REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUTAI KARTANEGARA- Sebanyak 7 orang keluarga ikut dalam pencarian Makpong, pria asal Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) yang hilang misterius di dalam hutan Desa Puan Cepak. Dalam pencarian itu, ke 7 orang itu tersesat selama dua hari saat pertama kali Makpong hilang di dalam hutan pada Kamis (27/7).
“Di malam itu Makpong menelpon saya, katanya dia kesasar sudah tidak bisa jalan lagi, posisinya di pinggir sungai dekat pohon besar, Saat itu saya suruh dia bertahan, kami pun bertujuh memutuskan masuk menjemput Makpong,” jelas Bakri salah satu keluarga yang ikut dalam pencarian, saat dihubungi media ini, Jumat (5/8/2022).
Namun saat berada di dalam hutan tepatnya dekat pinggir sungai, Bakri kembali mencoba menghubungi Makpong, pada saat itu Makpong tidak merespon panggilan dari Bakri.
“Saya telpon dua kali engga di angkat, waktu saya telpon ke tiga kali nomornya sudah tidak aktif,” terangnya.
Ke 7 orang itu kemudian mencoba mencari disekitar sungai, namun keberadaan Makpong tidak diketemukan, alhasil pada Pukul 00.00 WITA mereka pun memutuskan untuk kembali ke Desa. Namun karena salah seorang petunjuk jalan lupa jalan kembali, mereka akhirnya tersesat.
“Dari tujuh orang yang masuk ke hutan, cuman Andi (Salah satu keluarga yang ikut mencari) yang tau jalan, ternyata waktu mau pulang, Andi ini lupa arah kembali ke pondok, di situ mulai kami tersesat,” kata Bakri.
Saat mencoba mencari jalan keluar, di pagi buta, ke-7 orang itu pun hanya memutar hutan dan kembali berujung di lokasi pertama mereka berkumpul.
“Jadi kami disana mutar-mutar sampai 5 kali, tapi kembali ketempat yang sama, di saat itu kami memutuskan beristirahat sampai pagi hari,” ujarnya.
Di pagi harinya, Bakri mencoba menghubungi pihak keluarga yang berada di pondok, dari pihak keluarga menyarankan mereka membuka kompas dan mengikuti arah ke Timur Laut.
Ternyata apa yang disampaikan pihak keluarga, keliru, hingga membuat ke-7 orang tersebut kembali tersesat.
“Mereka salah menyampaikan, harusnya ke Timur barat, tapi saat itu kami malah ke Timur laut, itu kami terus berjalan sampai malam hari, tapi engga ketemu perkampungan,” bebernya.
Bakri mengatakan, pada malam ke-2, dirinya sempat mendapat bantuan dari keluarga dengan kembang api yang dinyalakan di dekat perkampungan, namun karena kelelahan, dan bekal 3 bungkus Mie, dan air yang di bawa habis, mereka memutuskan untuk menunggu pagi datang.
Saat pada subuh hari, ke-7 orang tersebut terbangun, lantaran mendengar suara masjid. Mereka pun mengikuti arah suara tersebut hingga matahari terbit.
“Suara itu kita ikuti, sampe memanjat gunung dua kali, dan akhirnya kami mendengar suara motor, dan sampai ke kebun warga, lalu bertemu jalan raya,” paparnya.
Kepada media ini, Bakri menjelaskan selama berada dua hari di dalam hutan, dirinya kerap mendengar suara-suara aneh, seperti orang kesakitan dan suara aneh lainnya.
“Sempat ada dengar suara orang kesakitan, dan suara kodok yang di mangsa ular, meski begitu tapi kami bersyukur berhasil kembali ke kampung,” pungkasnya. (*)