REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan secara konsisten memberikan pendidikan dalam mengenal Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) kepada orangtua atau pendamping dengan anak dan remaja disabilitas dan kusta.
Pendidikan HKSR kali ini kembali digaler dengan bekerjasama sejumlah Komite Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Makassar. Mulai dari SLB B Cendrawasih, dan SLB C Cendrawasih Makassar, SLB Negeri 1 Makassar, SLB YPAC Makassar.
Dalam pendidikan ini diikuti puluhan peserta yang merupakan orangtua atau pendamping dengan anak disabilitas, dan kusta yang berlangsung di Kantor Sekretariat HWDI Sulsel, Jalan Pengayoman, Kompleks Mawar Blok B No.5. Pertemuan ini menghadirkan Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulsel Andi Iskandar Harun dengan banyak menyampaikan materi Seksualitas dalam Perilaku Keluarga.
Baca Juga : Kanwil Kemenkumham Sulsel Ikut Rakernis Pelayanan Administrasi Hukum Umum di Bali
Iskandar mengatakan, kesehatan reproduksi ini sebenarnya adalah sebuah informasi yang perlu dijadikan wacana untuk menjadi pendidikan atau bahan ajaran. Karena sifatnya informasi, maka orangtua terlebih dahulu harus paham dengan kondisi kebutuhan pada anak-anak dengan disabilitas, tujuannya agar informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik.
“Ini memang tantangan berat, tapi konsepnya tidak bisa dilakukan hanya dengan p to p, karena konsep pendidikan kesehatan reproduksi atau pemberian informasi kita lebih banyak pada pemberian informasi berdasarkan konsep sebaya. Sementara teman-teman berkebutuhan khusus menurut saya itu dibuat dalam konteks pendekatan keluarga, terutama pada orangtua yang langsung mengasuh anak dengan penyandang disabilitas,” terangnya di sela-sela pertemuan, Minggu, (12/11/2023).
Olehnya, menurut Iskandar, perlu dibuat metode yang tepat agar bisa memenuhi kebutuhan anak dengan terlebih dahulu belajar memahami keragaman disabilitasnya, maupun kebutuhan khususnya. Bahkan termasuk metode penyampaian informasi yang bisa lebih dapat dicerna dengan baik oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut.
Baca Juga : Jayadi Kusumah Jabat Karutan Makassar, Kadivpas Kemenkumham Sulsel: Bawa Perubahan Lebih Baik
“Tapi agen perubahannya tetap kita letakkan pada keluarga atau orangtuannya,” ujarnya.
Ia mengaku, upaya yang dilakukan HWDI Sulsel ini merupakan sebuah hal yang luar biasa. Sebab, memang pendidikan kesehatan reproduksi seksual harus mulai diperkenalkan sejak dini, termasuk bagi mereka dengan kondisi penyandang disabilitas. Ini sebagai upaya agar anak-anak dengan disabilitas ini juga bisa menerima pendidikan HKSR tersebut.
“Upaya ini memang harus dilakukan secara bersama-sama agar bisa saling berkolaborasi dalam memberikan pendidikan seksualitas sejak dini kepada anak secara adil dan merata. Bahkan kami dari PKBI Sulsel siap mendukung langkah-langkah pendidikan HKSR kepada anak-anak disabilitas dan kusta. Jadi pendidikannya kita bukan hanya memberikan kepada anak-anak tanpa kondisi disabilitas, tapi kita harus memikirkan anak-anak dalam kondisi yang memiliki kebutuhan khusus, seperti disabilitas juga,” ujarnya.
Baca Juga : Sahabat Dekat Ganjar, Ini Sosok Caleg DPRD Sulsel Dapil V Iqbal Arifin
Kedepannya, pihaknya pun siap berkolaborasi dengan HWDI Sulsel dalam rangka pembuatan media pendidikan. Baik berupa animasi, gambar, audio visual, hingga alat-alat lain yang dianggap bisa cepat dipahami. Tujuannya agar orangtua dapat mendampingi atau menyampaikan informasi terkait pendidikan HKSR kepada anaknya sesuai dengan kebutuhan disabilitasnya.
“Dari pertemuan tadi pada umumnya ibu-ibu banyak mensharing terkait hambatan dalam menjelaskan kepada anak-anak disabilitas mereka terkait organ reproduksi, fungsi dan manfaatnya. Sebab memang metode yang kita berikan itu harus berbeda. Makanya saya merasa perlu ambil bagian dalam hal ini,” tutupnya.
Sementara, Perwakilan Komite SLB Negeri 1 Makassar Vivi Kurniawati mengaku, pendidikan seperti ini tentunya sangat bagus dan memang sangat dibutuhkan para orangtua maupun pendamping dengan anak disabilitas dan kusta.
Baca Juga : Grand Final Taurungka Taulolo Duta Wisata Gowa Berlangsung di Balla Lompoa
“Seminar seperti ini sangat membantu dalam memberikan pemahaman kepada para orangtua, maupun pendamping. Makanya kami akan selalu siap berkolaborasi dengan HWDI Sulsel untuk memberikan pengetahuan dalam menjawab permasalahan mereka dalam mengasuh anak-anak dengan disabilitas, maupun kusta,” ujarnya.
Ia pun berharap, kegiatan-kegiatan seperti ini agar selalu digelar secara berkelanjutan, dengan memilih topik-topik yang lain lagi. Termasuk melibatkan SLB-SLB lainnya di Makassar.
Di tempat yang sama, Siti Hadiah sebagai orangtua dengan anak autis mengaku, dirinya baru pertama kali mengikuti kelas pendidikan HKSR. Sehingga, materi yang didapatkan pada pertemuan tersebut akan menjadi referensi dalam melakukan pendekatan kepada anak untuk mengenal tubuh mereka dan kesehatan reproduksi anak.
Baca Juga : Grand Final Taurungka Taulolo Duta Wisata Gowa Berlangsung di Balla Lompoa
“Kami baru tahu bahwa kesehatan reproduksi seksual juga butuh diperkenalkan kepada anak-anak meskipun ia dalam kondisi disabilitas. Makanya ini menjadi pengetahuan baru bagi saya yang sangat positif tentunya. Kami harap pertemuan ini pun berlangsung secara berkelanjutan agar dapat dipahami dengan baik,” kata Perwakilan SLB Cendrawasih Makassar ini.
Sebelumnya, Ketua HWDI Sulsel Maria Un mengungkapkan, pendidikan HKSR dianggap penting untuk diketahui orangtua atau pendamping dengan anak disabilitas dan kusta. Sebab, hal ini dinilai dapat membantu dalam menekan angka kasus kekerasan seksual dengan korban anak dan remaja disabilitas dan kusta yang dinilai terus mengalami peningkatan.
Menurut Maria, salah satu hambatan dalam pendampingan kasus kekerasan seksual dengan korban anak dan remaja disabilitas dan kusta adalah selain membutuhkan biaya yang cukup tinggi bagi korban dan keluarganya, juga karena minimnya pengetahuan orang tua atau pendamping mengenai isu HKSR bagi remaja dengan disabilitas dan kusta.
Baca Juga : Grand Final Taurungka Taulolo Duta Wisata Gowa Berlangsung di Balla Lompoa
“Isu HKSR, khususnya kesehatan reproduksi perlu diketahui orangtua atau pendamping bahwa bukan hanya terkait hubungan seksual saja, tetapi juga kemudian ada banyak hal didalamnya. Misalnya mengetahui bagian tubuh mana yang dapat disentuh atau tidak dapat disentuh pada tubuh anak oleh orang lain, termasuk keluarga sekalipun,” katanya.
Lanjutnya, termasuk juga untuk mendobrak mitos-mitos atau hal tabu tentang kesehatan reproduksi seksual yang masih diadopsi di masyatakat.
“Orangtua saat ini terutama yang masih minim akses informasi itu kadang masih menganggap tabu jika berbicara pada isu kesehatan seksual dan reproduksi pada anak. Sementara harusnya pengetahuan seperti ini perlu diperkenalkan sejak dini dengan pendekatan berdasarkan usai anak tersebut,” terang Mia sapaan akrabnya.