0%
logo header
Senin, 01 Agustus 2022 22:38

Sejarah Muara Muntai, Lokasi Strategis Penjajah Belanda – Perdagangan Cina di Kutai

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Masyarakat Kecamatan Muara Muntai sehari-hari beraktivitas di sungai Mahakam (Foto: Kurniawan)
Masyarakat Kecamatan Muara Muntai sehari-hari beraktivitas di sungai Mahakam (Foto: Kurniawan)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, KUTAI KARTANEGARA — Muara Muntai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Muara Muntai memiliki luas wilayah 928,60 km2, dengan sebagian wilah geografis berada di pesisir sungai Mahakam di bagian Ulu.

Muara Muntai memiliki 13 desa, serta memiliki dua sungai, yakni, Sungai Muntai dan Sungai Mahakam. Selian sungai, Muara Muntai memiliki empat danau, Danau Melintang, Perian, Tanjung Sepatung, dan Batu Bumbun. Di empat danau dan Sungai tersebut menjadi lokasi berlimpahnya ikan air tawar.

Sejarah berdirinya Muara Muntai sudah ada di tahun 1899. Pada saat itu Belanda masih melakukan penjajahan di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Kalimantan. Hal itu dibuktikan adanya sisa reruntuhan bangunan gudang garam di salah satu desa.

Baca Juga : Empat Siswa SLB Kukar Melenggang ke O2SN Nasional

Salah satu Tokoh masyarakat Muara Muntai, Sopan Sopian saat ditemui Detikcom menyebut, Muara Muntai dulunya merupakan bekas lokasi strategis para penjajah Belanda saat masuk wilayah Kerjaan Kutai.

Kala ini di wilayah tersebut belum memiliki akses jalur darat, dan para penjajah melakukan aktivitas dan kegiatan menggunakan kapal melalui alur sungai Mahakam.

“Jaman dulu disini belum ada akses darat, hanya jalur sungai, jadi para penjajah saat itu menjadikan Muara Muntai sebagai tempat berkumpul dan juga membangun bangunan demi kepentingan mereka,” jelas Sopian, Senin (01/08/2022).

Baca Juga : Bupati Kukar Buka MTQ Antar OPD, ASN Jadi Pelopor Gerakan Mengaji

Salah satu bukti sejarah Belanda saat berada di Muara Muntai, adanya runtuhan bangunan gudang garam. Gudang garam itu digunakan untuk pengolahan ikan tawar yang melimpah di perairan sungai Mahakam untuk dijadikan ikan asin.

“Artinya mereka (penjajah) tahu di sini memang memiliki potensi ikan tawar luar biasa, dari situ mereka membuat gudang garam untuk pengelolaan ikan di sini” terangnya.

Sepeninggal Belanda, kawasan Muara Muntai dijadikan pusat perekonomian bagi warga pesisir dan di darat sebagai pusat sentra perdagangan. Bahkan saking strategisnya, para pedagang dari China datang untuk melakukan jual beli di aliran sungai Mahakam kala itu.

Baca Juga : Kukar Jadi Tujuan Kunjungan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat Dua

“Masyarakat dulu menyebut kawasan ini sebagai segitiga emas, karena pada jaman itu para pedagang dari berbagai penjuru datang ke sini termasuk pedagang dari China pernah menguasai perdagangan untuk melakukan barter hasil pengolahan ikan dan pertanian para warga,” ungkapnya.

Usai penjajahan, sejarah pembangunan di Muara Muntai pun terbentuk, pada tahun 1990 pemerintah daerah membangun akses jalan darat dari Kecamatan Tenggarong menuju Ke Kecamatan Muara Muntai. Sebab sebelumnya masyarakat di kawasan Ulu Kaltim hanya bergantung oleh akses sungai menggunakan kapal atau perahu untuk menunju Kota/Kabupaten di Kaltim.

Meskipun telah terbangun jalur darat, sungai Mahakam sampai saat ini masih menjadi penopang masyarakat dalam menjalankan perekonomian dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga : Bupati Kukar Resmikan Jembatan Desa Sedulang, Muluskan Akses Masyarakat dan Tingkatkan Kesejahteraan

“Untuk saat ini tidak banyak berubah meski ada jalur darat, masyarakat masih bergantung pada sungai Mahakam,.” kata Sopian.

Banyak masyarakat masih memanfaatkan sungai sebagai salah satu penopang dalam kehidupan sehari-hari, entah dalam mencari nafkah, hingga hilir mudik menuju wilayah lain.

Di pesisir sungai, masyarakat banyak membangun rakit untuk dijadikan sumber pencarian dari penjualan sembako hingga perlengkapan rumah tangga.

Baca Juga : Bupati Kukar Resmikan Jembatan Desa Sedulang, Muluskan Akses Masyarakat dan Tingkatkan Kesejahteraan

“Meski sudah ada jalur darat, masyarakat disini masih melakukan jual beli di atas sungai, dan paling penting sungai menjadi tempat mencari nafkah, karena sebagian besar merupakan nelayan,” bebernya.

Saat ini Kecamatan Muara Muntai memiliki jumlah penduduk 19,396 jiwa. 98 persen masyarakatnya merupakan nelayan. Dari kekayaan alamnya itu, Muara Muntai mampu menghasilkan olahan ikan tawar yang menjadi Muara Muntai sebagai pemasok olahan ikan tawar terbesar di Kalimantan, bahkan luar pulau.(*)

Penulis : Kurniawan
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646