Malik B. Masry menjabat Wali Kota menggantikan Kolonel Suwahyo, pria kelahiran Malang yang dibawah kepemimpinannya selaku ketua umum berhasil membawa kesebelasan PSM menjadi juara Divisi Utama PSSI pada tahun 1992, setelah menunggu 26 tahun.

Sebelum Suwahyo yang memimpin kota ini antara tahun 1988-1993, Makassar juga pernah dipimpin oleh tiga orang perwira menengah TNI berpangkal kolonel, yakni H.M. Dg. Patompo (1962-1978) – terlama dalam sejarah memimpin kota –, Abustam (1978-1983), dan Yancy Raib (1983-1988).

Camat Dihukum Lari Bersama

Baca Juga : Libur Nasional, Showroom Kalla Kars Tetap Buka dan Siapkan Program Servis Gratis

Tubuhnya yang tinggi besar, atletis, pemain tenis yang berbakat, almarhum memimpin Kota Makassar dengan disiplin, tegas, tetapi sangat merakyat. Pada setiap bertemu dengan siapa pun, dikenal atau tidak, selalu disapanya.

“Aga tu kareba cappo” (Bagaimana kabar sobat),” itulah kalimat yang selalu menjadi “tagline” setiap saya bertemu dengan almarhum.

Saya masih ingat pertemuan terakhir saya dengan almarhum terjadi di Kampus Unhas saat datang bersilaturahim setelah beberapa petak tambaknya di Bojo Kabupaten Barru dialihkan ke Unhas (tentu tidak gratis) sebagai lokasi tambak pendidikan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas.

Baca Juga : DPMP-PTSP Gowa Catat Jumlah Pengunjung MPP Capai 8.000 Orang

Di tambak inilah, dosen-dosen Unhas yang dipimpin Dinda Prof. Dr. Yushinta Fujaya mengembangkan kepiting cangkang lunak yang laris manis diekspor. Kepiting produksi tambak Unhas ini tidak ada yang dibuang. Semuanya dapat dikonsumsi dan enak.

Saya aktif betul sebagai wartawan Harian Pedoman Rakyat ketika Malik B.Masry menjabat Wali Kota Makassar. Salah satu programnya yang terkenal adalah :Makassar Kota Teduh Bersinar”. Inti programnya adalah bagaimana membuat kota ini bebas dari sampah dan nyaman serta aman. Tidak boleh ada sampah yang bertumpuk di pinggir-pinggir jalan mulai dari lorong-lorong kecil hingga jalan besar. Kota ini juga harus aman dan nyaman bagi pendatang.

Untuk melaksanakan program ini, almarhum melaksanakan berbagai lomba dengan tema Makassar Kota Teduh Bersinar. Dalam kegiatan lomba karya foto, saya masih ingat Aidir Amin Daud meraih juara I lomba itu dengan objek salah satu tiang listrik yang tegak di tengah jalan di bagian utara kota. Teman Mahaji Noesa juga meraih juara II dalam lomba yang lain. Ada juga lomba karya tulis.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Inilah cara almarhum menggaungkan program agar tersosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat. Dia juga tidak segan-segan berolahraga dengan berjalan kaki memasuki lorong-lorong yang tentu saja belum seindah dan sememesona sekarang di bawah polesan Danny Pomanto.

Saya sangat ingat satu peristiwa yang termasuk heboh terjadi saat dia kembali dari Jakarta. Dari Bandara Mandai (sebelum bandara baru sekarang), Malik langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa kantor kecamatan. Ternyata di kantor-kantor itu dia tidak menemukan bos kecamatannya.

Mengetahui anak buahnya tidak berada di kantornya, Malik memerintahkan mereka berkumpul di lapangan Karebosi yang ketika itu belum “semolek” sekarang. Para camat itu diminta membuka bajunya. Malik pun ikut membuka baju. Mulailah serombongan aparat pemerintah Kota Makassar berlari keliling lapangan Karebosi di bawah terik matahari sebagai sanksi atas “dosa”-nya tidak ada di kantor saat disidak bosnya.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Berlari keliling lapangan Karebosi ini tentu saja merupakan olahraga biasa bagi Malik. Soalnya, dia termasuk seorang yang tidak pernah berhenti berolahraga, termasuk jalan kaki, dan main tenis. Tetapi tentu saja, tidak sama dengan para camat yang mungkin ada yang harus ngos-ngosan mengikuti gerak langkah bosnya.

Begitulah cara Malik menghukum anak buahnya. Biar tidak dianggap diskriminatif, dia juga ikut lari. Mungkin juga selama di Jakarta, tidak sempat oilahraga berlari atau berjalan kaki, sehingga terjadi sanksi atas para camat dengan berlari keliling Karebosi dan dia ikut bersama mereka.

Melihat gebrakan Malik ketika itu, saya berharap dia akan melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua. Tetapi rupanya pihak yang menentukan pejabat wali kota ini sudah mengantongi nama. Maka terpilihlah Dr,Baso Amiruddin Maula, S.H.,M.Si sebagai wali kota ke-27 pada periode 1999-2004, yang sebelumnya menjabat Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Sulawesi Selatan.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Barangkali hanya orang terbatas yang maklum kalau sejarah lahirnya revitalisasi Pantai Losari yang berwujud dengan terbangunnya Anjungan Losari sekarang datang dari gagasan almarhum. Ketika itu, dia menggagas bagaimana membangun wajah depan Kota Makassar menjadi cantik dan indah dipandang.

Program itu terkenal dengan Water Front of Makassar. Kegiatan selanjutnya guna menunjang program ini, Malik “menyembunyikan” sejumlah got besar yang terkadang kurang nyaman dipandang dan sering mengirim bau tak sedap ke hidung warga kota.

Caranya, di atas got-got “raksasa” itu dia membangun jalan. Bukan membangun jalan sebenarnya, melainkan memperlebar jalan tersebut sehingga terlihat lapang dan “batang” got tertutup. Contoh yang terkena “revitalisasi” ini adalah Jl. Jenderal A.Yani. Got besar di sebelah selatan jalan itu sudah “disembunyikan” dari pandangan mata publik.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Menurut Danny Pomanto, pria yang kembali menjadi Wali Kota Makassar setelah lolos dari hadangan “kotak kosong” dalam percakapan dengan saya di kediamannya beberapa waktu yang lalu, almarhumlah yang pertama menggagas tentang revitalisasi tersebut. Pada periode H.B.Amiruddin Maula belum terlaksana karena mungkin tidak diprogramkan. Biasalah, setiap pejabat ingin membuat terobosan baru dan menghindari duplikasi program apalagi melanjutkan program pendanulunya.

Ketika Ilham Arief Sirajuddin memimpin Kota Makassar selama dua periode, gagasan Malik B.Masry mencuat kembali. Danny pun dipercaya sebagai orang yang merancang revitalisasi Pantai Losari tersebut. Tidak terlalu sulit bagi Danny mendesain proyek tersebut karena sudah menjadi habitatnya puluhan tahun lamanya. Tidak hanya itu, pria kelahiran Makassar meskipun orang tuanya asal Gorontalo ini, saat itu sebagai penasihat Wali Kota Makassar.

Setelah desain konstruksi Anjungan Losari, sebutan yang kemudian menjadi nama proyek itu, Aco, panggilan akrab Ilham Arief Sirajuddin bingung bagaimana memperoleh dana untuk mewujudkan proyek yang sangat bergengsi itu.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Danny yang punya banyak jaringan karena sudah sering merancang berbagai desain konstruksi infrastruktur gedung di beberapa daerah di Indonesia menawarkan membantu mencarikan dana, hingga proyek tersebut “terhidang” seperti wajahnya sekarang.

Malik B.Masry sudah tiada. Jenazahnya disemayamkan di Jl. Timah Vblok A29 No,.6 Kompleks PU Makassar sebelum dikebumikan Senin (12/4/2021) sore di kawasan Pondok Pesantren Rahmatul Asri, yang terletak puluhan kilometer sebelah kiri jalan sebelum memasuki Kota Enrekang.

Saya pernah mampir di pondok pesantrennya ini.

Baca Juga : 3.192 Usulan di Musrenbang 2025, Wabup Gowa: Prioritaskan yang Tepat dan Strategis

Almarhum menanam beraneka ragam tanaman produktif dan juga memelihara ternak di sini. Dia sangat menikmati dan menghabiskan banyak waktunya pasca-menjabat Wali Kota Makassar di pondok pesantrennya. Almarhum juga membangun bisnis Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Barru, sekitar satu kilometer dari perbatasan Pangkajene Kepulauan (Pangke) dengan Barru.

Malik B.Masry telah pergi dalam usia 72 tahun dan meninggalkan nama buat yang masih diberi usia panjang. Makassar Kota Bersinar tidak akan pernah dilupakan orang dan berbarengan dengan mengingat orang yang pernah melaksanakannnya, Malik B.Masry. Selamat jalan Kakanda, tiada lagi orang yang selalu menyapa dengan penuh santun dan akrab “Aga tu kareba Cappo”.

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646