REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Kepala Otoritas Jasa Keuangan wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Darwisman menyebutkan, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Sulawesi Selatan periode Agustus 2024 tercatat tumbuh sebesar 16,73 persen secara year on year (yoy).
Hal ini pun di nilai menjadi salah satu yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan kuartal II 2024 yang tumbuh positif sebesar 4,98 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
“Dari penyaluran KPR ini kontribusi pertumbuhan tertinggi terjadi pada pemilikan flat atau apartemen sebesar 38,81 persen, sedangkan share terbesar penyaluran KPR masih tetap pada pemilikan rumah tinggal yakni 92,69 persen. Khususnya pada rumah tinggal tipe 22 sampai dengan 70,” terangnya, di sela-sela menghadiri, Pembukaan Panin Rumah Idaman & Panin Auto Show 2024, di Trans Studio Mall (TSM) Makassar, kemarin.
Baca Juga : La Tinro Yakin Pasangan Andalan Hati Mampu Bawa Sulsel Makin Maju
Sementara, lanjutnya untuk persentase Non Performing Loan (NPL) pada penyaluran KPR masih terjaga sebesar 2,22 persen. Khusus pada penyaluran kredit di Sulawesi Selatan didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan share 23,82 persen, pemilikan peralatan RT Lainnya dengan share 17,56 persen, dan untuk pemilikan rumah tinggal dengan share 15,40 persen.
Lanjut Darwisman, tingginya penyaluran kredit untuk pemilikan rumah tinggal menunjukkan besarnya minat masyarakat Sulawesi Selatan untuk mewujudkan hunian idaman. Kebutuhan akan perumahan juga menjadi prioritas bagi masyarakat Sulawesi Selatan, sehingga KPR menjadi salah satu produk keuangan yang sangat diminati.
“Terutama oleh generasi muda dan keluarga baru yang sedang mencari hunian pertama,” tegasnya.
Baca Juga : BYD Indonesia Kenalkan Kendaraan Ramah Lingkungan ke Warga Makassar
Menurutnya, saat ini kondisi Indonesia masih menghadapi krisis kebutuhan kepemilikan rumah. Dimana, berdasarkan hasil Susenas Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, backlog perumahan secara nasional sebesar 9,9 juta unit, dimana data backlog tersebut menunjukkan kesenjangan (gap) antara kebutuhan dan pasokan rumah yang masih tinggi.
“Hal ini pun menjadi tantangan sekaligus potensi untuk penyaluran KPR,” sebut Darwisman.