REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan melalui kolaborasi dengan NRL Indonesia memberikan penguatan kepada orangtua dengan anak disabilitas dan kusta terkait pengetahuan kesehatan reproduksi (kespro). Hal ini menjadi upaya penting dalam mendorong Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR) bagi anak-anak remaja disabilitas dan kusta.
Melalui program Prioritaskan Anak Disabilitas di Indonesia (PAD) dan Body Talk, HWDI Sulsel melaksanakan kegiatan-kegiatan yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan peran orangtua sebagai supoortinh sistem inti dalam menberikan edukasi terkait Kesehatan Reproduksi bagi anak dan remaja disabilitas dan kusta selain guru. Kegiatan ini memberikan edukasi baik kepada orangtua dan pengasuh dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilannya sebagai orang terdekat pertama dan utama anak remaja disabilitas dan kusta dalam mendapat pengetahuan dan dukungan.
“Minimnya pengawasan dari orangtua atau pengasuh kerap menjadi pintu masuk terjadinya kekerasan seksual dengan korban anak dan remaja perempuan utamanya disabilitas. Makanya kegiatan ini kami lakukan sebagai bentuk edukasi kepada mereka,” terang Penanggungjawab Pengelola Program PADI HWDI Sulsel Nia Selestin, dikonfirmasi, kemarin.
Baca Juga : Ketua DPRD Makassar Supratman Tuntaskan 12 Titik Reses, Soal Drainase dan Banjir Jadi Aspirasi Utama
Salah satu kegiatan yang dilakukan yakni melalui Edukasi Kesehatan Reproduksi bagi Orangtua/Pendamping Anak Remaja Dengan Disabilitas dan Kusta. Kegiatan ini menghadirkan para orangtua dari anak dan remaja disabilitas dan kusta dari 4 kelurahan wilayah kerja PADI juga pengurus dan anggota Komite Srkokah Luar Biqsa (SLB) di Makassar.
“Materi yang diberikan antara kain kebersihan diri bagi anak remaja disabilitas yang sudah memasuki tahap pubertas, dan sentuhan boleh dan tidak boleh, serta bagaimana meningkatkan kerja kolaborasi orangtua atau pengasuh dalam edukasi kespro serta mencegah dan melindungi anak dan remaja dengan disabilitas dan kusta dari kekerasan utamanya kekerasan seksual.
Lanjutnya, hal ini penting sebab anak-anak dan remaja disabilitas dan kusta rentan menjadi korban kekerasan seksual.
Baca Juga : Penutupan Sementara Kawasan Pantai Jeneiya Selayar, Bentuk Komitmen Bersama Lestarikan Ekosistem Laut
“Makanya edukasi terkait dengan siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuh bagian tubuh mereka itu sangat penting diberikan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tegas Nia.
Menurutnya, progam HWDI Sulsel bersama NRL Indonesia ini telah menjadi fokus utama dengan tujuan untuk mengatasi masalah kekerasan termasuk pelecahan seksual bagi perempuan dan anak disabilitas. Apalagi, sejak 2016 hingga saat ini HWDI Sulsel telah melakukan pendampingan bagi perempuan dan anak perempuan korban kekerasan seksual. Sehingga, penguatan pencegahan perlu dilakukan sejak dini.
“Jika dilihat dari jumlah kasus yang ditangani seakan jumlahnya sedikit padahal kasus kekerasan seksual itu ibaratnya fenomena gunung es. Banyak orangtua dan keluarga yang masih menyembunyikan kasus-kasus kekerasan seksual dengan korbannya anak dan remaja disabilitas,” ujarnya.
Baca Juga : Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU dan Gelar Konvoi Kendaraan Listrik di Bulukumba
Selain orangtua, HWDI Sulsel juga telah mengajak keterlibatan unsur pemerintah melalui stakeholder terkait. Misalnya, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, hingga DP3A Makassar untuk mendiskusikan bersama terkait HKSR bagi anak dan remaja disabilitas dan kusta.
“Makanya kami mendorong agar pendidikan kesehatan reproduksi juga penting diajarkan di sekolah-sekolah, sehingga melalui program Body Talk kami melaksanakan pelatihan-pelatihan ke guru-guru dari SLB dan juga petugas kesehatan untuk menjadi fasilitator HKSR utamanya di sekolah dan puskesmas,” ujarnya.
Sementara, Penanggungjawab Keuangan Progam Body Talk HWDI Sulsel Khaerunnisa mengungkapkan, dalam edukasi ini melibatkan 22 orang, di mana terdiri dari 6 peserta dari anggota komite sekolah, dan 16 orangtua yang merupakan anggota Forum PADI.
Baca Juga : Kenalkan Yamaha Fazzio Lebih Dekat ke Pelajar, PT SJAM Gagas Program FYP
Kemudian, untuk komite sendiri terdiri dari 2 anggota Komite Sekolah SLB Negeri 1 Makassar, 1 anggota Komite Sekolah SLB-B YPPLB, 1 anggota Komite sekolah SLB-C YPPLB, dan 2 anggota Sekolah SLB YPAC. Edukasi ini diselenggarakan di Baruga Amalia, Jalan Danau Tanjung Bunga, Makassar, pada Minggu, 03 November 2024.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi untuk memberikan edukasi kepada para orangtua maupun komite sekolah SLB. Ini adalah bagian dari bentuk penguatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan orangtua dengan anak disabilitas dan kusta pada isu-isu kesehatan seperti kespro,” ujarnya.
Dalam edukasi ini menghadirkan Tenaga Kesehatan dari Puskesmas Pattingalloang, Makassar Hasranah, dengan memberikan materi terkait kebersihan diri, dan sentuhan boleh dan tidak boleh.
HWDI Sulsel akan Dorong Isu HKSR Masuk ke Kurikulum SLB
Baca Juga : Kenalkan Yamaha Fazzio Lebih Dekat ke Pelajar, PT SJAM Gagas Program FYP
Pengurus HWDI Sulsel Nia Selestin menaruh harapan besar agar isu HKSR khususnya kesehatan reproduksi dapat menjadi kurikulum di sekolah-sekolah luar biasa.
“Minimal menjadi mata pelajaran khusus, apalagi isu kespro ini cukup panjang untuk dibahas. Mulai dari kebersihan diri, cara mengenal yang bisa disentuh dan tidak dalam tubuh, serta lainnya,” ujarnya.
Menurutnya, dengan masuknya isu HKSR dalam sektor pendidikan, terutama pada sekolah-sekolah luar biasa, maka anak-anak dengan disabilitas dan kusta akan memiliki pemahaman yang komprehensif.
Baca Juga : Kenalkan Yamaha Fazzio Lebih Dekat ke Pelajar, PT SJAM Gagas Program FYP
“Ini perlu masuk dalam kurikulum sehingga dengan adanya mata pelajaran ini anak-anak bisa memiliki pemahaman yang baik. Termasuk juga bisa mengetahui yang mana bentuk kekerasan seksual maupun tidak,” tegasnya.
Sementara, Komite SLB Negeri 1 Makassar Fifi Kurniawati menilai, adanya edukasi berkelanjutan yang dilakukan HWDI akan membangun pengetahuan dan pemahaman kepada orangtua dengan anak disabilitas dan kusta dalam melakukan penanganan. Terutama yang menyangkut dengan isu-isu HKSR.
“Kegiatan tadi itu masih tetap membahas tentang kekerasan seksual dengan fokus HKSR. Disana kami mendapatkan pengetahuan tentang reproduksi seksual kepada anak disabilitas dan kusta yang telah masuk masa puber, baik anak perempuan maupun laki-laki,” ujarnya.
Baca Juga : Kenalkan Yamaha Fazzio Lebih Dekat ke Pelajar, PT SJAM Gagas Program FYP
Ia menilai, orangtua, khususnya dengan anak disabilitas dan kusta sangat penting untuk dibekali pengetahuan soal HKSR, terutama terkait kesehatan reproduksi. Sebab, saat ini masih ditemukan banyak orangtua yang belum bisa mengajarkan tentang kesehatan reproduksi kepada anak disabilitas atau kusta.
“Kalau saya mulai dari awal atau sejak SD sudah memperkenalkan mana bagian tubuhnya yang bisa disentuh atau tidak. Meskipun saya tidak terlalu berat karena kebetulan saya punya anak laki-laki, nah tentunya akan beda dengan orangtua yang memiliki anak perempuan,” kata Fifi.
Ia menilai, pembahasan tentang isu-isu HKSR ini pun pertama kalinya didapatkan melalui kelas-kelas edukasi yang dilaksanakan HWDI Sulsel dengan sistem pertemuan yang mendalam dan berkelanjutan.
Baca Juga : Kenalkan Yamaha Fazzio Lebih Dekat ke Pelajar, PT SJAM Gagas Program FYP
“Memang pernah cuman memang HWDI ini yang lebih mendalam. Kedepannya kami juga berharap bagaimana memperkuat skill anak-anak disabilitas dan kusta. Misalnya kegiatan peningkatan keterampilan mereka, hingga peningkatan pendapatan orangtua melalui program pembinaan,” tutupnya.